Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Sabtu, 23 Desember 2017

KEPERCAYAAN DIRI ULAMA PARA WALI ISLAM TANAH JAWA

KEPERCAYAAN DIRI PARA ULAMA JAWA PADA ZAMAN PARA WALI-  ABAD KE 12 – 15 M.
Meinjau keadaan sekarang,  kapan sosok peneliti se kaliber  Nurcholis Majid, doctor dalam ilmu sosial masih mendapatkan sanggahan  miring oleh para ulama yang mendapat pengetahuan dari sederet kitab kitab Islam yang dituntun oleh sang Al Mukharom yang mendapat legalitas dari  guru guru kelompoknya, nyaris di cap sebagai  perusak islam yang pantas dihukum berat, apalagi orang awam.  Para pakar agama islam dan kroni penguasa  dalam sejarah yang sangat condong ke feodalisme artinya kekuasaan despotic, sudah pasang kuda kuda semenjak menghadapi kritik Abu Dzar al Gifari yang Badui, salah satu dari yang pertama  diterima oleh Rasulullah sendiri, dari wawan sabda yang tandas,   Abu Dzar langsung masuk Islam. Hari berikutnya dia kemukakan dihadapan warga Mekah kaum Qurays kafir dan jahiliyah, dua hari berturut turut dia dikeroyok dipukuli, mereka mundur karena ada yang mengingatkan orang asing yang dikeroyok ini dari marga Gifar penguasa jalan kabilah dagang ke Syiria bisa bisa jalan dagang orang Mekah di blokir. (Repubka.co.id.  tg 13 juni 2011, kisah sahabat Nabi Abu Dzar al Gifari takoh gerakan hidup sederhana.)
Langsung pada saat itu Rasulullah minta supaya dia pulang ke oasis asalnya, dan mengajarkan  apa yang dia dapat dari Rasulullah SAW,  dalam pertemuan sesingkat itu.                               Th 1965  pada pengajian Kiai Qudratullah dari Banten di Jakarta anggauta Konstituante pada Pemerintahan Presiden Suharto, dia menceritakan kepada jamaah pengajian, bawa Abu Dzar al Gifari dengan berat pulang setelah pertemuan sangat singkat dengan Rasululah saw,  sambil menunggu dipanggil, bila perang dengan kaum kafir Mekah telah dimenangkan.  Sambil menyesal karena diminta meninggalkan Mekah oleh Kanjeng Nabi.  Atas penyesalannya ini  Rasulullah menjawab Abu Dzar, Jawaban Rasulullah saw ini yang sekarang saya cari di google ndak ketemu: Menerut Kiai Qudratullah,  dianjurkan supaya Abu Dzar mohon pertolongan Allah, bila dia tidak tahu menjawab suatu perkara, bila sangat mendesak segera harus dijawab,   pertimbangkan menurut hati nuraninya. Di google tidak demikian, tapi wasiat panjang panjang  pantasnya diberikan selama dia jadi sahabat Rasulullah salalahu alaihi wasallam. sesudah hijrah ke Madinah.
Lho, untuk sosok lugas,  jujur, terbukan dan  pencari kebenaran seperti Abu Dzar, terbukti  dia sudah susah payah jalan begitu jauh hanya untuk menemui beliau Kanjeng Nabi, maka dengan sagala jalan Allah akan menolong, dan bisikan hati nuraninya bisa diandalkan, tidak akan melenceng jauh.  Saya ingin temukan kembali pesan Rasulullah yang paling pertama  menyadari betapa masih sedikit pengetahuan ajaran Rasulullah  kapada Abu Dzar ini.   Menurut saya ini sangat penting,  sebab beliau menyuruh mohon pertolongan kepada Allah seperti semua orang, dan percaya diri mendengar bisikan hati nuraninya.    Sebab selama sepuluh abad berikutnya para pemimpin muslimin  adalah Sultan yang mengesyahkan kedudukannya dalam masyarakat  muslim, menurut azas feodalisme dengan segala jalan. Termasuk membungkam si lugas, jujur, terbuka, dan memperjuangkan kepentingan umum, seperti Abu Dzar.                            
