ASAL – USUL PEMERATAAN KUE CUSTOMS DI PELABUHAN PELABUHAN EXPORT KITA.
Siapa yang tidak tahu bahwa Indonesia kita ini kaya raya ? Apapun yang ada dibhumi kita ini laku ntuk di export. Senyampang belum terlanjur mengurita kesempatan untuk memperoleh devisa ini yang sangat menguntungkan satu pihak saja terutama customs, saya gambarkan bayangan saya mengenai keuntungan oknom Jawatan ini: Yang diexport itu mulai bahan asal dari alam seperti tanah tambak dalam manifest ditulis fishpond soil, batu kali ditulis pebel stone, sabut kelapa ditulis coconut fibre. ynag kenyataannya asal top soil, peble stone isinya patung Buha, coconut firbre isinya handicraft, processed bamboo fibre isinya arang banboo yang dilarang msuk kapal karena mudah terbakar bia lagi kena goyangan kapal, sampai ke barang yang sudah mempunya nilai tambah karena menjadi handicraft yang sangan indah dan berharga barang seni, bahkan mungkin artefak sejarah bangsa ini yang tak ternilai. Sedang pemeriksaannya sebelum container container naik kapal hanya acak saja oleh petugas costoms.
Kita orang yang berlatar belakang pendidikan ilmu biology, export fish pond soil ini merupakan dosa besar, karena lapisan olah dari tanah untuk upaya petanian dan perikanan hanya puluhan centimeter saja yang namanya top soil, bersifat hampir unrenwable – sangat lama untuk dipulihkan, karena lapisan yang dibawahnya sudah sangat miskin hara, sangat tidak subur, ksrena marupakan lapukan batu dasar yang belum sempurna. Lha tambak, apalagi tambak udang yang intensive, mudah sekali jadi tidak subur untuk udang karena sisa makanan tambahan yang kaya protein hingga berlebihan dan tidak sehat untuk udang udang dipiara selanjutnya, saking tidak mengertinya guna lapisan ini di pertanian, jadi pemilik tambak lebih suka mengeruknya dan mengexportnya wong ada yang beli, mahal lagi. Seandainya lapisan ini dirotasi dengan hanya aerasi seluruh areal tambak ( dibajak dan diberi kapur) dibiarkan teroksidasi dan meragi beberapa lama, maka akan menjadi lahan tanaman yang sangat subur.
Batu kali yang ditulis dalam manifest export “pebble stone” adalah dasar sungai, yang orang dari ingineering tidak akan mengizinkan untuk dekeruk karena merusak aliran sungai yang harus dijaga keadaan alaminya sebisa mungkin, untuk para pecinta alam akan kehilangan pujaannya alam sungai gerimericik yang batunya indah indah dan halus berwarna hijau muda atau coklat muda atau kebiru biruan, selama lamanya, bagitu pula pecinta bentuk aneh alami dari batuan kali “suiseki”, yang mempunyai nilai emosional dan spiritual yang tinggi dari penggemarnya.
Penjaga gerbang export satu satunya di kita hanya petugas bea cukai – golongan petugas lapangan tanpa bermaksud merendahkan beliau beliau adalah golongan II saja ( mereka mengendari Honda jazz pribadi lho).
Meskipun demikian, saya usulkan untuk merotasai para guru SMA/SMP, para dosen ilmu exacta dan seni budaya, para pak Lurah, Polisi dan Tentara dari pasukan, selama hidupnya sekali kesempatan jadi petugas customs di pelabuhan pelabuhan container yang besar besar dan ramai selama lima tahun ( tentu saja dengan sedikit pembekaan professional, memginget container contaune ini sangat banyak da harus diperiksa cepat)- Lha gunanya ya untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka ( paling kurang beli rumah- BTN, membeayai sekolah yang mulai jadi mahal) , itung itung pemerataan kesempatan dan yang lebih penting dari itu, memberi kesempatan mereka belajar betapa kaya dan pantas dijaga dengan sungguh sungguh kekayaan ini, berlatar belakang pengetahuan professional mereka sebagai guru anak anak bangsa, sebagai penjaga keamanan negara, apa yang mereka jaga dimasa damai yang semoga amat panjang ini. Saya kira tidak sulit dilaksanakan dan pasti disetujui oleh mereka yang akan menjalankan rotasi pembelajaran ini. Saya kira mereka akan sangat setuju, mengingat betapa harus cepat waktu tunggu container container ini, dan betapa banyak yang harus diperiksa sungguh sungguh dengan cara acak apapun, mungkin puluhan ribu container perhari.*)
0 comments:
Posting Komentar