11:18 AM
IDE SUBAGYO
GEOPOLITIK. ALIASNYA GEOEKONOMI
Amerika Serikat, setelah perang
Vietnam, puluhan tahun yang lalu, hingga barusan mulai abad 21, 18 tahun yang
lalu sampai sekarang, Sudah mulai dan
makin sangat kentara, kepingin mencangkok semangat/ attitude bangsa anak
benua China, untuk memperkuat attitude rakyatnya yang multi racial dan relatip
terbentuk masih sangat muda, demi kekuasaan globalnya, sebab Negara kapitalis
yang paling tua di dunia adalah dengan attitude China. Sejak sepuluh tahun yang
lalu ada program besar besaran lewat mass media yang paling populer mendunia
“siaran TV” yang seluruh dunia harus membayar sewanya, dengan tokoh sentral lakon lakon TV dari ras
Monggoloid China Jepang dan Korea- yang masih kental. Jadi sudah sangat kurang sosok Tarzan,
Old Satterhand, Indiana Jones, orang Caucasiod yang diunggulkan, tapi jenis
Jackie Chan, dalam cerita gadis tomboy karateka (Jade Smith), juga Pat Morita dengan abg. ganteng Daniel, yang memenangkan cinta dari Keiko. Penonton
merasakan dari pemeran Keiko ( Tomiyn Tomita) menyuguhkan “upacara minun teh”
a’la tradisi Nihon menjamu Daniel, dengan sangan subtle dan realistik,
sehingga penonton tahu daya halusnya bungkus budaya Nihon, di “situs” seorang
gadis penyelenggara upacara ini, nengexpresikan. Masih banyak lakon dengan genre yang sama,
dimana tradisi keksatryaan dari Orient, unggul, setidaknya imbang dengan tradisi
kaum muda Dunia baru. Digambarkan budaya orang mongoloid, mengungguli budaya
kaukasoid dari Europa di Amerika. Upaya ini sudah berhasil menghapuskan stigma
Europa dan non Europa dalam budaya - sudah mulai cair, membuahkan hasil
terpilihnya President Obama di Amerika Serikat dan istri pengeran Harry di inggris, adalah gadis mestiso.
Pancasila Nusantara kita terdukung oleh upaya dan buahnya ini - tentu saja. Hanya
saja supaya diingat, bahwa sebenarnya
anak benua China ini menghasilkan ras china, hampir monolit jadi bangsa china
yang sudah puluhan ribu tahun, dan malah telah menyatakan bahwa huniannya adalah
“pusat dunia” atau "Tiongkok” mereka berdiaspora sudah mulai ribuan tahun yang
lalu, dengan latar belakang “berdagang” .
Hanya saja ‘ras’ China yang masih tergabung dalam organisasi Negara China, didukung
oleh UU Kewarganegaraan China dulu adalah ius sanguinis – berdasarkan
keturunan, bukan tempat kelahiran. Satu Negara raksasa dengan hasil pertanian
mengisi pasar dunia berupa kapas dan kedelai, pada zaman ini, China kembali ke kapitalisme,
produk unggulan dalam jumlah besar ini deras msuk kepasar dunia, hasil industry mesin modern seperti sekarang, baja
dan aluminium.
lain dengan China yang menjadi puncak masyarakat Kambodia, Burma dan Laos
Myanmar, lain dari China perantauan di Nusantara, lain dari China perantauan di
Phillipina, lain dari China di Amerka Serikat --- Di Amerika Serikat, sejak buruh migran
ini berdatangan kesana mengikuti pembangunan rel KA malang melintang daerah
Barat, yang perlu tenaga kerja sangat
banyak. Meskipun tanda tanda lahiriyahnya sama. tapi kegiatan untuk hidup
mereka mengkondisikan untuk tergabung dalam upaya berdagang, berlainan dominasi kekuatannya terhadap orang
setempat, apabila bertani, atau buruh tani, seperti buruh panen orang Mexico di Califrnia. Berlainan celah yang ditembus
dalam masyarakat setempat untuk meraih sukses kedudukan ekonomi politiknya. – Bicara
mengenai asimilasi budaya – ras China sudah no problem dimana mana – hanya satu
yang tidak pernah muncul di perantauan adalah emosi masionalismenya, diperlihatkan
hanya dengan kekeh dalam gaya hidupnya diantara kelompoknya –cara makan
makanannya sendiri- saja. Kelompok etnik
China ini yang sudah biasa dipekerjakan jadi perisai perantara hubungan dagang
dengan aborigin, selama berabad abad, talah berubah mencitrakan diri menjadi perantara dari kekuatan
dagang dan politik asing, global, serta dalam negeri yang lebih superior, ada yang beneran dan banyak yang
secara licin mencitrakan diri sebagai “kepercayaan” fihak yang kuat.