Yang masih tersisa kenyataan bahwa setelah sampai ke Nusantara, dibawa oleh para Wali dari Yunan dan Mesopotamia, satu jarak yang sangat jauh, dari pusat ajaran islam, juga jarak selang waktu yang sudah berabad abad, semenjak  orang sejenis Abu Dzar bisa mengkritik Sultan dari bani mu’awiyah  ini, bukan karena dia masih sahabat Rasulullah, bahwa bani  Mu’awiyah  menghabiskan kas Negara Muslim pertama untuk membangun Istana Hijau Al Kirza di ibu kotanya di Siria.  Padahal selang waktu selama itu sudah sering kejadian naik dan hilangnya dinasti dinasti feodal di kesultanan Islam.  Tentu para Sultan dari wangsa manapun mengerahkan para cerdik pandai, ulama yang mendapatkan derajad dan rejeki dari tuannya yang Sultan, malah Syahansyah. 
Rasulullah  salalahu alaihi wassallam sudah disiapkan Allah, yang tersirat disini adalah kenyataan - Islam melarang perbudakan, membayar buruh sebelum keringatnya tuntas di lap, islam melarang menimbun pangan (ihtikar) untuk keuntungan, islam melarang riba ,ajaran moralnya hanya mengguakan harta dan kekuasaan untuk pebuatan rahman dan rakhim.

Susunan masyarakat ditentukan oleh ekonominya - susunan masyarakat bisa dirubah hanya dengan mengganti ekonomi masyrakat luas. Jadi menurut saya, masyarakat islami bisa terwujud ( politik dan budaya) bila ekonomi lingkungannya adalah ekonomi islami - Sedangkan dikiri kanan jazeerah adalah kerajaan kerajaan yang kuat berdasarkan feodalisme. Ini yang harus lebih dulu di tundukkan kekuatan ekonominya, Dengan perang yang harus menggunakan bantuan golongan ksatrya qurays, dengan kuda kuda perang dan baju baju zirah yang langka, sang Robin Hood Abu Dzar tidak punya. Sebelum disuap oleh feodal feodal tetangga kerajaan - jadi sementara Abu Dzar ya non job-kan  dulu. Hukum islam yang berlaku di Negara tanah hitam ( Persia) adalah reformasi bagi hasil panen dengan kaum Muslimin. Sebab tanah para Raja terdahulu secara de yure jadi milik penakluk, tapi Islam sangat hati hati mengenai ini. hanya bagian petani penggarap diatur lebih longgar bila sesama muslim. Pambagian hasil dirupakan pajak bhumi.
Di Mesir pun begitu, hanya baru abad ke 18 para shaikh diundang untuk tinggal di tanah bekas punya Raja.zaman dijajah romawi,oleh  Sultan Ali Pasha - (google) untuk jadi penyewa pertama dari Sultan  mesti saja ikut menjaga tahta.  Sebelumnya selama wangsa wangsa islam silih berganti, petani setempat sebagai penyewa langsung,

Saya curiga, penguasa feodal  selama berabad abad,  memasukkan pesan kepada rakyatnya yang di boncengkan seolah olah sebagai pesan Rasulullah kepada Abu Dzar. Termasuk pesan jangan banyak tanya tapi amalkan saja apa kata para  Ulama  : Intinya  kekuasaan feodal itu atas karunia dari Allah, seperti raja raja zaman sebelumnya di tempat tempat lain.  Sangat masuk akal bila tidak boleh ada  ajaran dari dan untuk pikiran sehat, yang menuju ke demokrasi dan sikap egaliter yang sangat berlawanan dengan sifat kekuasaan feodal, mulai dari masyarakat sekecil madrasah, pondok pesantren sampai sebesar kesultanan, bahkan  adab juga disusun secara feodal, misalnya mashab Ismailiah dari Pakistan dengan Agha Khan sebagai  Pemimpinnya yang turun temurun dan pangeran Ali Khan memperistrikan Rita Hayworth  bintang film Hollywood  th 1950 han, hidup sebagai  socialite di Hollywood, bebas madat madon minum main, saking hebatnya  kaum feodal berjubah imam mashab ini mempertahanlan posisi feodalnya  maka punahlah -  Abu  Dzar Abu Dzar, ndak   lagi ada yang brani berfikir mandiri  menggunakan hati nuraninya,  mengkritik penyimpangan imam mashab Ismailiah, yang tidak pantas.                                                                                                         Sedang masa kini,menurut saya,  mencari kebenaran bisa lewat ilmu pengetahuan yang berkembang di filosofinya,atau dihentikan  saja, ndak usah mencari kebenaran, apalagi dengan berkelahi saling membunuh, sebab kebenaran hanya milik Allah, saya kira ini jauh lebih aman. Lha kalok kebenaran itu dipakai sebagai azas/ dasar berbuat baik, paling sedikit ya dipakai sendiri, tapi kan dicari ? Tandanya dalam sholat selalu dimohon dalan Al fat6ihah, tanpa itu diswetiap rokaat, sholatnya tidak syah, repot ya ? 
