Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 14 November 2018

GEOPOLITIK. ALIASNYA GEOEKONOMI                                                                     Amerika Serikat, setelah perang  Vietnam, puluhan tahun yang lalu, hingga barusan mulai abad 21, 18 tahun yang lalu sampai sekarang, Sudah mulai dan  makin sangat kentara, kepingin mencangkok semangat/ attitude bangsa anak benua China, untuk memperkuat attitude rakyatnya yang multi racial dan relatip terbentuk masih sangat muda, demi kekuasaan globalnya, sebab Negara kapitalis yang paling tua di dunia adalah dengan attitude China. Sejak sepuluh tahun yang lalu ada program besar besaran lewat mass media yang paling populer mendunia “siaran TV” yang seluruh dunia harus membayar sewanya,  dengan tokoh sentral lakon lakon TV dari ras Monggoloid China Jepang dan Korea- yang masih kental.                                                                                          Jadi sudah sangat kurang sosok Tarzan, Old Satterhand, Indiana Jones, orang Caucasiod yang diunggulkan, tapi jenis Jackie Chan, dalam cerita gadis tomboy karateka (Jade Smith), juga  Pat Morita dengan abg. ganteng  Daniel, yang memenangkan cinta dari Keiko. Penonton merasakan dari pemeran Keiko ( Tomiyn Tomita) menyuguhkan “upacara minun teh” a’la tradisi Nihon menjamu Daniel, dengan sangan subtle dan realistik, sehingga penonton tahu daya halusnya bungkus budaya Nihon, di “situs” seorang gadis penyelenggara upacara ini, nengexpresikan.  Masih banyak lakon dengan genre yang sama, dimana tradisi keksatryaan dari Orient, unggul, setidaknya imbang dengan tradisi kaum muda Dunia baru. Digambarkan budaya orang mongoloid, mengungguli budaya kaukasoid dari Europa di Amerika. Upaya ini sudah berhasil menghapuskan stigma Europa dan non Europa dalam budaya - sudah mulai cair, membuahkan hasil terpilihnya President Obama di Amerika Serikat dan  istri pengeran  Harry di inggris, adalah gadis mestiso. Pancasila Nusantara kita terdukung oleh upaya dan buahnya ini - tentu saja. Hanya saja supaya diingat,  bahwa sebenarnya anak benua China ini menghasilkan ras china, hampir monolit jadi bangsa china yang sudah puluhan ribu tahun, dan malah telah menyatakan bahwa huniannya adalah “pusat dunia” atau "Tiongkok” mereka berdiaspora sudah mulai ribuan tahun yang lalu, dengan latar belakang “berdagang” .

Hanya saja ‘ras’ China yang masih tergabung dalam organisasi Negara China, didukung oleh UU Kewarganegaraan China dulu adalah ius sanguinis – berdasarkan keturunan, bukan tempat kelahiran. Satu Negara raksasa dengan hasil pertanian mengisi pasar dunia berupa kapas dan kedelai, pada zaman ini, China kembali ke kapitalisme, produk unggulan dalam jumlah besar ini deras msuk kepasar dunia,  hasil industry mesin modern seperti sekarang, baja dan aluminium.

lain dengan China yang menjadi puncak masyarakat Kambodia, Burma dan Laos Myanmar, lain dari China perantauan di Nusantara, lain dari China perantauan di Phillipina, lain dari China di Amerka Serikat ---        Di Amerika Serikat, sejak buruh migran ini berdatangan kesana mengikuti pembangunan rel KA malang melintang daerah Barat, yang perlu tenaga kerja  sangat banyak. Meskipun tanda tanda lahiriyahnya sama. tapi kegiatan untuk hidup mereka mengkondisikan untuk tergabung dalam upaya berdagang,  berlainan dominasi kekuatannya terhadap orang setempat, apabila bertani, atau buruh tani, seperti buruh panen orang Mexico di Califrnia.  Berlainan celah yang ditembus dalam masyarakat setempat untuk meraih sukses kedudukan ekonomi politiknya. – Bicara mengenai asimilasi budaya – ras China sudah no problem dimana mana – hanya satu yang tidak pernah muncul di perantauan adalah emosi masionalismenya, diperlihatkan hanya dengan kekeh dalam gaya hidupnya diantara kelompoknya –cara makan makanannya sendiri- saja.   Kelompok etnik China ini yang sudah biasa dipekerjakan jadi perisai perantara hubungan dagang dengan aborigin, selama berabad abad, talah berubah  mencitrakan diri menjadi perantara dari kekuatan dagang dan politik asing, global, serta dalam negeri yang lebih superior, ada yang beneran dan banyak yang secara licin mencitrakan diri sebagai “kepercayaan” fihak yang kuat.

