PARIWISATA MERESPOND
BU SRI MULYANI
di strip
Kompas TV 22/12/2017 pagi,
Bangsa yang bisa mengexport producesnya adalah bangsa
yang maju, bisa mengalahkan bangsa lain. malah sekarang mengexport objects pariwis“ata negeri ini”
OK, saya terkesan pada
pernyataan beliau, -“ing ngatase” –meskipun, beliau menteri Keuangan.
Saya orang partanian, sudah bekerja sebagai Agronomist Perusahaan Produsen
pestisida untuk program pemerintah – “Bimas Inmas" – terutama padi dan polowijo
kemudian tambah kapas tambah lagi lahan tambak, tambah lagi lahan padi gogo di
hutan jati yang baru di tebang, selama lebih dari 20 tahun, 7 tahun sebelumnya
bekerja di kebun kopi. Usia saya sebentar lagi 80 tahun, ha.
Hampir seluruh komponen produces yang disebut oleh Bu Sri
Mulyani adalah object saya bekerja.
Termasuk object object pertanian yang bukan hasil pertaniannya.
Tulisan ini saya harap bisa dibaca terutama oleh murid
murid SMK Pariwsata di Bogor, sukur sukur bila ada pengajarnya yang
sudi membaca, karena mungkin bisa menambah wawasan tokoh tokoh Pemda yang membidangi
Pariwisata, sekaligus sebagai guru pakar di SMK itu, saya kuwatir kepakarannya terutana dibidang pariwisata ada di anggaran Daerah, dan penggunaannya. Maka tulisan ini guna membesarkan hati Ibu kita itu – sebagai tanda
simpati mendukung perhatiannya. ( Apa
lagi , harga US dollar kok tambah naik
terus, kan bekas CEO Bank Dunia, masak heran ?).
Selama saya bekerja
menjelaskan pada clients saya petani gurem atau gajah, pemakaian
Pestisida pada umunya dan pada khususnya merek yang dibebankan penyerapannya
kepada saya, dan teman teman saya disetiap wilayah, dengan berkeliling dari desa
ke desa wilayah Jawa Tengah, jawa Timur,
Bali, NTB, NTT, Sulawesi, disamping jatah jeep saya 3000 km/bulan. Pekerjaan tidak bakal berhasil bila tidak menggabungkan
semua cara yang praktis dan cepat namun harus ada hasilnya – Pesanan tahunan
akan produk kami meningkat, Itu saja.
Keliling sawah padi muda pada waktu malam dengan kain kasa sebesar
sapu tangan terbentang di depan radiator jeep saya dibawah tutup mesin, paginya
saya amati kupu/ kaper apa dan berapa banyak, yang menempel sepanjang rute jeep
saya, tentu saja sepanjang jalan antar kecamatan bahkan antar desa. Ada
serangan ulat apa disana. Parjalanan pagi mampir di pasar pasar melihat buah
pisang yang pagi itu sudah dibawa ke pasar, bila pisang (kebanyakan pisang
saba/kepok) masih bersegi segi penampangnya atinya petani sudah tidak punya uang. Agak siang ketemu PPL diirumahnya, lagi mandi. Makan sate ayam dari penjaja keliling
pada petang hari, bila dagingngnya liat alot, tandanya daging petelur yang
sudah terlalu tua, jadi harga daging ayam naik, yang ini jauh lebih murah, bila
empuk dan enak berarti harga telor turun, populasi petelur dikurangi. Parjalanan
sepanjang jalan desa bila ketemu rombongan besar burung walet dan seriti, pasti
ada explosi hama wereng disana, bila rombongan capung pasti ada explosi walang
sangit/kepinding bau. Lha kebiasaan memperhatikan sekeliling ini merembet ke
bidang bidang lain seputar upaya pertanian dan ecologi – sisiologi desa desa, juga
sejarah hal hal yag belum pasti jadi perhatian orang lain.
Perjalanan wisata yang menyangkut wilayah luar kota, ke
sentra sentra wisata ke kota kota
wisata, ke pantai, ke gunung gunung dan candi candi pasti melewati desa desa.
Nha ini cerita cerita yang akan saya sumbangkan ke dunia pariwisata, sebagai
bumbu penjualan wisata darat. Supaya bu
Sri Mulyani merasa baikan sedikit. Ndak malah dimintai kredit dari pemilik Partai untuk bikin hotel bintang tujuh, di mark up lagi, saya kasihan, SEMOGA BU SRIMULYANI DIPARINGI SABAR Sekarang,
sudah banyak jalan antar kabupaten yang mulus dan tidak macet, selama satu jam dua
jam perjalanan mini bus, beranyam dengan jalan tol, jalan antar peropinsi, jalan antar kecamatan, apa lagi di
Bali, hampir 100 % mulus.