Jadi sebagai Guru harus jujur dulu, demi apapun, tanpa memperdayai pelajarnya, zaman sudah terbuka, seleluruh dunia postulat mathematika, hukum fisika yang diterbitkan dalam karya ilmia. selalu di verifikasi dengan jujur.  Allah menciptakan alam seisinya komplit dengan hukum hukumnya.  Keaneka ragaman alam menurut ajararan islam, nencakup fenomena non materi –energi  existensi hidup kita. Ini bukan bidang ilmu pengetauan.  Derajad manusia seluruhnya sama dihadapan Allah. Kekuasssn 
menentukan kecukupan atau kekurangan sarana hidup orang banyak,si elite kekuasaan atau si bodoh orang kebanyakan, jadi penentu pembagiannya ya dari  kesepakatan bersama, bukan si pakar dan si elite capture saja yang berhak menentukan, ini azas demokrasi yang pokok.  Rizki ditangan Allah, tapi sarana hidup sudah di anugrakankan Allah gratis untuk seluruh makhluk  Allah. Menurut hemat saya adil, yang bekerja mesti dapat, tanpa ihtikar dan akal akalan dan riba.  
Mungkin Abu Dzar  tanpa kompromi, meskipun Rasulullah tahu bahwa si lugas badui ini benar, tapi waktu itu gerakan islam baru mulai, dikiri kanan jazeera Hijaz, kerajaan besar Mesir dibawah Romawi dan Parsi dibawan majusi. Sedangkan prinsip perang padang pasir pertahanan yang paling handal adalah menyerang, maksudnya menempatkan musuh sejauh mungkin.  Sikap zuhud tanpa kompromi akan membuat ragu dan menakuti warga arab ksatrya qurays belum pahan islam, yang kaya memiliki baju zirah dan kuda kuda arab yang terkenal itu serta pedang baja Damaskus yang sangat kuat dan tajam, dengan kesempatan mandapat harta rampasan, dengan pasukan darat yang bersemangat dari umat islam walau  masih sedikit, tapi keberaniannya luar biasa. istilahnya jihadfisabilillah,  apa  bisa secepat itu bila Si mu’awiyah tidak mendapat dukungan dari  batalion kavaleri, pengendara kuda kuda arab yang mahal,( sedangkan satu ksatrya masih bisa meminjamkan kuda kudanya pada pengiringnya yang dulunya hanya jalan kaki  berbaju zirah ponjamam lagi),  guna menyerang menjatuhkan calon musuhnya ?  Kerajaan besar besar dikiri kana jazeerah Hejaz ?  Tanpa menaklukkan mereka lebih dulu. bangsa arab ini belum islam semua, masih sangat gampang di iming iming suap, dipecah belah dengan suap oleh super power saat itu, dan pasti kalah-lah pasukan islam semua, yang masih compang camping kurang alat, jalan kaki tanpa baju zirah dan masih kecil jumlahnya ?                                                                                                                 OK, itu dulu pada saat pengembangan ajaran Islam, sampai  me non job- kan Abu Dzar.  Hla  saat para wali mengislamkan Jawa dengan Kesultanan  Demak Bintoro, watak Abu Dzar sudah diserap para wali,  terbukti tidak ada peninggalan sejarah berupa gedung istana batu bata dengan spesi pasir kapur tohor dan abu gunung api ( belakangan diganti dengan bubukan batu bata – sebelum semen Portland) seperti di Wilwatiktapura dan Mataram sesudahnya.  Hanya ada satu mesjid Demak yang salah satu tiangnya dari kayu limbah, se-sederhana itu saja, Orang bilang disengaja, tapi apabila karena kekurangan dana, saya ya percaya. Sebenarnya ya bisa dibuat, seperti menara Kudus, tapi kan bukan kesultanan Demak ?
