Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 24 Januari 2018

BALITA GIZI BURUK DAN KECERDASAN PEMDA BURUK

GIZI BURUK BALITA DAN KECERDASAN BURUK DI PEMDA.
Alasan banyak, karena Indonesia ini sejak orde baru bubar karena kehabisan kepercayaan dari dunia  th 1998, nyaris delapan belas tahun yang lalu bangun dari  mati suri, coma, pegaruh analgesic citra 10 tahun, Dosa dari penguasa yang  th 1965 mengkudeta mengembalikan egoisme feodal dalam pemerintahannya, sudah direformasi, menggeliat baru sesudah orde baru gulung tikar, itu saja baru bisa ingat, kembali kesadarannya eling , selama Pak jokowi jadi Presiden. Sebelumnya sudah membuka kelopak mata waktu presiden Gus Dur yang sesaat, trus terkapar pingsan lagi.
Sesudah bangun dari coma, baru  sadar  betul dari kenyataan gizi buruk di Propinsi  Papua. Sebelum itu di Propinsi yang relatip “kaya”  Pemda tingakat I Jawa Timur, telah menjual asset2-nya yang katanya tak terurus, entah duitnya dikemanakan.
Dari sini baru ketemu judul tulisan ini.
Gizi buruk di pedalaman Asmat dan semua pedalaman seluruh kabupaten di Propinsi Papua dan Papua Barat, kerena tidak ada BBM, buat mesin tempel perahu lewat sungai, padahal sudah diperintahkan oleh Presiden Pak Jokowi, wanti wanti, penuhi kebutuhan BBM dengan  harga sama dengan propinsi lain kepada Pertamina. Ya sulit memang dari Perusahaan plat merah yang apapaun langkahnya benar selama orde baru, lantas disuruh berangkat kerja mendistribusi BBM di Propinsi jauh dari kilang minyak, wong biasanya ya tenang tenang saja, harga BBM sampai Rp 50 000/liter.  Dr Profesor Rudy Rubiandini si biang kerok sudah dicopot, yang lain tikus masih banyak. Kerjanya tunggu perintah, lantas mencari alasan.
Propinsi Papua sangan memerlukan investor yang jiwa interpreneurshipnya tinggi, sudah datang  membongkar gunung,  ndak memberikan apa apa pada pemda  setempat, atau menerima dibawah tangan mana kita tahu ?  Si phlegmatic  ini ya diam saja,  tidak berinisiatip mengundang Propinsi lain yang punya banyak BUMD, sampai didagangkan di kaki lima dan di tukangi oleh Menterinya yang memang  burjiwa tukang rombeng  dan  tukang ngrayah  Dahlan Iskan.
Kok ndak saling kerja sama yang satu memberi kayu dan fasilitas kerja dengan sebat, satunya menyediakan pabrik mebel yang modern dengan tenaga kerjanya sekalian, kan bisa memenuhi kebutuhan mebel, kalok perlu kebutuhaan rangka rumah , papan dan balok kebutuhan kapal kayu buat tronsport barang, panggil pandega dari Bira Selawesi Selatan, kasih discout besar untuk kayu perahu, bukan  untuk  Jawa Timur dan Jakarta   Raya  saja, tapi malah mebel yang berkualitas  ke seluruh dunia.  Kayu kualitas nomer satu ada, uang hasil penjualan asset yang mangkrak ada, tukang membuat perhu ada. kena apa dua- tiga Gupernur  Gupernur  ini tidak saling akrab kayak Raja Arab  Saudi dan Pak Jokowi ? Pola kerja sama antar  Pemda Propinsi ini mestinya harus ada, wong mereka telah menikmati  otonomi daerah yang sudah lebih luas, lantas untuk apa otonomi daerah ini ? Hubungan ekonomi antar Propinsi inilah yang harus digalakkan untuk menanggapi semangat pak Jokowi !!!! Ndak perlu saya tulis lengkap dibidang apa, nanti dikira  menggurui. Lha Partai Partai yang mencalonkan anda anda jadi balon Gupernur itu kerjanya apa, apa cuma bertengkar ( berebut mahar) saling berebut  menerima balon Gupernur ? Merebut jam tayang media TV yang masih banyak harus menggunakan jam tayangnya untuk hal hal yang lebih bermanfaat ?  Rakyatnya sudah pintar,  Presidennya sudah pintar,  para  Menterinya sudah pakar, wahai partai partai, lah  kontribusi anda apa untuk balon Gupernur ? Kamu Pemimpin Partai, bisa keliling indonesia, ajaranmu apa untuk pembangunan daerah ? Apa cuma jual retorika, sambil cuma duduk menunggu setoran Petugas Partaimu ? Itu partai cap apa ?                                                                                            Lihat apa akibatnya jajaran Pemerintah Daerah tingkat satu yang kecerdasannya buruk, tanpa inisiatip, suka kemewahan dan climut (Jawa - suka mencuri, kleptomaniak) -baik di daerah yang “berkembang”  maupun di daerah yang sudah “ádhidaya”. Yang jadi lorban mesti rakyatnya,  anaknya gizi buruk , orang tuanya jadi penganggur,  para Gupernur kecerdasan buruk. *)




0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More