Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 29 Desember 2017

MANAFSIR DAN MENGEMBANGKAN ISYAR

MENAFSIR KEMBALI DAN MENGEMBANGKAN  ISYARAT PAK SAID AQIL SIRAD PADA SIARAN TV ONE, MEREKAT PERSATUANA BANGSA  TG 14 FEBRUARY 2017, ASUHAN BANG KARNI. Disiar ulang tg 25 desember 2017 sore.

“Semangat islam para Wali islam tanah jawa muali abad 12 M, sampai pada pendirian kesultanan Islam yang pertama Demak Bintoro pada abad ke 15 M, mengajarkan ilmu tasawuf pada kaum elite captures agama sebelumnya.” begitulah kira kira ucapan ketua PB NU ini.
 Ya, kepercayaan diri dari para Wali islam di Jawa pada abad ke 12 -15 M.  
Era dengan kurun waktu 12 abad pertumbuhan islam di wilayah asalnya yang sudah sangat kokoh dalam menggunakan semangat feodalisme, sebagai suatu pondasi pokok  kekuasaan dari masyarakatnya., sudah dimulai oleh dinasti  Mu’awiyah.  
Benar memang Demak Bintoro satu kesultanan berabad abad setelah dinasti Mu'awiyah di tanah Timur tengah, tapi  kesultanan islam di Demak sudah dengan azas egaliter, dimana Sultan dipilih oleh  pemuka agama islam,  dengan para calon Sultan adalah para elite masyarakat  islam baik dari kalangan feodal saat itu, maupun dari kalangan ulama dari semua kalangan tanpa ada pembedaan ( sebenarnya sulit memisahkan, mereka ulama- juga mayoritas masih berdarah keturunan para  brahmana atau ksatrya zaman sebelumnya - tapi kan yang dibicarakan sistemnya ?).  Keberanian yang dilandasi kepercayaan diri yang luar biasa, mengingat  telah 13 abad semenjak  Abu Sofyan mengangkat putranya menjadi Sultan. Sedangkan sebelumnya adalah Amirul Mukminin yang tidak diwariskan ke keturunannya.  Selama 13 abad setelah Sultan yang pertama bani muawiyah,  dukungan terhadap feodalisme makin kokoh, disertai dengan upaya pembenaran lewat  dalil ajaran dan budaya yang digoncengkan  pada ajaran hidup.  Jadi para wali islam zaman berdirinya kesultanan Demak Bintoro membenturkan masyarakat egaliter islami dengan masyarakat feodal berkasta pondasi dari masyarakat sebelumnya.  Manusia boleh sangat berbeda beda, tapi perbedaan ini tidak boleh melanggar hak azasi suatu kehidupan, makanya harus rela dengan kesamaan dan kebersamaan hak azasi seluruh umat manusia juga kewajiban azazi menjaganya .
Dengan  kepastian dapat membangkitkan semangat pembaharuan, dibawah panji panji islam, dalam segala bidang. Terutama ekonomi dengan pembangunan sawah dari rawa Demak bintoro, mengkaji pengalaman di jaman sebelumnya, persawahan di Pamotan dan Manyar,Gresik. Terutama export beras dan gelondong kayu jati dari lereng utara Gunung Muria.
Sangat berat membangkitkan semangat Abu Dzar, seorang sahabat Rasulullah salalahu alaihi wassalam. yang berwatak lugas, sederhana, terbuka dan berani. Pada usia lanjut, sosok lugas ini masih berani mengkritik Sultan bani Mu’awiyah yang membangun Istana Hijau Al Kirza, di ibukota wilayah taklukannya yang sudah sangat luas dengan kekayaan Negara.  Sesudah sultan ini, terjadi pergantian wangsa kesultanan berulang ulang semua sangat menikmati  keistimewaan feodal penguasa duniawi ( para Sultan dan kroninya) dan penguasa Agama ( para Ulama kesultanan,  Imam dan Mufti, Khadi ) juga dengan leluasa memberangus ide ide egalitarian dengan pamphlet dan sisipan di kitab kitab  tulisan tangan dengan edisi sangat terbatas, juga dalam bahasa arab yang adhi luhung, pokoknya diedarkan oleh kroni para Sultan sampai wilayah yang sangat jauh, selama belasan abad. Alias memberantas demokrasi, dari benak pembacanya.  Yang ini artinya jiwa demokrasi selalu tersirat pada tingkah laku Rasulullah Muhammad salalahu alahihi wasasalam.  Tanpa pribadhi yang “jeneng”  sangat berprinsip, pasti akan sangat  “ewuh pakewuh” , membuat kecewa para sultan, yang baik kayak Nabi Sulaiman, Sultan Harun Al Resyid yang legendaris   Penaklukan Yerusalem selama daulah islamiah ada dua kali penaklukan oleh Islam, yang sama sangat dikagumi sejarah.Oleh Umar bin Khatab.r.a. salah seorang dari khalifaurasyiddin dan oleh Salahuddin al Ayyubi. yang sangat islami dan elegan, tanpa watak barbarian. Dua duanya dipilih, bukan deari keturunan.