Di Jawa, masak semua wisatawan asing yang bukan back packers dari Jakara
ke Jogja maik pesawat ? Apa menariknya
naik minibus atau bus limaratus kilometer,
apa yang menarik di jalan, menginap di tempat yang exclusive kaya dengan
aroma fun dan hiburan juga pengetahuan
hal hal yang unik ? Tidak atau
belum. Bila wisatawan asing tidak tertarik, its not worthwhile, ya wisata murid SMU, sambil mengapresiasi bangsa dan
tanah air ? Sambil menuggu infra structures wisata yang akan memadai, untuk wisatawan
diatas back packers ?
Bukan soal hard wares, itu gampang,, tapu soal attiude/perilaku melayani turis dari negara maju yang mau bayar. mereka ndak biasa minun teh kondor, paling sedikit ya kayak hotel di kota kota turis, pake sacet, mereka sangat sensitip terhadap kebersihan dan hygiene, mereka jijik pada roti tawar yang ditaburi gula pasir. mereka jijik kepata tissue yang sama sama kertas tissue putih mulus, dtaroh d meja makan, tapi drupakan gulungan alias tissue WC !, sekarang di kota kabupaten hard wares sudah ada, lha soft wares yang seperi ini yang masih sulit ditanamkan seperti kembersihan WC duduk, A/C yang tidak berisik, klambu dan sprei yang bersih, dan pamusaji pramuwisma yang standard pengetahuannya sesuai. yang tidak ada ,atau dibayar teralu murah, menurut azas neo liberalisme. Lewat jalan antar Propinsi dipingir jalan nyaris ndak melihat usaha pertanian dan desa desa, semua kota dan tempat perdagangan, sambung menyambung. Lewat jalan tol dari ujung ke ujung cepat nyaman melihat sawah dan desa nampak dari jauh sering halaman belakang. Perlu koordinasi untuk memiih route wisarta desa lwat jalan yang bukan buntu ( cul de sack) tapi bisa nembus ke tujuan kabupaten lain atau jalan propinsi yang sudah memenuhi syarat jadi jalan wisata desa - ini perlunya ada Dinas priwisata Kabupaten Kabupaten - demi membantu merancang route yang dilewati - Saya harap SMK Pariwisata bisa membantu merangsang PNS Daerah yang terkait, supaya anggaran Daerahnya untuk sektor pariwisata tepat sasaran, tidak malah untuk wisata umroh.
Nah sekarang andaikata group wisata tingkat SMU jalan mandiri dengan satu bus yang nyaman bareng dengan back pakers manca Negara, ( Trips schedule dibuat routine setiap liburan besar, atau long week end, rute yang nyaman diselingi lewat jalan tol, Jakarta ke Pangandaran nginap di Waduk Jati Gede , sebagian liwat jalan antar kabupaten sebagian jalan tol sebagian jalan antar propinsi gimana. Terus acaranya wisata pedesaan sebagian besar, mampir di water parks, hutan bukit curam, pantai gimana ?
Bukan soal hard wares, itu gampang,, tapu soal attiude/perilaku melayani turis dari negara maju yang mau bayar. mereka ndak biasa minun teh kondor, paling sedikit ya kayak hotel di kota kota turis, pake sacet, mereka sangat sensitip terhadap kebersihan dan hygiene, mereka jijik pada roti tawar yang ditaburi gula pasir. mereka jijik kepata tissue yang sama sama kertas tissue putih mulus, dtaroh d meja makan, tapi drupakan gulungan alias tissue WC !, sekarang di kota kabupaten hard wares sudah ada, lha soft wares yang seperi ini yang masih sulit ditanamkan seperti kembersihan WC duduk, A/C yang tidak berisik, klambu dan sprei yang bersih, dan pamusaji pramuwisma yang standard pengetahuannya sesuai. yang tidak ada ,atau dibayar teralu murah, menurut azas neo liberalisme. Lewat jalan antar Propinsi dipingir jalan nyaris ndak melihat usaha pertanian dan desa desa, semua kota dan tempat perdagangan, sambung menyambung. Lewat jalan tol dari ujung ke ujung cepat nyaman melihat sawah dan desa nampak dari jauh sering halaman belakang. Perlu koordinasi untuk memiih route wisarta desa lwat jalan yang bukan buntu ( cul de sack) tapi bisa nembus ke tujuan kabupaten lain atau jalan propinsi yang sudah memenuhi syarat jadi jalan wisata desa - ini perlunya ada Dinas priwisata Kabupaten Kabupaten - demi membantu merancang route yang dilewati - Saya harap SMK Pariwisata bisa membantu merangsang PNS Daerah yang terkait, supaya anggaran Daerahnya untuk sektor pariwisata tepat sasaran, tidak malah untuk wisata umroh.