Setelah kesultanan Demak bintoro pindah ke Pajang karena bencana lahar dingin dan keamanan pelayaran jung  besar besar dari china sangat terganggu galleon galleon Portugis, pengaruh islam mulai surut di politik pemerintahan, tersisa ajarannya yaitu islam tanpa hasil  acara sistim feodal yang telah berlaku  sepuluh abad. Kepercayaan diri para wali  di tanah jawa itu bukannya tanpa alasan. Istilahnya mengambil jalan netral dari kemelut ideology islam yang bercampur dengan pembelaan terhadap feodalisme, dengan  kembali  ke era dimana dukungan terhadap ajaran islam hanya dari perorangan  rakyat kebanyakan dan suku qurais yang sadar atas dorongan dari hati nuraninya, yang oleh para wali digali dari bacaan surah surah waktu sholat, dan isyarat gerakan sholat – Misalnya kalimah syahadad, kalimah basmallah, surah Al Fatihah, sebagai surah wajib setiap rokaat, surah surah pendek dari kitab turutan atau jus amak, gerakan  dan rokaat sholat. Itu saja masih dianggap tidak sama dengan aslinya masih ditambah dengan bedug dan bacaan disuarakan dalam rokaat pertama oleh imam - aslinya konon bacaan sholat hanya dengan bathin saja. Sebab paling kecil risikonya, paling paling dicap klenik, sama sekali tidak mengubah nash, tapi memaknainya untuk lebih menghayati iman dan takwa,  yang mereka namakan bagian dari ilmu hakikat islam dan makrifat islami – tidak kasat mata dan tidak diperdebatkan, apalagi menyangkut kekuasaan. Malah diajarkan dengan lagu gending dolanan/ permaian anak anak, misalnya tembang “Ilir ilir” ciptaan wali islam di jawa, yang dihayati sampai sekarang. Menjadi pegangan muslimin jawa, mempertahankan  Kebaikan, kebenaran,  kesabaran bertoleransi dengan kebudayaan lain, tapi teguh dengan prinsip islami. ( surah Wal Asri)
Nampak bagaimana sejarah berulang, Abu Dzar di non jobkan karena belum wakunya mempertahankan prinsip hidup zuhud, tanpa kompromi, sepuluh abad kemudian di Jawa prinsip Abu Dzar ditrapkan di kesultanan Demak, dalam politik kalah lagi, ulama di non job-kan oleh para Sultan, karena  sesudah tidak mememelopori perkembangan ekonomi.
Tapi perlawanan kaum Abu Dzar ada di qolbu, ada di rasa kaum zuhud islami, Semangat lugas dan jujur semakin dibutuhkan karena sistim demokrasi sudah diselewengkan kebih jauh untuk menguasai resource sarana hidup manusia sedunia, malah dengan merusak alam, sekala Dunia.  Ajakan kaum Neo liberalis, Yang berakibat sengsaranya  bagian terbesar manusia  sedunia – penyesatan dan penyelewengan neo liberalisme, “yang  menang menguasai semua” – the winner takes it all.             


Apa kaum muslimin bersama manusia yang sudah dan bakal tertindas di dunia tidak saling membantu dan bertoleransi? Saling bunuh ini maunya siapa ?, Membangunkan Abu Dzar Abu Dzar  bukan langsung ke  sisi fisik, tapi dari nurani, dari rasa manusia sedunia. Dengan  tembang dolanan “ilir ilir” meskipun kitab kitab islam yang digubah di masa sesudah mu’awiyah mendirikan kesultanan, masih edesi sangat terbatas karena ditulis tangan, sama sama dalam bahasa arab yang adiluhung, melecehkan dan memojokkan  mereka telah dianggap melakukan  pelanggar berat nash agama Islam.   Dr. Nurcholis Majid alm..  Perlu mengkaji ulang keberanian dan kreativitas para Wali pulau Jawa. Agar prinsip prisip hidup islami dapat mengentas harkat manusia dari  pembenaran neo liberalisme yang sudah menguasai Dunia    Dan meneguhkan demokrasi seperti yang tersirat di teladan Rasulullah salallahu alaihi wasallam ?*)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More