,
Bila di Cambodia, ras ini mendapat celah di penetrasi dalam tatanan
masyarakat feodal – merekalah yang menjadi feodal yang berkuasa, berakibat
terabaikan-nya suku setempat , suku
Khmer, maka terjadilah neraka Cambodia oleh rezim Polpot.
Di Nusantara celah yang digunakan adalah berdangang pengumpul hasil
bhumi sebagai perantara yang dipelihara belanda dalam sisitim penjajahannya –
ras ini menjadi “pachter” pajak apa saja dan pembeli terdepan - tangan pertama dari panen budidaya pertanian yang dibutuhkan Belanda, umpama lada, kapok,
kayu manis – Bila celah yang ada hanya menjadi pedagang eceran seperti di San
Francisco, mereka berkelompok dalam organisasi tradisional, membuat pecinan sendiri
dan terlibat dalam industry keungangan
secara tertutup. Di Nusantara, perilaku perdagangan merambah ke semua bidang,
termasuk jadi perantara – zaman penjajahan dulu namanya pedagang perantara - “makelaar”.
Perkembangan keahlian dalam makelaran ini, setelah RI, karena menyangkut uang
yang banyak sekali dari Negara Negara kapitalis yang membutuhkan lisensi dari kekuasaan
pemerintahan setempat untuk mengeruk resources alaminya – mereka membentuk
Diktator local dari Kelompok persenjata mulai sejak dini, dari pangkat yang
paling rendah misalnya kapten dan mayor, bahkan di tempat yang terpisah jauh
dari Pusat pemerintahan cukup Sersan ( ingat ajun inspektur polisi Labora, yang
menggunduli hutan di Papua), kan dengan “uang” bisa membantu menanjak kejenjang pemerintahan Pusat. Itu saja sudah bisa
membabat hutan senilai trilyunan rupiah yang langsung disimpan di Bank antah berantah.
Operasi ihtikar beras seluruh Indonesia yang dilancarkan pendanaannya oleh banknya, juga generasi petama foundernya sudah kena OTT nyuap nyonya Bupati Bekasi (
itu yang ketahuan), bank antah berantah-nya berpusat di Singapura/pulau Kayman, yang sengaja diorganisi oleh banker
pencitraan. Akhirnya menghasilkan maha
maling BLBI bank Centuri dengan Direktur bank sentral BI, mencitrakan diri sebagai wakil (ikan) paus inocentius. Cukup hanya 5% dari perantuan china mencapai tingkat ini. Sampai seorang
seniman dan pencerah Agama Islam, Cak Ainun Najib menjulukinya dengan China
Barat, pengunjung tetap Davos. Karena namanya selalu kombinasi nama local dan
nama panggilan Europa yang mentereng menurut rasa mereka, misalnya James. Stephen. Bob, Frederich, dan
sebagainya. Mereka SELALU MENCITRAKAN DIRINYA LEWAT SEGALA MEDIA, TERUTAMA
MEDIA PENGULAS EKONOMI, DENGAN BANTUAN WARTAWAN BODREX-NYA MENYEBAR DONGENG BETAPA OKNUM CHINA BARAT INI
MENJADAI SOSOK SANGAT PENTING SEBAGAI TANGAN PERANTARA DARI INTELIJEN NEGARA
BESAR SETARAF KASOGGI, TERMASUK NEGARA CHINA
KAPITALIS DAN BILA PERLU NEGARA ISRAEL –
PADAHAL HANYA RUMOUR DARI PENCITRAAN YANG GENCAR SAJA – SEPERTI KUNJUNGAN SETIA
NOVANTO DAN UNYIL-NYA IDRUS MARHAM ( BELAKANGAN KENA OTT JUGA) BARSAMA CS NARA MUKA PIPI TEMBEM, DARI DPR RI - KE KAMPANYE PRESIDENT DONALD TRUMP. BISA JADI PENCITRAAN
