Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Kamis, 11 Januari 2018

KHOFIFIAH, TAHAP PWERKEMBANGAN SANG P3MIMPIN.



TAHAP TAHAP  PERKEMBANGAN SOSOK SEORANG PIMPINAN MASYARAKAT  DARI ZAMAN KE ZAMAN.
Sebagai subject biologi, manusia dari semula bukan makhuk soliter seperti kebanyakan predator, dan bukan makhluk sosial/bermayarakat seperti rayap, dan bukan hidup secara kelompok kecil seperti hyena atau kera baboon, atau kera mackaque  juga bukan berkelompok besar seperti pinguin, di lingkaran kutub. Species  Pithecanthropus erectus  ini lain.
Manusia purba hidup berkelompok berdasarkan kebutuhan untuk survivalnya, tapi dalam berkelompok itu menyertakan kemampuan lain dari kelompok makhluk  golongan primata tersebut diatas, yaitu manusia purba mengunakan kemampuan berorganisasi dalam rangka bekerja sama – Artinya berorganisasi dengan pembagian kerja menurut kecenderungan masing masing anggauta masyarakat, bertumpu pada kemampuan  satu individu yang bisa  diyakini oleh kelompoknya, semula dari penampakan fisik, ternyata banyak benarnya, karena yang ini juga  pemberani. Keberanian ini ternyata kadang tidak sesuai dengan kebutuhan kelompoknya. Maka menurut pengalaman yang sangat panjang, ternyata akal manusia yang secara fisik biasa biasa saja, namun mampu memimpin mencari makanan, dan mampu membimbing kelompoknya menghindari bahaya, misalnya membuat  pagar, atau berumah di pepohonan yang tinggi.  Maka timbullah organisasi kelompok dengan satu Pemimpin yang kuat secara fisik  digabungkan dengan kemampuan menggunakan akalnya. Mulailah orgaisasi sederhana dalam satu kelompok.
Satuan masyarakat ini sampai bisa begitu besar mencapai milyaran, maupun  hanya ratusan anggauta saja, tetap bertumpu pada kemampuan berorganisasi, yang sangat mungkin bisa mengikat sampai sangat dalam di jiwanya, sehingga saya sendiri sebagai anggauta masyarakat heran. 
Dalam sejarah perkembangannya si Pithecanthropus erecrtus ini, kok tertandai kemampuan berorganisasi/ bekerja sama,  dipimpin oleh mereka yang mempunyai kemampuan fisik yang lebih dari kebanyakan yang lain, dan  dikombinasikan dengan akal.
Akal ini jenis kekuatan yang mempergunakan pengendalian diri secara fisik dan emosional, menilai kelebihan dan kekurangan,   seperti layaknya segala makhluk lain dalam bertarung. Tapi manusia bisa mengembangkan pertarungan ini mengunakan segala kemungkinan yang dipunyainya untuk mengungguli lawan – itu maka species dari genus Primata yang ini, bisa menggunakan akalnya untuk menang, bahkan menggunakan pikiran kolektip menyertakan sesamanya dan pengalaman yang tercatat dalam benak benak kelompok kolegial bersama, bahkan tetap diingat dengan tanda tanda/ catatan.
Akal manusia memang bisa bekembang beda dengan species primata,  merupakan kualitas kecerdasan  akal, dari membuat alat hingga  nemggunakan  siasat.  Maka  akal pikiran  telah  berkembang mengenal  dirinya sendiri,  menjadi tonggak  pertanda kualitas baru akal pikiran  manusia, yaitu bhatin.  Satu loncatan ke kualitas baru akal pikiran, menjadi bhatin manusia.  Fenomena ini  diterangkan  dengan campur tangan  alam esoteric. Setelah Adam dan Hawa tinggal dalam wadag si Pithecantropus erectus , karena Adam dan Hawa terusir dari  sorga oleh satu kesalahan, tidak mentaati perintah Allah.
Menjadikan keturunan mereka berdua , walau bersilangan perkawinan dengan  Homo habilis yang lain, manusia sekarang, toh  "code" DNA Adam dan Hawa sudah disana, wong memang "code" adalah non fisik, code bukan benda bukan energi, jadi bisa dibawa dari asalnya dan tertanam di code DNA Pithecntropus homo habilis,, sejak itu semua keturunan Adam dan Hawa, mereka disebut disebut Homo sapient. Buktinya Manusia Naendertahl yang tidak mempunyai kesempatan bersilang kerturunan dengan keturunan Adam, punah - DNA manusia Naendertahl ndak tercantum di DNA bani Adam.
 Begitulah yang belum bisa diterangkan oleh agama agama samawi. Sedang Ilmu pengetahun manambah dengan pembuktian adaptasi  pada bentuk organ dan warna kulit sehingga tercatat di DNA, dan evolusi kemampuan otak  untuk mengolah informasi dalam arti kuantitative sel otak menciptakan kualitas baru otak homo Sipient.
 Maka mulai saat itu manusia menyadari, bahwa  bhatinnya  mempunyai dua  kecenderungan  berperilaku  lahiriah dan bathiniah. Gejala  kecenderungan bhatin yang mendua ini dalam akal pikiran  manusia dibedakan antara bhatin baik dan bhatin buruk – jelek adalah bhatin egois yang kasat mata maupun yang tersembunyi dalam pikiran, dan bhatin yang baik adalah mengupayakan kebersamaan, keselamatan keturunan dan makhluk sejenisnya, dan makhluk lain, juga alam habitatnya.         
Gejala non substantial dari bathin ini  ditandai sebagai nafsu manusia, karunia Allah yang konon malaikat dan gunung gunung saja tidak sanggup menerima, karena beratnya. Dalam hukum fisik manusia, bathin yang buruk belum bisa dihukum, dalam hukum esoterik bathin yan buruk sama dengan perbuaatan buruk ------         Nafsu yang telah disaring oleh bhatin yang baik dianggap kemauan baik, sebaliknya kamauan buruk,  yang ajaran agama sangat berusaha menangkalnya.
Islam mengajarkan  gradasi kebaikan dari  nafsu ini, yaitu nafsu amarah, nafsu lawamah, nafsu mutmainah dan nafsu supiah. Dua yang pertama menandai bhatin yang kasar  dan rendah yang hanya mengabdi kepada ego, sedang dua yang belakang menandakan bathin yang sudah bersih dan luas meliputi sesama manusia sesama hidup, keindahan harmoni kedamaian dan tanggung jawab kepada  Sang Pencipta seluruh alam- Allah, sebagai khalifah Allah di bumi.

