GIZI BURUK BALITA DAN KECERDASAN BURUK DI PEMDA.
Alasan banyak, karena Indonesia ini sejak orde baru bubar
karena kehabisan kepercayaan dari dunia th 1998, nyaris delapan belas tahun yang
lalu bangun dari mati suri, coma, pegaruh analgesic citra 10 tahun, Dosa
dari penguasa yang th 1965 mengkudeta mengembalikan egoisme feodal dalam pemerintahannya, sudah direformasi, menggeliat baru sesudah orde baru gulung tikar, itu saja baru bisa ingat,
kembali kesadarannya eling , selama Pak
jokowi jadi Presiden. Sebelumnya sudah membuka kelopak mata waktu presiden Gus Dur
yang sesaat, trus terkapar pingsan lagi.
Sesudah bangun dari coma, baru sadar
betul dari kenyataan gizi buruk di Propinsi Papua. Sebelum itu di Propinsi yang relatip “kaya” Pemda tingakat I Jawa Timur, telah menjual asset2-nya yang
katanya tak terurus, entah duitnya dikemanakan.
Dari sini baru ketemu judul tulisan ini.
Gizi buruk di pedalaman Asmat dan semua pedalaman seluruh kabupaten di Propinsi Papua dan Papua Barat, kerena tidak ada BBM, buat mesin tempel perahu lewat sungai, padahal sudah diperintahkan oleh Presiden Pak Jokowi,
wanti wanti, penuhi kebutuhan BBM dengan
harga sama dengan propinsi lain kepada Pertamina. Ya sulit memang dari
Perusahaan plat merah yang apapaun langkahnya benar selama orde baru, lantas
disuruh berangkat kerja mendistribusi BBM di Propinsi jauh dari kilang minyak,
wong biasanya ya tenang tenang saja, harga BBM sampai Rp 50 000/liter. Dr Profesor Rudy Rubiandini si biang kerok
sudah dicopot, yang lain tikus masih banyak. Kerjanya tunggu perintah, lantas mencari alasan.
Propinsi Papua sangan memerlukan investor yang jiwa
interpreneurshipnya tinggi, sudah datang
membongkar gunung, ndak memberikan
apa apa pada pemda setempat, atau
menerima dibawah tangan mana kita tahu ? Si phlegmatic ini ya diam saja, tidak
berinisiatip mengundang Propinsi lain yang punya banyak BUMD, sampai didagangkan
di kaki lima dan di tukangi oleh Menterinya yang memang burjiwa tukang rombeng dan
tukang ngrayah Dahlan Iskan.
Kok ndak saling kerja sama yang satu memberi kayu dan
fasilitas kerja dengan sebat, satunya menyediakan pabrik mebel yang modern dengan
tenaga kerjanya sekalian, kan bisa memenuhi kebutuhan mebel, kalok perlu kebutuhaan rangka rumah , papan dan balok kebutuhan kapal kayu buat tronsport barang, panggil pandega dari Bira Selawesi Selatan, kasih discout besar untuk kayu perahu, bukan untuk Jawa Timur dan Jakarta Raya saja, tapi malah mebel yang berkualitas ke
seluruh dunia. Kayu kualitas nomer satu
ada, uang hasil penjualan asset yang mangkrak ada, tukang membuat perhu ada. kena apa dua- tiga Gupernur Gupernur ini tidak saling akrab kayak Raja Arab Saudi dan Pak Jokowi ? Pola kerja sama
antar Pemda Propinsi ini mestinya harus
ada, wong mereka telah menikmati otonomi
daerah yang sudah lebih luas, lantas untuk apa otonomi daerah ini ? Hubungan
ekonomi antar Propinsi inilah yang harus digalakkan untuk menanggapi semangat
pak Jokowi !!!! Ndak perlu saya tulis lengkap dibidang apa, nanti dikira menggurui. Lha Partai Partai yang mencalonkan
anda anda jadi balon Gupernur itu kerjanya apa, apa cuma bertengkar ( berebut
mahar) saling berebut menerima balon
Gupernur ? Merebut jam tayang media TV yang masih banyak harus menggunakan jam tayangnya
untuk hal hal yang lebih bermanfaat ?
Rakyatnya sudah pintar,
Presidennya sudah pintar,
para Menterinya sudah pakar,
wahai partai partai, lah kontribusi anda
apa untuk balon Gupernur ? Kamu Pemimpin Partai, bisa keliling indonesia, ajaranmu apa untuk pembangunan daerah ? Apa cuma jual retorika, sambil cuma duduk menunggu setoran Petugas Partaimu ? Itu partai cap apa ? Lihat apa akibatnya jajaran Pemerintah Daerah tingkat
satu yang kecerdasannya buruk, tanpa inisiatip, suka kemewahan dan climut (Jawa - suka mencuri, kleptomaniak) -baik di daerah yang “berkembang” maupun di daerah yang sudah “ádhidaya”. Yang
jadi lorban mesti rakyatnya, anaknya
gizi buruk , orang tuanya jadi penganggur,
para Gupernur kecerdasan buruk. *)
0 comments:
Posting Komentar