TANAH AIR MEMANGGIL, MEMPERTEGUH TEKAD BELANEGARA.
BANGSA INI MELEWATI COBAAN BERAT.
Bagaimana bukan cobaan yang sudah berat, di Papua, terjadi pembakaran masjid, di Aceh terjadi Pembakaran Gereja. Mereka pada lupa bahwa perilaku mereka yang tidak toleran itu pasti menimbulkan keretakan yang akan menghancurkan bangsa ini, bila kita tidak waspada. Kok tega teganya.
.Panggilan yang dicanangkan untuk memperteguh tekad BELA NEGARA tepat, karena, sekarang ini apa yang kita lihat adalah pumcak kecil dari bunung es, SIKAP TEGA DAN TIDAK BETANGGUNG JAWAB, DIAM DIAM DITIUP TIUPKAN OLEH FIHAK ASING, BAHKAN MENANGANI SENDIRI PENGGALANGAN TERORRISME KAYAK DR ASHARI ALM, NURDIN MOH. TOP. Ini telah secara sistimatis dilakukan oleh para Pemimpinnya sekelas Lutfi Hasan Ishak, sekelas R J Lino, Sekelas Suryadharma Ali, sekelas Andi Malarangeng, setingkat Bupati Buol amran batalipu, Gubernur Sumatra Utara yang ndlahom ngakunya tidak bersalah untuk memarakkan bara api yang membakar jiwa dan merusak mental di kalangan rakyat.
Kita sudah sama sama tahu, bahwa 32 tahun kekuasaan tirani Orda Baru, telah menimbulkan trauma yang sangat dalam di tubuh masyarakat, yang sayangnya arus bawah dibiarkan mengalir sengat deras, misalnya fanatisme agama, pembodohan publik dbawah rezim yang sangat korup, menggunakan terror kekuatan organisasi militer territorial yang hanya dengan satu tujuan saja, memberantas komunisme secindil abangnya,, sedangkan efek dari kemiskinan dan pembodohan yang lain malah dengan giat dilakukan, oleh tokohnya sebangsa Harmoko, sebangsa Laksamana Sudomo alm. sebagsa Doktor Nugroho Notosusanto alm.
Kali ini Kekuasaan Negara bertindak benar, rakyat dipanggil untuk sadar kembali, karena dengan kepedulian rakyat terhadap upaya yang tidak bertanggung jawab dari beberapa gelintir orang yang menebar uang, membeli pendukung dari hasil korupsi maupun dari luar negeri yang kaya minyak untuk menebar pengaruh jahat, mereka mengajarkan intoleransi, kebodohan, dengan kedok agama, dari sisi yang paling lemah dari bangsa ini, yang memang derajad pendidikannya secara nasional masih rendah, ekonominya masih subsisten dikangkangi para boss, kesadaran ikut memiliki kekayaan alamnya dilakukan dengan cara yang sangat primitip dengan mengeruk dan dijual jadi duit a’la polisi Labora. dengan membabat hutan sekenanya, seperti gosong cosong pasir di Lumajang yang dikeruk semena mena oleh lurahnya sepengatuan DPRDnya, Pulau pulau pasir dekat Singapore yang sudah lenyap puluhan tahun yang lalu, malah pulau Rupat yang jadi pulau paling luar tanahnya dijual ke warga asing oleh sang Lurah, hutan gambut yang malah dibakar tanpa tanggung jawab. Terumbu karang yang di bom dan dikeruk dengan kapal trawler asing diawaki nelayan kita. Nah bukan dengan cara brandal begal macam praktek Orde Baru itu praktek memiliki Negara, tapi keteraturan bernegara, yang sudah sangat kritis dlupakan oleh rakyat mulai dari Direktur BUMN sanpai Lurah Desa – lawan dari ketidak sadaran mereka bernegara dengan BELA NEGARA . Dengan ini rakyat yang sadar dan active, berani vokal melawan mereka- MARILAH SADAR BERBELA NEGARA – TANAH AIR MEMANGGIL. *)
0 comments:
Posting Komentar