Nah sekarang andaikata group wisata tingkat SMU jalan mandiri dengan satu bus yang nyaman bareng dengan back pakers manca Negara, ( Trips schedule dibuat routine setiap liburan besar, atau long week end, rute yang nyaman diselingi lewat jalan tol, Jakarta ke Pangandaran nginap di Waduk Jati Gede , sebagian liwat jalan antar kabupaten sebagian jalan tol sebagian jalan antar propinsi gimana. Terus acaranya wisata pedesaan sebagian besar, mampir di water parks, hutan bukit curam, pantai gimana ?
Nah waktu lewat jalan antar kabupaten antar kacamatan dan
hunian desa bisa diceritakan pembentukan tanahnya. Pembuatan jalan mobil,
panjang atau pendek bila di perbukitan mesti lewat pinggiran jalannya air/
sungai alami, bahkan kanal. Bila di ngarai pasti lewat dataran dengan hunian padat, dengan jembatan memotong sungai atau saluran air dan mengitari rawa atau
menerobos rawa. Tanah di lereng rendah adalah tanah yang tumbuh diatas endapan vulkanik berupa kipas lahar dingin dari
lereng yang lebih tinggi, dipotong oleh sungai sungai bertebing rendah,
berkelok kelok, apabila vegetasi pohon
tidak tinggi, kontet, maka lapisan bawahnya yang sekeras padas itu , dangkal saja zona akarnya, tapi lahan macam ini subur buat sawah berpengairan. Tidak bagus untuk
budidaya pohon buah buahan, hanya baik untuk buah naga, dari pada tanaman turi yang
ndak ada harganya. Dibawah padas yang dangkal hampir pasti bisa dibuat sumur
yang tidak dalam. Temperamen pedukuknya tenang tapi keras explosive.
Tentang tanaman yang cocok yang berharga, tetap harus diimbangi
oleh adanya tumbuhan yang tidak berharga, demi keaneka ragaman hayati, karena
banyak predator hama yang harus hidup disana, sama liarnya. Anehnya di desa desa jarang sekali varietas unggul buah buahan ditanam dan di pelihara secara budi daya. ya apa maunya tanaman saja, toh pasar selalu penuh nasil panen buah dari varietas unggul karena extravagansa ini jarang laku, semua orang doyan, tapi tidak sesuai daya belinya, buah lainnya masih banyak, kayak kedondong, pisang, jambu biji atau jambu air, mangga kampung yang ndak punya nama jamblang, rambutan setengah liar, ceremai, buah buni, nangka jarang sampai ke pasar, di kampung pampung masih ada untuk kensumsi sendiri, belum diminati tukang tebas buah. Keberadaan tanaman itu dan pemeliharannya. Jarang sekali buah buahan dibudidayakan secara kebun, boro boro bibitnya hasil cangkokan (markotting), wong pohonnya dulunya dari biji yang kebetulan tumbuh. Yang bisa mengerti manfaat grafting (nyambung tanaman berkeping dua) atau okulasi hanya petani yang dekat perkebunan saja. Itupun tidak ada yang bisa mengajari. Amati sepanjang jalan sudah jarang sekali ada nyiur melambai. ( google, blog idesubagyo,blogspot,com. kata kunci Nyiur melambai) Apaladi di jawa tengah dan jawa timur. Ditanah dataran
rendah yang ndak punya lapisan cadas dangkal, Semua tumbuhan pohon cenderung
tinggi besar, anda persilahkan client anda mebandingkan sendiri pohon naungan jalan dasatu tempat kontet dilain tempat tumbuh tinggi dan besar, di lahan yang lapisan cadasnya dalam sawah berpengairan memerlukan lebih banyak air, juga pohon pisang, tapi
buahnya tidak bagus.Ada prnncucian (istilahnya leaching jangan lupa) hara tanah yang cepat. Permukaan sumurnya berfluktuasi menurut curah hujan. Sikap
penduduknya exstrovert, banyak jadi sinden dan penari ronggeng. Tujuan hari itu
adalah waduk Jati gede, bisa cerita perkara hutan jati, yang sengaja ditanam mulai zaman pendatang
dari India, tahun sebelum masehi, belakangan zaman perahu layar samudra yang
berbula bulan di laut, papan dan balok kayu jati tidak dsukai kerang yang biasa menempel di dinding lambung