Petunjuk dari Islam, mengajarkan bahwa nafsu nafsu ini hanya bisa dikendalikan dengan menyadari ilmu ilmu  untuk menggali petunjuk Allah yaitu ilmu syari’at yang mengutamakan  aturan hidup yang kasat mata, ilmu tarikat islam sudah merambah bhatin,   disertai dengan  laku yang kasat mata yaitu dzikirullah  selalu ingat kepada kebaikan dan kebenaran  dilakukan dengan bimbingan dan bejama’ah. tanpa kepura puraan, kenyataannya banyak akal akalan seperti Dimas Kanjeng Taat pribadi dari Pesurua (pengganda uang). Sedangkan  ilmu hakikat islam  dan ilmu  makrifat islam akan mengendalikan nafsu  mutmainah dan nafsu supiyah, yang tidak kasat mata membimbing bhatin manusia  kearah yang dikehendaki  Allah,  manusia yang bisa menjadi rahmatan lil alamin. Bila disadari dengan ikhlas dalam arti mengesampingkan ego, tidaklah terlalu sulit, karena ajaran ilmu ilmu ini  memang dirancang oleh Allah subhana huwata’alla untuk seluruh manusia  penghuni dunia. Waktunya sudah mendesak agar Pemimpin masyarakat memiliki kecenderungan bhathiniah yang baik, kerena walau tidak kasat mata, perilaku para Pemimpin pemilik  bathin yang baik adalah menomer satukan  kelestarian, kecukupan masyarakatnya, karena resources alami sudah menipis. Tidak bisa memberi toleransi kepada nafsu nafsu  amarah dan lawamah mempermainkannya demi egoisme apa saja, dari lahiriah maupun bhatiniah