,

Bila di Cambodia, ras ini mendapat celah di penetrasi dalam tatanan masyarakat feodal – merekalah yang menjadi feodal yang berkuasa, berakibat terabaikan-nya suku setempat , suku  Khmer, maka terjadilah neraka Cambodia oleh rezim Polpot.  Di Nusantara celah yang digunakan adalah berdangang pengumpul hasil bhumi sebagai perantara yang dipelihara belanda dalam sisitim penjajahannya – ras ini menjadi “pachter” pajak apa saja dan pembeli terdepan -  tangan pertama dari panen budidaya pertanian  yang dibutuhkan Belanda, umpama lada, kapok, kayu manis – Bila celah yang ada hanya menjadi pedagang eceran seperti di San Francisco, mereka berkelompok dalam organisasi tradisional, membuat pecinan sendiri dan terlibat dalam industry  keungangan secara tertutup. Di Nusantara, perilaku perdagangan merambah ke semua bidang, termasuk jadi perantara – zaman penjajahan dulu namanya pedagang perantara - “makelaar”. Perkembangan keahlian dalam makelaran ini, setelah RI, karena menyangkut uang yang banyak sekali dari Negara Negara kapitalis yang membutuhkan lisensi dari kekuasaan pemerintahan setempat untuk mengeruk resources alaminya – mereka membentuk Diktator local dari Kelompok persenjata mulai sejak dini, dari pangkat yang paling rendah misalnya kapten dan mayor, bahkan di tempat yang terpisah jauh dari Pusat pemerintahan cukup Sersan ( ingat ajun inspektur polisi Labora, yang menggunduli hutan di Papua), kan dengan “uang” bisa membantu menanjak kejenjang pemerintahan Pusat.  Itu saja sudah bisa membabat hutan senilai trilyunan rupiah yang langsung disimpan di Bank antah berantah. Operasi ihtikar beras seluruh Indonesia yang dilancarkan pendanaannya oleh banknya, juga  generasi petama foundernya sudah kena OTT nyuap nyonya Bupati Bekasi ( itu yang ketahuan), bank antah berantah-nya  berpusat di Singapura/pulau Kayman,  yang sengaja diorganisi oleh banker pencitraan.  Akhirnya menghasilkan maha maling BLBI bank Centuri dengan Direktur bank sentral BI, mencitrakan diri  sebagai wakil (ikan) paus inocentius.  Cukup hanya 5% dari perantuan china mencapai tingkat ini. Sampai seorang seniman dan pencerah Agama Islam, Cak Ainun Najib menjulukinya dengan China Barat, pengunjung tetap Davos.  Karena namanya selalu kombinasi nama local dan nama panggilan Europa yang mentereng menurut rasa mereka, misalnya James. Stephen. Bob, Frederich, dan sebagainya. Mereka SELALU MENCITRAKAN DIRINYA LEWAT SEGALA MEDIA, TERUTAMA MEDIA PENGULAS EKONOMI, DENGAN BANTUAN WARTAWAN BODREX-NYA  MENYEBAR DONGENG BETAPA OKNUM CHINA BARAT INI MENJADAI SOSOK SANGAT PENTING SEBAGAI TANGAN PERANTARA DARI INTELIJEN NEGARA BESAR SETARAF KASOGGI,  TERMASUK NEGARA CHINA KAPITALIS DAN BILA PERLU  NEGARA ISRAEL – PADAHAL HANYA RUMOUR DARI PENCITRAAN YANG GENCAR SAJA – SEPERTI KUNJUNGAN SETIA NOVANTO DAN UNYIL-NYA IDRUS MARHAM ( BELAKANGAN KENA OTT JUGA) BARSAMA CS NARA MUKA PIPI TEMBEM, DARI DPR RI - KE KAMPANYE PRESIDENT DONALD TRUMP. BISA JADI PENCITRAAN YANG SANGAT BERHASIL, MALAH BILA BERUNTUNG BISA JADI PREASIDEN RI, YA JATUHNYA KE PLIMBAHAN JUGA,  INGAT PRESIDEN FUJIMORI DARI REPUBLIK PERU, YANG TERSANGKUT MEGA SKANDAL KORUPSI DAN PULANG DENGAN SANTAI KE JEPANG ? JUGA EDDY TANZIL YANG MENILEP DUIT BANK TRILYUNAN DAN LARI PULANG KE CHINA DARATAN, MENDIRIKAN PABRIK BIR DISANA ? MALAH DICITRAKAN SUDAH DIBUNUH MAS TOM - SEMOGA TV ONE BISA MENGULAS DALAM PROGRAMA MELAWAN LUPA