kapal, tidak dilubangi sebangsa cacing laut, tidak ada kayu lain seperti kayu
jati, jadi sengaja ditanan sampai diameter 70-80 cm, penanaman jati dari biji yang telah disangrai,
sampai berapa panas dirahasiakan oleh Belanda. Yang menanan adalah penduduk
desa, diizinkan menanam polowijo dan padi tegalan selama semaian jati masih
kecil, belum menutup kanopi ,seribu batang setiap Ha, saban sepuluh tahun dijarangkan,
hingga penjarangan yang ke delapan pohon jati bisa dipanen, tinggal seratus batang
yang terbaik, lurus tidak bercabang rendah tidak berlubang dibuat rumah neoternes ( sebangsa rayap yang makan kayu
hidup terutama jati), adapun di Jawa Barat lebih banyak nama desa, kota yang
memakai nama jati, karena kaum colonial menanan hutan jati besar besaran di
jawa Barat, kualitas kayu sebagai mebel buruk, tapi sebagai papan kapal lebih
cepat besar, cepat jadi uang. meskipun warna dan kekerasan kayunya lebih
inferior, pokoknya laku. Belakangan setelah kapal dari plat baja, jati hanya untuk mebel, dan rangka bangunan,
tahan terhadap rayap/termite. Ditanam di perbukitan kapur di Timur pulau jawa. Sepanjang
jalan di pedesaan hijaunya dedaunan satu
sama lain tidak ada yang sama, tidak bisa ditangkap dalam kanvas pelukis dari
manapun, sudah ditandai oleh pelukis Perancis abad yang lalu Guaguin (google kata kunci Guaguin pelukis Perancis di kepulauan Pasific), tapi tetap
ndak sama dengan di alamnya, alam tropic, apalagi cellulose foto film atau pixel
electronik. Jalan macam ini biasanya menuju utara selatan, makin naik, atau
makin turun, sebab pegunungan dan perbukitan di pulau jawa memanjang dari barat ke timur, kurang lebih ditengah
pulau. Makin ke barat pulau ini
tanahnya makin berwarna merah genteng, tanah yang tumbuh di bebatuan sekunder/ artinya
bebatuan yang larut jauh diatas dibawa airtanah menurun mengendap mengeras bercampur dengan
bagian unsur tanah yang lain di satu tempat, namanya laterit dan tumbuh tanah diatasnya, merah genteng. Turis itu umum, maka untuk
pengisi waktu, apabila lewat jalan desa macam ini bisa dicritakan. Sementara untuk
tanah dan tumbuhan sekian.
Jalan melandai naik lewat hunian desa. Setiap kelompok
desa punya Kepala Desa, yang nama lokalnya macam macam ( di blog ini menyertai
posting Desember 2017 artikel “Pak jokowi hweran………” bisa jadi bahan cerita yan seru. Makanya jadi
Penjual turisme yang diharapkan bu Sri Mulyani ini, harus buanyak baca geografi, geology populer,
anthropology, sejarah, botani bagian taxonomi, pertanian apa saja, biar dagangannya laku, atau blog ini, ada 500 posting lebih tinggal pilih..
Tentang pertanian budidaya padi ada di blog ini juga,
tapi diuraikan cara lain, dihubungkan dengan sejarah dan ekonomi, buka blog ini
ketik kata kunci budidaya padi…..Di sepanjang jalan nanti banyak kebuh karet,
yang teratur rapi, ada di blog ini juga dengan kata kunci Budaya karet di Sumatra dan Strait setlement ( semenanjung Malaka) dicritakan sejarahnya, dan pengaruhnya kepada penghuni pulau Sumatra.
Lantas Kuningan
makan ketela di Kuningan ada jenis sana, di blog ini hanya berguna bagi orang
pertanian, bukan jenis se-manis jenis cilembu, khusus besar bulat agak
tertekan ditengah umbinya berwarna
putih. Cari di blog ini juga. Begitu
pula waduk Jati Gede, terjadi pro dan kontra, bisa mengairi ratusan ribu hektar
sawah pada musim kemarau, ada di blog ini juga, tapi lebih baik cari dari
sumbernya sendiri. Belum cerita perkara Pangandaran, kota kecamatan-nya Bu Susi
Moana, Menteri Perikanan kita yang tercinta, ditakuti kapal pencuri ikan,
dilecehkan oleh Ketua Partai gurem, yang masih suka cengengesan. Saya senang membaca tulisan anda nanti,
kabari ya ? Pulangnya ke Jakarta bisa tidur saja*)
0 comments:
Posting Komentar