YANG SANGAT BERHASIL, MALAH BILA BERUNTUNG BISA JADI PREASIDEN RI, YA JATUHNYA KE PLIMBAHAN JUGA, INGAT
PRESIDEN FUJIMORI DARI REPUBLIK PERU, YANG TERSANGKUT MEGA SKANDAL KORUPSI DAN
PULANG DENGAN SANTAI KE JEPANG ? JUGA EDDY TANZIL YANG MENILEP DUIT BANK TRILYUNAN
DAN LARI PULANG KE CHINA DARATAN, MENDIRIKAN PABRIK BIR DISANA ? MALAH
DICITRAKAN SUDAH DIBUNUH MAS TOM - SEMOGA
TV ONE BISA MENGULAS DALAM PROGRAMA MELAWAN LUPA
Nama sangat berpengaruh untuk jadi kroni Penguasa semacan Jendral Suharto,
cukup foto bersama dalam acara santai, sudah
bisa jadi senjata untuk mencitrakan diri, terhadap penjabat Daerah. Sebagai
modal mengeruk kekayaan di Daerah, dimana kekayaan bhumi sesungguhnya berada
dan dengan quangxi yang lihai menjadi sangat mudah.
Bila dipikir benar, bangsa yang mendiami
Nusantara ini memang bangsa yang plural, dari kesatuan pluralisme inilah
kekuatan kita. Seperti bangsa Amerika Serikat, seperti pluralism ras China, DI
TIONGKOK. Jadi…………..tinggal perlunya apa.
Seharusnya, semua tanpa perantara. Cuma mesti ingat……..mereka dari asal
riwayat migrasinya, riwayat diaspora-nya, dinegara mana, kapan, selalu membawa
kepentingan puaknya sebagai nomer satu…….. tidak peduli warga Negara mana
saja……….Bila perlu mensejahterakan rakyat, ya pilih langsung China yang mampu imbal beli dan berpotensi berpartner
dalam upaya produksi besar untuk seperti
FREEPORT, sama sama kapitalis ajak saja ber-tripartit dengan Amerika. Kalok perlu mencuri uang Negara/rakayat untuk bagi bagi hasilnya a’la ordebau…..ya
pilih cara ordebaru…….mereka sangat mengharapkan, bahkan 5% dari mereka, termasuk
Anggodo, Anilo, Bhuto Cakil, Ratna mnggali, Totok kerot, semua telah
mencitrakan diri untuk itu………Kalok perlu pemilih dari rakyat, dan bukan
maharnya……. Ya tunggu dulu, sejarah tidak mempunyai catatan keberpihakan mereka
dengan jelas secara ras, karena mereka diluar sistim, tapi secara perorangan. Ini juga berlaku dimana mana
urusan geopolitik. Mereka 95 % berdiaspora secara perorangan telah ribuan
tahun, mereka juga memilih kewarganegaraan
secara perorangan, jadi mayoritas mereka, secara ras sebenarnya sudah tidak
ada problim, saya sendiri juga secara pengukuran tengkorak anthropologis tergolong
ras mongoloid. Dengan mudah mereka menyatu dengan yang lain. Tapi yang 5%
oportunis ini memang harus diwaspadai, terlalu kaya dan terlalu licin, berlindung dibalik ketiak etik-anti rasialisme, de facto
mereka tidak punya Negara, tidak mempunyai ras, seperti yang dicitrakan oleh Sukanto Tanoto sang Raja
Pulp – di Singapore dia bicara di public bahwa kesetiaan jiwanya pada China Daratan,
apalagi sudah sama sama kapitalis , ini juga pencitraan terang terangan, tapi bermain bajing(an) loncat kayak begini dengan
pencitraan adalah jalan hidupnya, hanya paspornya YANG KALA ITU DIA PAKAI
ADALAH PASPOR INDONESIA, tanpa merasa apa apa,
hanya perlu di piket untuk melawan lupa*)
enre yang sama.
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar