Daur ulang kedua
MENGARUNGI USIA MUDA YANG AMAN BAGI DIRI SENDIRI, DAN MASYARAKAT SELURUH NEGARA.
Masa muda adalah masa yang
sangat penting bagi yang bersngkutan terutama
bagi masyarakat dan Negara ini.
Orang muda,diatas usia 17
tahun sudah mampu mengerjakan secara fisik pekerjaan orang dewasa, yang usianya
diatas-nya 5-10 tahun. Tapi beda umur ini juga membedakan kemampuan kemampuan
befikir analitis secara rasional dan tenang, jauh dari harapan yang melonjak
lonjak, sering berakibat buruk bagi orang lain.
Keguncangan yang hebat
masyarakat Indonesia setelah Presiden Sukarno digulingkan, sangat mempegaruhi
masyarakat secara kuas, sering sampai tidak diperkirakan, sebab dilaksanakan
dengan terror masal terutama di pulau Jawa di tahun 1965.
Anggauta masyarakat tersingkirkan sampi meliputi
20 % dari total penduduk. Diamankan
selamanya, ditawan tanpa proses, dibuang ke pulau Buru, dan dirumahkan – korban paling besar dikalangan petani yang
mendapat bagian tanah Pabrik Gula, tana bekas milik Belanda, Yang
dibantai adalah masyarakat pedukung bung Karno yang dicap Komunis, baik dari Nasionalis maupun
Agama, sebenarnya Presiden Sukarnolah yang di-incar,
sebab berani melawan neokolonialisme
Amerika Serikat, membangunkan Masyarakat Dunia non Blok.
Bagain paling pahit ini harus
saya tulis, kerena mereka yang telah
usia kawin pada saat pengusiran
pendukung Bung karno selama 35 tanun
orde baru sudah berananak pinak, meskipun dalam kesulitan ekonomi dan hidup tidak
normal, sebagai warga disisihkan karena penyakit kusta.
Banyak yang mengalami
keguncangan jiwa hebat dalam
kehidupan bermasyaraknya, bahkan akibatya banyak anak anak mereka yang sekarang
berusia 23 -48 tahun yang mengalami keguncangan jiwa dan menderita psichosis –
pschichopati, tanpa disadari.
Beda di masyarakat yang
sudah tua dan maju, yang telah lama menapaki industrialisasi.
Disana dinamikan social
hampir tedak mempengaruhi nafkah seseorang, asal mau bekerja.
Di masyarakat jajahan yang baru merdeka, ada stigma, hanya satu jalan saja untuk
mencari nafkah cukup buat hidup layak – memanjati jenjang social dengan
ijazah. Ini betul suastu blunder Nasional.
Padahal Islam mengajarkan
empat dari lima jalan mencari nafkah adalan berdagang. Tapi sudah menjadi
anggapan umum berdagang adalah kurang formal.
Sedangkan nasib mereka yang
disisihkan dengan keluarganya akan kehilangan jalan mencari nafkah.
Di AS pun pernah terjadi
hal yang sama di tahun 50 han : Mc Carty- isme, seorang senator yang sangat
fanatic anti komunis, merajalela memburu para simpatisan komunis di AS, sehingga
setiap orang bisa dicurigai sebagai Komnis. Masyarakat yang jadi
gempar ( belum oleh FBI) jadi simpatisan
gerakan keadilan terhadap ketimpangan
masyarakat AS saja, seperti rasialisme yang sangat tajam terhadap ras dan warna
kulit sudah di cap komunis dan disisihkan. Tapi jual burger dipinggir
jalan masih cukup buat nafkah.
Keguncangan jiwa yang hebat
menjangkiti :
Putra putri pejabat
Putra putri seniman
Putra putri akar rumput
Karena orang tuanya
disisihkan bahkan ditahan, diamankan
selamanya oleh Penggarap tanah Pemerintah,
selama zaman Jepang, jaman perang kemerdekaan, 8 tahun. Kok dibagikan pada para sialan ini patani tak
bertanah, tanpa memperhitungkan mereka yang telah 8 tahun menggarap dengan para
santrinya, ya tidak heran kemudian jadi algojo.
Kemudian selama 35 tahun
Orde Baru berkuasa, Putra Putri Kiai pun mendapat perlakuan yang miring dari Penguasa Orde baru.
Banyak yang tepincuk jadi
kepala gang anak muda, meskipun panggilan seharfi harinya “gus” tidak diacuhkan
oleh sistim. Dan frustasi berat.
Pajabat jaman orde baru
tidak bisa merunut rel moral yang wajar
dari masyarakat dulu, melainkan harus menyenangkan atasan yang berkuasa mutkak atas anggaran. Sedang para juniornya
sudah terlanjur konsumtive tak terkendali. Bahkan putra putri seorang mayor jendral
menjadi walikota pensiunan ABRI, juniornya sudah pada usia kawin malah tidak survive tanpa
dukungan finansial yang tidak sedikit setiap bulannya, maklum yang dipilih
sebqgai istri ya artis ataau perqgqwa paling sedikit selebrriti lah. Jadi tentu
saja keuangan harus didukung oleh orang tuanya, belum sampai ke posisisi Ponco
Sutowo, atau Tomy misalnya, KEDUDUKAN AYAHNYA SUDAH CUPUP BUAT MENCARI SPONSOR PATUNGAN YANG SANGAT MENGUNTUNGKAN OLEH KKN. Putra putri eselon dibawahnya jadi Pribadi yang tertekan, menderita psichosis dan menjadi psichopat
tanpa maunya
Putra seorang Kiai terkenal dari darah biru dengan pangglan
“gus” mempunyai pesantren besar, terpincuk
pergaulan dengan gang sangat boros, dijadikan
Kiai Pondok modern dikawinkan tambah menjadi jadi akhirnya menderita
gangguan pscichosis bipolar disorder
akhirnya cuma jadi tukang omde (omong gede ) merugikan orang sekitarya.
Dari keluarga seniman
kenamaan, menyandang nama keluarga besar dari seniman itu, meskipun sang
seniman jadi sasaran kekejaman
Orde Baru, tanpa katrolan sang kepala ‘gilda’, yang sudah di pulau Buru, mencari jalan sendiri
berakhir sebagai penderita
pschichosis – maka terkecohlah
yang menjadi korbannya -omde
- merespond kicauan pschichopatnya, tragicomik yang tidak
lucu.
Kebetulan tulisan saya di
blog google yang jadi sasaran, semoga
para pembaca maklum. Blog ini tidak akan jadi buku, sebab kuwajiban saya
terhadap masyarakat saya, sudah saya penuhi dengan blog ini saja, semoga.
Sampai ke derajad tukang
batu. Para juniornya masih bisa kejangkitan pschichosis ini. Tapi untungnya mereka
tidak sempat jadi penderita pschichosis karena tidak sempat
menggunakan otaknya. Dan tidak kurang
penting gilda mereka masih utuh, tidak tersentuh Orde Baru, sehingga
bila anggauta keluarga gilda-nya kuat, mereka mudah mencapai jenjang tukang batu. Bukan lulus STM saja,
wong ST sudah lama tidak ada..
Mengaduk semen pasir sampai puluhan tahun, para junior dari akar
rumput ini, melayani para tukang
bangunan. Mereka diakui setingkat kepiawaiannya mendapat pengakuan dari
seniornya, sampai mereka beruntung mendapat
bos atau mendapatkan bowheer yang mempercayainya memainkan cetok dan
kasut.
0 comments:
Posting Komentar