PILIHAN PRESIDEN JOKOWI SOSOK SEBAGAI WAPRESNYA TH 2019.
Pak Jokowi memilih ketua MUI
sebagai calon wakilnya di pemilihan th 2019 abah Ma'ruf Amin.
Ini adalah konsekuensi logis dari keadaan Partai Partai dan Ormas berbasis
Islam masih sangat memprihatinkan, yang harus diakui secara tandas. Tidak mampu
mengantisipasi semangat yang mendesak tumbuh dari rakyat Indonesia, memburu
kepentingannya kelompok sendiri, lagipula perjuangan rakyat Indonesia tidak bisa plin plan lagi, kalok mau menjadi ulama yang ummatnya sudah bulat berjuang demi kenamdirian kedaulatann pangan dan teknologi.
WNI kita yang 95 %
islam, hanya melahirkan partai partai, orpol dan ormas gurem berbasis islam ada sepuluhan bluluk. Satu ormas Islam yang tidak ada wakilnya di
DPR tapi dia ada dimana mana, di-claim oleh satu partai sebagai pendukung utamanya. Ternyata partai
yang didirikan oleh founding fathernya
yang sangat intelek, irudisinya sangat luas, dan berdedikasi tinggi terhadap bangsa dan negara, di teruskan oleh Ketua orpolnya dari ormas ormasnya dengan
hasil pilihan tokoh tokohnya, sosok yang mendukung jaring centrang dengan
cengengesan, maksudnya melecehkan Moana dari Indonesia, saking b………nya. Sosok
ini kentara ngebet sekali jadi calon wapres pak Wi.
Logika-nya bila tokoh inteligensia sehebat dan berdedikasi tinggi yang sudah terbukti, seperti Prof. Mahfud MD dipilih oleh Pak Wi, beliau akan mendapat dukungan
suara hanya sebagian dari ormas yang sudah mengumbar isyarat mendukung si Karbitan ini,
ormas yang selama ini masih kontet, karena bohong dalam peristiwa dimana ormas ini telah dinyalakan untuk konflik horizontal,
pembersihan borongan drop dropan yang sangat kejam menyedihkan demi keuntungan sang Jendral
Ordebaru. Th 1966 - 1968.
Lebih baik mendapatkan suara sebagian besar dari 95 %
pemilih WNI islam yang rata rata, tidak mengerti tentang perebutan tanah ex HGU
Pabrik Gula dan perkebunan ex Belanda yang di redistribusikan kepada petani tak
bertanah, menurut UU Pokok Agraria no 5,
th 1960. Toh sebagian yang sangat besar dari 95 % pemilih ini sama dengan Pak Yai Amin yang makruf seperti rata rata kaum mu’min
di Indonesia daripada ustadz Amin yang profesor pethakilan kantong jubahnya banyak, yang
kiri sangat tebal, untuk sendiri, yang kanan tipis untuk zakat mal, biarpun mengecewakan golongan inteligensia Indonesia dengan sumbangan suara yang kecil saja, yang juga belum bersih dari si pintar yang ternyata hanya mampu membina
warga partainya menjadi besar kepala dan kantong , karena yang penting bagi mereka adalah uang. Ingat
rakyat yang ummat islam tambah pintar*)
0 comments:
Posting Komentar