Untuk menangkal itu semua,  perjuangan para wali islam pulau jawa demi mengungguli  sistim masyarakat kerajaan terdahulu, sangatlah berat, dan memerlukan strategi yang sangat canggih, memerlukan tenaga dan pemikiran yang mendalam supaya kokoh dan tidak dicap sebagai sempalan ajaran Islam, yang dengan mudah akan dilucuti kekuatan moralnya.                                                                         Perlu kepercayaan diri yang sangat besar. 
Saya kira mengambil teladan dari Abu Dzar.   Mengadakan pendalaman ilmu tasawuf dengan elite agama sebelumnya. Konsekuensinya tidak satupun peninggalan kerajaan Demak Buntoro merupakan istana batu bata dengan adonan spesi antara batu bata pasir kapur tohor dan abu gunung api seperti kerajaan sebelumnya (bandingkan dengan makan raja raja Gowa atau raja islam di Aceh, yang di Demak sangat sederhana) atau ibu kota Mataram sesudahnya.  Mungkin, kerajaan Demak Bintoro  tidak cukup dana buat memperbaiki sistim pematusan rawa persawahan Demak yang sangat luas, karena export beras macet gara gara pembajakan galleon galleon Portugis meraja kanon  (bukan lela) diselat Karimata dan Laut jawa..
Mungkin, artinya pemasukan pajak sawah kurang, dan pajak perdagangan beras sangat susut. Sultan Hadiwijoyo, dan putra angkatnya Panembahan Senopati  lebih memilih tanah bhumi hutan mentaok sekarang sekitar D I Y Jogjakarta, yang merupakan lereng rendah kipas lahar dingin yang sudah melapuk jutaan tahun, dengan tiga sungai yang musim kemarau masih mengalirkan cukup air buat pengairan, sungai  sungai deras dan dangkal, mudah dinaikkan permukaan airnya untuk pengairan sawah, juga bendung plered, yang disamarkan sebagai nama pusaka tombak pusaka kiai Plered,  nama konstruksi bendung untuk pegairan kerajaan Mataram (serupa huruf  'f” lebih miring). Menggantikan sawah rawa Demak.  Mungkin perpecahan  di asal ajaran islam, yang sudah berabad abad rupanya telah merambah akar rumput, mengendorkan semangat  gotong royong petani santri di sawah rawa,  sehingga mengerjakan penataan kembali sistim pematusan tidak terlaksana.      Di Kerajaan baru ini Sultan memiliki sawahnya untuk kas kesultanan, dan memerintah sebagai monarki absolute. Dengan demkian karya para wali untuk mengintegrasikan kesultanan dengan semangat egaliter demokrasi gagal,  tapi tersisa pada ajaran yang diserap  oleh para kaum inteligensia Jawa bekas kasta ksatrya dan kasta  brahmana, kasta waysia dan kasta sudra yang sudah jadi saudagar canggih dan melek huruf, bisa membuat surat perjanjian, dan pembukuan lajur,waysia sudra yang sudah menjadi Bilal Bilal  yang tahan banting,  Semangat ilmu tasawuf  yang sengaja diajarkan dulu oleh para Wali islam, guna mengimbangi  semangat agama sebelumnya dengan wujud dalam kitab Bhagawat Gita,  dengan weddha kelima Mahabharata, dan aliran Budha Hinayana, Dengan masih tekun mengambil teladan dari  perjuangan Rasulullah SAW pada permulaan kerasulannya, dan Abu Dzar pengikut islam yang pertama, sahabat  Nabi dari kaum badui yan lugu, egaliter, bersemangat empati-nya  pada penderitaan rakyat miskin, tidak lekat pada harta benda. Masih mampu mencetuskan perlawanan - perang Jawa-(1825-1830) .           Muncul pada  karya dan keteladanan  RMP Sosrokartono wakil dari inteligensia Jawa dan Islam yang zuhud.  Menunjukkan warisan para wali jawa, sumber yang masih jernih dari ilmu  Hakikat islam dan ilmu Makrifat islam – tasawuf - dari gerakan dan bacaan sholat wajib,  Kalimah toyibah, kalimah basmallah,  dan Al Fatihah.  Keberanian “beda” kalok perlu : anteng mantheng, sugeng jeneng.
Harus ada kepercayaan diri dari ulama dan umarah Nusantara.  Masyarakat Indonesia jadi sarana melaksanakan ad dien dalam keberagaman berarti nenggubah ekonomi dengan ad dien yang sudah menjadi tantangan jaman. Membuat kehidupan manusia lebih manusiawi,  didunia yang lebih baik.
Menghapus perbudakan,  penjajahan,  menghapus feodalisme lahir bathin, melestarikan alam dari hangkara murka mafsu manusia.

Dengan alat terlaksananya  pemikiran neo liberalisme, praktek kebebasan ekonomi yang mutlak seantero dunia. Bentuk baru dari nazi-isme, neolib yang ini bukan mengejar dominasi ras, tapi mengejar dominasi US DOLLAR, dan otomatis yang menyimpannya di off shore banks, bukan negara, ndak punya rakyat ndak mbayar pajak menguasai perdagangan/keuangan  seluruh dunia ini, dibayar dengan memberikan ibu kota Yerusalem, kayak punya embahnya sendiri, pokoknya dia ndak keluar uang sepeserpun, cuma secuil topi serabi.
merah lagi, Dilain sisi  masih ada umat islam yang secara kasat mata semua benar, tapi urusan hidup masih  besazas feodalisme asalnya dari luar pulau jawa, dimana elite capture-nya menjadi elite capture yang memanfaatkan doktrin persatuan tanpa terkotak kotak, tapi elite capture-nya  masih berjiwa kerdil, setingkat suku dan puak, jenis ini ningkring diatas kotak  didukung kekuatan senjata untuk menipu rakyatnya. DENGAN DUKUNGAN US DOLLAR.   begitu dukungan us dollar berhenti, bubar. Golkarnya Harmoko tidak menunjuk penggantinya, bukankah ini satu pertanda runutuhnya feodalisme ?   Karena apabila sempat dttunjuk pasti tidak laku ?    1993 kekuasaan militer feodal ini runtuh, karena terlalu boros clan clan  warga baru, yang masih tiga generasi sudah merajai ekonomi,  tidak menghayati  kondisi sosio demografi Indonesia, dumeh dekat dengan sang Jendral. Lantas dengan menyolok hadigang hadigung, jadi  pendukung doktrni doktrin  ini, kasempatan digunakan tanpa  malu. Tersisa elite capture semacam Fahri Hamzah, yang ndak malu,  Sedang selama masa 15 abad feodalisme digunakan oleh para sultan,  demokrasi yang sudah diisyaratkan oleh Rasulullah salalalu alaihi wasallam sudah tidak dipakai lagi. Berkembang kearah penjajahan dari neo liberalism dalam ekonomi, yang sudah melampaui  batas dimensi Negara, agama dan sistim bermasyarakat – semua seluruh dunia harus ditera dengan kertas US dollar – lha si kertas ini dengan sengaja di-inflasi-kan dinegerinya kebutuhan hidup naik tapi gaji penerima upah disana ya dinaikkan, sedang dinegara orang lain malah nilai US dollar dinaikkan terhadap uang local karena mekaniasme pasar uang, dengan apa mereka diupah, jadi upahnya turun,  karena nilai us dollar naik karena sangat dibutuhkan ( di Mesir untuk beli gandum, ndak beli, kelaparan konon juga Pakistan – masih mending di kita – untuk membeli alat alat canggih – dan sayangnya juga  beli kedelai untuk lauk, saya harap ibu Moana Susi bisa mengganjalnya dengan ikan laut - makanya dasar lautnya jangan dikeruk dengan jaring centrang, dengan cengengesan)
US DOLLAR ini gantinya  ras Aria dari nazi-isme. Nilai us dollar naik karena harus beli infra structures selain bangunan, yang juga tidak sedikit, misalnya alat alat kedokteran dan farmaceutical products, karena kerusakan genetic dari mengkonsumsi  tanaman budidaya hasil  rekayasa genetic dari sana, yang belum tuntas diteliti efeknya terhadap pemakainya- manusia, alat alat komunikasi, senjata canggih,  alat alat Pendidikan dan penelitian ( disana peneliti bikin alatnya sendiri. disini beli jadi sudah wutuh tinggal pakai, dbuat satu satu oleh para ilmuwan – jadi harganya selangit – bikin sendiri, ogah ah  ? Tradisi para Profesor kita kan bukan dari lingkungan para tukang – mlainkan penghafal kitab kitab? jadi ya kurang trampil bikin alat alat penelitian sendiri)
Nilai US  dollar naik karena sangat dibutuhkan untuk membangun infra structure perikanan,  pertanian dan peternakan,  yang masih harus dibeli dengan US dollar.
Harga barangnya di Negara asal, sudah naik karena uangnya di-inflasikan, masih naik lagi  nilai US dollarnya dinegara berkembang karena sangat dibutuhkan.                                                  Dunia Islam, sudah ada konsep mengenai ini, ekonomi dan perdagangan cara islami. Cuma masih terselip selip dilemari primbon  para  ulama di seluruh dunia. Karena lagi sibuk menjaga kemurnian agama islam. Sebagian santrinya malah bikin bom bunuh diri, lebih gampang.  Devide et impera diantara  Negara kapitalis baru dengan watak “bakul”-nya masih kental  tersisa ( ngeloni keuntungan kecil -urik-nakal  dalam dagang, dan mengabaikan keuntungan strategis yang lebih besar berjangka panjang ) -  dengan  Negara berkembang alias Negara kapitalis setengah matang dengan elite captureya  yang makan suap, ndak mampu menawar dengan win win solutions mutlak, ya sedikit mengalah-lah, sebagai landasan dagang dimasa depan, Adu domba model ini masih sangat ampuh mengaduk aduk perjuangan  diantara rakyat miskin dengan segala cara. Dasar.  Apa ideology islam tidak bisa menciptakan trobosan, selain yang sudah biasa dikerjakan wahai para habib cuma omde (omong gede),  masih mau menggurui ?, ya ini subjeknya, gurui kami kalok bisa  !! *)

                                                                                           

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More