Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 19 Agustus 2016

PEMASARAN SESUATU PRODUCT

Tulisan ini saya buat,   didedikasikan kepada mereka yang akan membuka tempat makan diwilayah Nsantara ini

Hampir semua menyedia makanan pokok yang telah dimasak, untuk diperdangkan ternasuk usaha catering dan makanan pokok siap saji dalan kemasan ( nasi bungkus –nasi bakar inasi kuning) ,  dirancang untuk dikonsumsi hari itu, tidak pernah diberi bengetahan dasar mengenai  “ makanan” yang tidak diawetkan, oleh _yang  yang berwenang, seperti di Negera maju yang sudah sadar akan kepentingan masyarakat.

Suatu product  barang , dibuat dengan modal , ide, design dan waktu, yang kadang tidak sedikit, dan tidak dengan mudah.  Perlu research pasar yang sangat teliti dan luas, meskipun peraturan yang rinci mengenai itu belum ada.

DISINI AKAN SAYA BECARAKAN HANYA MENGENAI   NASI.

Nasi adalah makanan pokok dari sebagian beasr penduduk Nusantara yang makin  lama makin mendapat penggemar mengkonsumsinya setiap hari, menjadi  main staple food diseluruh  Nusantara.

Konsumen nasi tebesar adala penduduk pulau Jawa, begitu pula luas penanamannya.

Dari zaman dahulu  ada dua macam cara memasak beras jadi nasi,  di kukus yaitu terlebih dahulu nasi derebus hingga cukup menyerap air – disini trick untuk memasak nasi,   kearah keras atau kearah lembek. Yang kedua ditanak dengan periuk, yaitu direbus hingga  menyerap air secara maksimum dan sekaligus dibuat matang,  yang artinya seluruh texrtuse butir nasi sudah rata penyerapan airnya, walau harus mengorbankan sebagian lapisan bawah yang lekat dengan dasar periuk menjadi sedikit berarang/gosong  ( kerak)

Sekarang ada cara  yang ketiga, yaitu dengan  rice cooker listrik, yang menjamin panasnya merata sehingga  tidak ada yang menjadi lapisan kerak. Hanya  pemberian airlah yang bisa mengatur keras lembeknya nasi itu.

Disamping jumlah air pemasak nasi, jenis padi yang  membuahkan gabah kemudian beras juga sangat menentukan tekstur dari setiap butir masinya, sedikit pengaruh pada  penyelepannya.  Ada beras yang   “pera”  ada beras yang bederung  “pulen”

Para ahhli seleksi padi, harus memilih, padi menghasilkan tanaman yang panennya tinggi tapi berasnya  terasa pera, atau nasinya pulen tapi kurang tinggi kapasaitas panennya. IRRI di Los Banos Philipina,  juga sangat memperhatikan hal ini

Saya menandai ada wilayah di pulau Jawa dimana orang cenderung suka nasi yang pera, ada wilayah yang cenderung suka pada nasi yang pulen.


Ada gejala kesukaan nasi pera ini  oleh pekerja fisik, sedang yang pulen disukai oleh  “white collar” / pekerja  menggunakan ketelitian dan pekerja admnistrasi dan keuangan,  mereka ini kurang menggunakan kerja otot.

Kini ternyata yang paling menyadari keadaan ini adalah penjual  fast food,  yang sangat digemari abak anak  dimana mana – tergetnya sebenarnya  adalah kaum menengah  para muda mudi dan kini malah merambah kaum  memengah bawah, sebagai  makanan extravaganza. Sedan dinegara aslnya mereka tidak menjal nasi tai potato chip. atau france fry, dikenal sebagai junk food, karena sangat berlemak.`


Saya menandai mereka dimana mana tempat,  nasinya fat food ini  dihidangkan dalan bungkusan dengan takaran sedang, dan seragam pulen.

Saya bisa meamastikan cara memasak nasi seseragam sebaik ini berdasarkan satu  penelitian yang serius, bukan sekedar trial and error saja.

Selama saya bekerja sebagai  sales – promotion  personnel untuk prodct pertanian, saya kenyang dengan makan dimana saja warung   maupun segala tempat makan  dimana mana, lebih sering dari makan dirumah. YANG PALING  GAGAL MENGANTISIPASI KEADAAN NASINYA ADALAH PENJUAL RAWON. KEMUDIAN NASI GORENG.  Untuk  penjual dua macam masakan ini, kualitas nasi sangat daibaikan, atau menurut kebiasaan dari asal usul si tukang masak saja.

Yang paling memperhatikan kualitas nasinya ada di Jawa Barat. Paling tidak peduli adalah di  Jawa Timur, Madura dan Bali. Hanya yang terbaik menurut selera setempat, atau selera si koki.

Saya ndak mengerti mengapa begitu, mungkin mereka membanggakan  dagingnya.

Saya menjadi risih  waktu saya mendengar  Pegawai  menengan yang masih muda, merencanakan membuka resto dengan tabungannya, menyatakan bahwa nasinya nanti ambil sendiri ( takaran masing masing  pembeli– bukan kayak es cream pakai scoop yang pasti) – dan sangat sambil lalu mendiskusi kan perkara ini.


SEMOGA TULISAN INI DAPAT DICERNA DENGAN BAIK *)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More