Nama sangat berpengaruh untuk jadi kroni Penguasa semacan Jendral Suharto, cukup foto bersama dalam acara santai,  sudah bisa jadi senjata untuk mencitrakan diri, terhadap penjabat Daerah. Sebagai modal mengeruk kekayaan di Daerah, dimana kekayaan bhumi sesungguhnya berada dan dengan quangxi yang lihai menjadi sangat mudah.

Bila dipikir benar, bangsa yang mendiami  Nusantara ini memang bangsa yang plural, dari kesatuan pluralisme inilah kekuatan kita. Seperti bangsa Amerika Serikat, seperti pluralism ras China, DI TIONGKOK. Jadi…………..tinggal perlunya apa.

Seharusnya, semua tanpa perantara. Cuma mesti ingat……..mereka dari asal riwayat migrasinya, riwayat diaspora-nya,  dinegara mana, kapan, selalu membawa kepentingan puaknya sebagai nomer satu…….. tidak peduli warga Negara mana saja……….Bila perlu mensejahterakan rakyat, ya pilih langsung  China yang mampu imbal beli dan berpotensi berpartner dalam upaya produksi besar untuk  seperti FREEPORT, sama sama kapitalis ajak saja ber-tripartit dengan Amerika.  Kalok perlu mencuri uang Negara/rakayat  untuk bagi bagi hasilnya a’la ordebau…..ya pilih cara ordebaru…….mereka sangat mengharapkan, bahkan 5% dari mereka, termasuk Anggodo, Anilo,  Bhuto Cakil, Ratna mnggali, Totok kerot, semua telah mencitrakan diri untuk itu………Kalok perlu pemilih dari rakyat, dan bukan maharnya……. Ya tunggu dulu, sejarah tidak mempunyai catatan keberpihakan mereka dengan jelas secara ras, karena mereka diluar sistim,  tapi secara perorangan. Ini juga berlaku dimana mana urusan geopolitik. Mereka 95 % berdiaspora secara perorangan telah ribuan tahun, mereka juga memilih kewarganegaraan  secara perorangan, jadi mayoritas mereka, secara ras sebenarnya sudah tidak ada problim, saya sendiri juga secara pengukuran tengkorak anthropologis tergolong ras mongoloid. Dengan mudah mereka menyatu dengan yang lain. Tapi yang 5% oportunis ini memang harus diwaspadai, terlalu kaya dan terlalu licin, berlindung dibalik ketiak etik-anti  rasialisme, de facto mereka tidak punya Negara, tidak mempunyai ras, seperti yang dicitrakan oleh Sukanto Tanoto sang Raja Pulp – di Singapore dia bicara di public bahwa kesetiaan jiwanya pada China Daratan, apalagi sudah sama sama kapitalis , ini juga pencitraan terang terangan, tapi bermain bajing(an) loncat kayak begini dengan pencitraan adalah jalan hidupnya, hanya paspornya YANG KALA ITU DIA PAKAI ADALAH PASPOR INDONESIA, tanpa merasa apa apa,  hanya perlu di piket untuk melawan lupa*)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


enre yang sama.

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More