Lha Pimpinan apa saja, Politik, Militer,  Agama, Pendidikan, Ekonomi dan Teknologi  apalagi partai partai mestinya ya harus merunuti koridor koridor perkembangan ini, tidak ada egoisme dalam memimpin masyarakat manusia yang sudah terang benderang tanpa  ada segala tipuan permainan sandiwara a’la Setnov, model Dimas Kanjeng, Juan Shi Kai, Hitler, Stalin, Syah Reza Pahlevi  semua harus menjadi transparan, a’la Gandhi, Omar Mohtar guru ngaji dari Aljazair, Dr. Jose Rizal dari Phillipina, dan sosok yang namanya sama dari Indonesia yang mirip Abu Dzar , Lech Walesa pemimpin buruh di Gdanks Polandia, Ho Chi Min, Gus Dur, Bung Karno dan ribuan yang lain, karena bhatin manusia sudah terhubung dengan benar, antara lain dengan  penyiaran  pemikiran  individu bisa memakai teknologi IT.
Pemimpin masyarakat seharusnya mempunyai ciri utama melihat kedepan,  bukan saja  menyangkut  nasibnya dendiri, melainkan menyangkut  kesejahteraan masyarakat. contoh extrem - buruknya Setnov dan wakilnya, semoga rakyat tahu.
dan tidak kembali lagi.  
Tapi bagaimanapun, seorang  Prmimpin masyarakat harus ada wahana untuk mengembangkan egonya menyertai kedalam perjuangan individu undividu menjadi kesatuan cita cita bersama. Tergantung seberapa luas  perjuangannya sehingga bisa menampung cita cita setiap individu.  Yang terluas adalah ego yang  berusaha menjadi rahmatan lil alamin, berkutat dengan seribu satu jalan dan rintangan, kearah itu.
Tujuan egonya dan kenyataan perilakunya, yang lebih sempit dari itu dalah memperjuangkan  bangsanya untuk  tercukupi sarana existensinya dan menjadi unggul dalam perlombaan internasional dari bangsa yang lain. Juga melaksakan syi’ar agama demi  pesatnya ajaran agamanya mengenai kesejahteraan masyarakat.
 Tolok ukur yang  harus terbaca adalah sikap  hidup Pimpinannya cenderung ke egoisme, apa  egalitarianisme ,  hanya ada satu diantar dua itu.
Makanya dalam tulisannya teman saya, seorang  doctor ilmu ekonomi,  menyebut : Masyarakat yang baik harus dipimpin oleh Pemimpin yang baik.- Dr. Susilo Toer. di buku karangannya "Jalan Ketiga"
Kan seharusnya Partai Partai menampakkan diri  dengan deretan pimpinan dan kadernya dari yang terbesar sampai yang terkecil,( bukan maharnya) tapi mencari peluang membuktikan ke masyarakat luas  secara consisten – apa enggak – yang mananya ideology partainya.  
Apology ini sangat kabur. Yang kecil pencari kesempatan yang nampak terbaca di sikon Indonesia  sekarang  kedua  dasar ideologi/oportunis - yang besar egois,  malah pada wakil  wakil  Partai di DPR RI ( entah dengan cara apa kok sampai di puncak sana ) banyak diantara mereka adalah  para oportunis egois dalam skala yang sudah melebihi batas cara dan sasaran  cenderung ke perbuatan kriminal, tanpa mereka bertereak ada kriminalisasi polah tingkahnya, wong memang sudah kriminal ,duh malunya. Ya si tembem memang tidak punya malu, yang dipunya hanya setumpuk besar uang hasil curian dinastinya.

Jangan ngomong perkara ideology lagi, kan hanya dua jenis ? Karena ini harus telah nampak siapa yang ada dalam Partai Partai yang sampai berjumlah belasan partai itu – karena kemungkinan asalnya pasti dari salah satu unsur ideology,  sikapnya  yang egois, atau egaliter.  Yang egalitarian  sejatinya semua fihak yang mementingkan kepentingan umum, apalagi yang melawan Amerika  untuk exploitasi tambang emas di Irian,  sangat tabu, lebih baik melawak dan menyebar sembako, sesudah si taboo tertumpas selama orde dictator . Misalnya  di Phillipina, Partai Kilusang Bagong Lipunan  dengan  martial law yang diumumkan oleh President Marcos no 1081 tg 23 Sepember  1972,  yang disini adalah dwifungsi ABRI  pada kekuasaan jendral Suharto selama 32 tahun, 1965 sampai 1997.  Apa hasil karyanya ?                                                                        Yang masih sisa selama reformasi,  mewakili rakyat yang masih lumpuh secara mental diteror 32 tahun hanya meneng, mangan. manut,  (diam,makan dan tunduk 

Masyarakat bahwa tanpa perlindungan Hukum, kesewenang wenangan Penguasa pemimpin Egois seperti memperlakukan  Marsinah yang mati disiksa malah dibuat bahan tertawaan di pengadilan beserta mass media ordebau  

Penguasa yang sebenarnya saat itu ada di Kecamatan dan desa desa bisa berbuat seenak udelnya sendiri, pada masa ordebaru, bukan martial law, tapi buruh berselisih dengan majikan, si Marsinah mengancam melaporkan majikan bahwa pabriknya memalsu satu merek arloji mahal dengan mesin arloji murah. Marsinah dilaporkan ke Koramil oleh sang Majikan, mati disana.  Di fotonya dia bertata rabut kribo, tapi bathinnya tidak kribo, apakah sayap perempuan dari ormas tahu  Yang tahu cuma tokoh  si noktah yang jujur tapi sering salah tingkah. mbak Ratna S.  

Kofifiah sebagai Pemimpin Masyarakat, yang luas pandangan bhatinnya dia tidak berjiwa sempit, tidak salah tingkah. Yang perlu baginya kekerasan hati dari seorang sosok yang sangat peka terhadap kehidupan kaum bawah Ibu Risma, gapailah beliau, rangkullha beliau, untuk membenahi pencoleng Kecamatan Kecamatan di Kelurahan Kelurahan, yang sudah sesak dengan Pejabat tengik oportunis yang masih memegang kunci penyalah gunaan kekuasaan, sampai sekarang.  *)                     

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More