TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN SOSOK SEORANG PIMPINAN MASYARAKAT DARI ZAMAN KE ZAMAN.
Sebagai subject biologi, manusia dari semula bukan makhuk
soliter seperti kebanyakan predator, dan bukan makhluk sosial/bermayarakat
seperti rayap, dan bukan hidup secara kelompok kecil seperti hyena atau kera
baboon, atau kera mackaque juga bukan
berkelompok besar seperti pinguin, di lingkaran kutub. Species Pithecanthropus erectus ini lain.
Manusia purba hidup berkelompok berdasarkan kebutuhan
untuk survivalnya, tapi dalam berkelompok itu menyertakan kemampuan lain dari
kelompok makhluk golongan primata tersebut
diatas, yaitu manusia purba mengunakan kemampuan berorganisasi dalam rangka
bekerja sama – Artinya berorganisasi dengan pembagian kerja menurut
kecenderungan masing masing anggauta masyarakat, bertumpu pada kemampuan satu individu yang bisa diyakini oleh kelompoknya, semula dari penampakan
fisik, ternyata banyak benarnya, karena yang ini juga pemberani. Keberanian ini ternyata kadang
tidak sesuai dengan kebutuhan kelompoknya. Maka menurut pengalaman yang sangat
panjang, ternyata akal manusia yang secara fisik biasa biasa saja, namun mampu
memimpin mencari makanan, dan mampu membimbing kelompoknya menghindari bahaya,
misalnya membuat pagar, atau berumah di
pepohonan yang tinggi. Maka timbullah
organisasi kelompok dengan satu Pemimpin yang kuat secara fisik digabungkan dengan kemampuan menggunakan
akalnya. Mulailah orgaisasi sederhana dalam satu kelompok.
Satuan masyarakat ini sampai bisa begitu besar mencapai
milyaran, maupun hanya ratusan anggauta saja, tetap bertumpu
pada kemampuan berorganisasi, yang sangat mungkin bisa mengikat sampai sangat
dalam di jiwanya, sehingga saya sendiri sebagai anggauta masyarakat heran.
Dalam sejarah perkembangannya si Pithecanthropus erecrtus
ini, kok tertandai kemampuan berorganisasi/ bekerja sama, dipimpin oleh mereka yang mempunyai kemampuan
fisik yang lebih dari kebanyakan yang lain, dan dikombinasikan dengan akal.
Akal ini jenis kekuatan yang mempergunakan pengendalian
diri secara fisik dan emosional, menilai kelebihan dan kekurangan, seperti layaknya segala makhluk lain dalam
bertarung. Tapi manusia bisa mengembangkan pertarungan ini mengunakan segala
kemungkinan yang dipunyainya untuk mengungguli lawan – itu maka species dari
genus Primata yang ini, bisa menggunakan akalnya untuk menang, bahkan menggunakan pikiran
kolektip menyertakan sesamanya dan pengalaman yang tercatat dalam benak benak
kelompok kolegial bersama, bahkan tetap diingat dengan tanda tanda/ catatan.
Akal manusia memang bisa bekembang beda dengan species primata,
merupakan kualitas kecerdasan akal, dari membuat alat hingga nemggunakan
siasat. Maka akal pikiran telah berkembang mengenal dirinya sendiri, menjadi tonggak pertanda kualitas baru akal pikiran manusia, yaitu bhatin. Satu loncatan ke kualitas baru akal pikiran, menjadi bhatin manusia. Fenomena ini diterangkan
dengan campur tangan alam
esoteric. Setelah Adam dan Hawa tinggal dalam wadag si Pithecantropus erectus ,
karena Adam dan Hawa terusir dari sorga
oleh satu kesalahan, tidak mentaati perintah Allah.
Menjadikan keturunan mereka berdua , walau bersilangan
perkawinan dengan Homo habilis yang
lain, manusia sekarang, toh "code" DNA Adam dan Hawa sudah disana, wong memang "code" adalah non fisik, code bukan benda bukan energi, jadi bisa dibawa dari asalnya dan tertanam di code DNA Pithecntropus homo habilis,, sejak itu semua keturunan Adam dan Hawa, mereka
disebut disebut Homo sapient. Buktinya Manusia Naendertahl yang tidak mempunyai kesempatan bersilang kerturunan dengan keturunan Adam, punah - DNA manusia Naendertahl ndak tercantum di DNA bani Adam.
Begitulah yang belum bisa diterangkan oleh agama agama samawi. Sedang Ilmu pengetahun manambah dengan pembuktian adaptasi pada bentuk organ dan warna kulit sehingga tercatat di DNA, dan evolusi kemampuan otak untuk mengolah informasi dalam arti kuantitative sel otak menciptakan kualitas baru otak homo Sipient.
Begitulah yang belum bisa diterangkan oleh agama agama samawi. Sedang Ilmu pengetahun manambah dengan pembuktian adaptasi pada bentuk organ dan warna kulit sehingga tercatat di DNA, dan evolusi kemampuan otak untuk mengolah informasi dalam arti kuantitative sel otak menciptakan kualitas baru otak homo Sipient.
Maka mulai saat itu
manusia menyadari, bahwa bhatinnya mempunyai dua kecenderungan
berperilaku lahiriah dan bathiniah.
Gejala kecenderungan bhatin yang mendua
ini dalam akal pikiran manusia dibedakan
antara bhatin baik dan bhatin buruk – jelek adalah bhatin egois yang kasat mata
maupun yang tersembunyi dalam pikiran, dan bhatin yang baik adalah mengupayakan
kebersamaan, keselamatan keturunan dan makhluk sejenisnya, dan makhluk lain,
juga alam habitatnya.
Gejala non substantial dari bathin ini ditandai sebagai nafsu manusia, karunia Allah
yang konon malaikat dan gunung gunung saja tidak sanggup menerima, karena
beratnya. Dalam hukum fisik manusia, bathin yang buruk belum bisa dihukum, dalam hukum esoterik bathin yan buruk sama dengan perbuaatan buruk ------ Nafsu yang telah disaring oleh bhatin yang baik dianggap kemauan
baik, sebaliknya kamauan buruk, yang ajaran agama sangat berusaha menangkalnya.
Islam mengajarkan
gradasi kebaikan dari nafsu ini,
yaitu nafsu amarah, nafsu lawamah, nafsu mutmainah dan nafsu supiah. Dua yang
pertama menandai bhatin yang kasar dan
rendah yang hanya mengabdi kepada ego, sedang dua yang belakang menandakan
bathin yang sudah bersih dan luas meliputi sesama manusia sesama hidup, keindahan harmoni kedamaian dan
tanggung jawab kepada Sang Pencipta
seluruh alam- Allah, sebagai khalifah Allah di bumi.
Petunjuk dari Islam, mengajarkan bahwa nafsu nafsu ini hanya bisa dikendalikan dengan menyadari ilmu ilmu untuk menggali petunjuk Allah yaitu ilmu syari’at yang mengutamakan aturan hidup yang kasat mata, ilmu tarikat islam sudah merambah bhatin, disertai dengan laku yang kasat mata yaitu dzikirullah selalu ingat kepada kebaikan dan kebenaran dilakukan dengan bimbingan dan bejama’ah. tanpa kepura puraan, kenyataannya banyak akal akalan seperti Dimas Kanjeng Taat pribadi dari Pesurua (pengganda uang). Sedangkan ilmu hakikat islam dan ilmu makrifat islam akan mengendalikan nafsu mutmainah dan nafsu supiyah, yang tidak kasat mata membimbing bhatin manusia kearah yang dikehendaki Allah, manusia yang bisa menjadi rahmatan lil alamin. Bila disadari dengan ikhlas dalam arti mengesampingkan ego, tidaklah terlalu sulit, karena ajaran ilmu ilmu ini memang dirancang oleh Allah subhana huwata’alla untuk seluruh manusia penghuni dunia. Waktunya sudah mendesak agar Pemimpin masyarakat memiliki kecenderungan bhathiniah yang baik, kerena walau tidak kasat mata, perilaku para Pemimpin pemilik bathin yang baik adalah menomer satukan kelestarian, kecukupan masyarakatnya, karena resources alami sudah menipis. Tidak bisa memberi toleransi kepada nafsu nafsu amarah dan lawamah mempermainkannya demi egoisme apa saja, dari lahiriah maupun bhatiniah
Lha Pimpinan apa saja, Politik, Militer, Agama, Pendidikan, Ekonomi dan Teknologi apalagi partai partai mestinya ya harus merunuti koridor koridor perkembangan
ini, tidak ada egoisme dalam memimpin masyarakat manusia yang sudah terang
benderang tanpa ada segala tipuan
permainan sandiwara a’la Setnov, model Dimas Kanjeng, Juan Shi Kai, Hitler,
Stalin, Syah Reza Pahlevi semua harus menjadi
transparan, a’la Gandhi, Omar Mohtar guru ngaji dari Aljazair, Dr. Jose Rizal dari Phillipina, dan sosok yang namanya sama dari Indonesia yang mirip Abu Dzar , Lech Walesa pemimpin buruh di Gdanks Polandia,
Ho Chi Min, Gus Dur, Bung Karno dan ribuan
yang lain, karena bhatin manusia sudah terhubung dengan benar, antara lain
dengan penyiaran pemikiran individu bisa memakai teknologi IT.
Pemimpin masyarakat seharusnya mempunyai ciri utama melihat
kedepan, bukan saja menyangkut
nasibnya dendiri, melainkan menyangkut kesejahteraan masyarakat. contoh extrem - buruknya Setnov dan wakilnya, semoga rakyat tahu.
dan tidak kembali lagi.
Tapi bagaimanapun, seorang Prmimpin masyarakat harus ada wahana untuk mengembangkan egonya menyertai kedalam perjuangan individu undividu menjadi kesatuan cita cita bersama. Tergantung seberapa luas perjuangannya sehingga bisa menampung cita cita setiap individu. Yang terluas adalah ego yang berusaha menjadi rahmatan lil alamin, berkutat dengan seribu satu jalan dan rintangan, kearah itu.
Tapi bagaimanapun, seorang Prmimpin masyarakat harus ada wahana untuk mengembangkan egonya menyertai kedalam perjuangan individu undividu menjadi kesatuan cita cita bersama. Tergantung seberapa luas perjuangannya sehingga bisa menampung cita cita setiap individu. Yang terluas adalah ego yang berusaha menjadi rahmatan lil alamin, berkutat dengan seribu satu jalan dan rintangan, kearah itu.
Tujuan egonya dan kenyataan perilakunya, yang lebih sempit
dari itu dalah memperjuangkan bangsanya
untuk tercukupi sarana existensinya dan
menjadi unggul dalam perlombaan internasional dari bangsa yang lain. Juga
melaksakan syi’ar agama demi pesatnya
ajaran agamanya mengenai kesejahteraan masyarakat.
Tolok ukur yang harus terbaca adalah sikap hidup Pimpinannya cenderung ke egoisme, apa egalitarianisme , hanya ada satu diantar dua itu.
Makanya dalam tulisannya teman saya,
seorang doctor ilmu ekonomi, menyebut : Masyarakat yang baik harus
dipimpin oleh Pemimpin yang baik.- Dr. Susilo Toer. di buku karangannya "Jalan Ketiga"
Kan seharusnya Partai Partai menampakkan
diri dengan deretan pimpinan dan
kadernya dari yang terbesar sampai yang terkecil,( bukan maharnya) tapi mencari peluang membuktikan
ke masyarakat luas secara consisten – apa
enggak – yang mananya ideology partainya.
Apology ini sangat kabur. Yang kecil pencari kesempatan yang nampak terbaca di
sikon Indonesia sekarang kedua
dasar ideologi/oportunis
- yang besar egois, malah pada wakil wakil Partai
di DPR RI ( entah dengan cara apa kok sampai di puncak sana ) banyak diantara
mereka adalah para oportunis egois dalam
skala yang sudah melebihi batas cara dan sasaran cenderung ke perbuatan kriminal, tanpa mereka
bertereak ada kriminalisasi polah tingkahnya, wong memang sudah kriminal ,duh malunya. Ya si tembem memang tidak punya malu, yang dipunya hanya setumpuk besar uang hasil curian dinastinya.
0 comments:
Posting Komentar