Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Selasa, 30 Agustus 2011

TANAMAN BUDIDAYA KAPAS DI INDONESIA, ANTARA HARAPAN DAN KESULITANNYA

Tanaman Kapas (Gossypium hirsutum L ).
Sejak tahun 1958-an, pemerintahan Presiden Soekarno, budidaya kapas merupakan obsesi Pemerintah untuk mengembangkannya.
Orientasi teknologi diarahkan ke Amerika Serikat sebagai penanam kapas terbesar, dengan penelitian yang komplet, pabrik pengolahan yang tersedia untuk dijual.  Pengiriman tenaga ahli ke RRT alm. dan USSR alm.  karena politik Pemerintah pada waktu itu.
Karena ini merupakan obsesi, kemungkinan besar telah dikirim peninjau-peninjau ke Mesir dan India, dikatakan obsesi, sebab dimulai dengan semangat mengurangi ketergantungan pangan dan sandang dari import, sebanyak mungkin, sebab kita semua memasukkan gambar kapas dan padi di lambang perisai  sang Garuda Pancasila, tahu rasanya kekurangan pangan dan kemiskinan sandang waktu penjajahan Jepang.
Saya ikuti kegiatan  dalam usaha budidaya kapas sebagai Agronomist pabrik pestisida pada zaman Orde Baru, dari proses penelitian sampai penanaman  hingga pensiun tahun 1993,  karena tanaman kapas di dunia ini dikenal sebagai konsumen yang besar dari segala insektisida,  di samping pekerjaan penyuluhan dan promosi dari perusahaan yang menggaji saya. (Program Bimbingan Massa /Bimas membeli dari Perusahaan Pestisida jutaan liter product pestisida setiap tahun lantas dijual kepada petani Bimas, dengan subsidi 80% permulaannya dengan kredit lagi, dengan syarat harus ada Agronomist yang bertanggung jawab, petani harus mengerti cara penggunaanya dan tidak ada kecelakaan).
Saya diminta mengajar dengan upah tidak berarti, juga kebetulan mengenai budidaya kapas. Dengan niat baik saya jalani, meskipun Universitas itu didirikan oleh  tokoh Golkar yang menganut paham nepotisme, king maker di Propinsi, jadi banyak pengajar yang selalu benar karena Pegawai Negeri, dipanggil untuk ngajar, sebagai part timer atau pengabdian. 
 Setiap pendahuluan kuliah selalu saya tekankan bahwa seluruh Ilmu Pertanian menggunakan ancar-ancar agroteknik dari lingkungan bentuk liar di daerah asalnya.
  Sebab kita berurusan dengan hasil domestikasi tumbuhan liar dan binatang liar yang di hutan-hutan, di padang rumput dan sabana yang mempunyai keadaan lingkungan yang khas sudah jutaan tahun. 
   Jadi Ecology tempat asal bentuk liar suatu tanaman atau hewan akan menjadi dasar agronomi selama manusia mengandalkan alam.
    Sekarang teknologi semakin canggih, saya baca di Google  mengenai budi daya kapas, kelihatannya persoalannya masih sama: Introduksi benih unggul dari mana mana termasuk benih hibrida dari Cina (malah sudah diimport jumlahnya tidak tanggung tanggung 40 ton) malah benih hasil rekayasa transgenic dari Monsanto, yang riuh dengan kontroversi setuju dan anti.  
Lha kok ndak disadari, sekian lama itu dari tahun1960 hingga 2011 masih mengintroduksi benih hasil seleksi wilayah lain, wilayah yang memang iklimnya cocok dengan kapas liar  jaman jutaan  tahun yang lalu. 
Jadi upaya seleksi, upaya hibridisasi memakai kapas kita sendiri yang masih ada, untuk dimanfaatkan sifat-sifat baiknya, walau sangat, langka tidak pernah ada, atau hasilnya tidak ada harapan, artinya sulit bersaing dengan hasil seleksi dan hibridisasi yang dikerjakan di wilayah yang memang dari sana kapas berasal.
Yang jelas waktu buah kapas mekar menyembulkan seratnya yang putih bersih cuaca harus kering kering dan kering berhubungan dengan penerbangan biji-biji, basah sedikit saja kapasnya melempem kayak krupuk tidak bisa terbang malah menyerap air, dan diserang cendawan.

   Tanaman budidaya lain seperti semangka (Citrulus maxima L)  melon (C. melongela)  tanaman budidaya yang berasal dari pinggiran gurun sama dengan kapas tapi masih toleran terhadap hujan waktu panen daripada kapas.
Di wilayah Indonesia (kok ya menggambar kapas di perisai lambang Garuda Pancasila?)  di tempat terkeringpun di NTT masih ada hujan barang l300 mm/tahun ada pengaruh angin muson setiap setengah tahun berganti arah, yang jadi persoalan terhadap budidaya kapas, batas antara musim hujan dang musim kering selalu tidak jelas, bisa maju atau mundur dengan tenggang 2 – 3 bulan! Entah oleh pemanasan global entah oleh El-Nino, entah oleh El Nina, jadi di lahan tidak berpengairan yang disediakan buat kapas,  mengatur waktu tanam sehingga waktu buah kapas harus mekar besar besaran cuaca dijamin kering, kering,  dan kering sangat sulit. Bisa diatur tanam pada akhir musim hujan, malah tiba tiba hujannya habis padahal kapas masih perlu air untuk mengisi buah yang ada, pengairan untuk nombokin kebutuhan air darurat ini tidak ada.
Bila saja pengairan disediakan buat situasi ini, semua beres ok.
Jadi demi mengetahui bagaimana kapas berperilaku dalam iklim ini, kita perlu meninjau bagaimana kapas yang hidup liar di wilayah sabuk khatulistiwa yang beriklim muson berperilaku.
Kapas tahun (nama Latin yang diberikan oleh Taxonomy aku tidak tahu  bukan kepentingan mereka yang membuat buku buku untuk tahu) – Merupakan pohon tahunan dengan percabangan dari bawah, mekar ke atas, tinggi mencapai 4 - 5 meter, daunnya  lebar lebih dari daun kapas satu musim, berbunga besar kekuning-kuningan, buahnya memanjang, buah yang kering mekar tidak sempurna, panjang buah 7 – 12 cm. Hidup liar di pagar-pagar, tepian hutan. Buahnya  terdiri dari 3 – 5 kotak, setiap kotak mengandung biji-biji yang berambut tipis mudah terkelupas dan biji tadi setiap 8- 15 butir melekat menjadi satu paket satu kotak tiga sampai 5 paket. Seratnya sangat pendek 4-7 mm itu saja agak kasar.
Saya deskripsikan kapas tahun ini sebab kecil kemungkinan  kapas jenis ini dibawa ke Nusantara ribuan tahun yang lalu, karena seratnya sangat tidak bermutu. Jadi memang kapas asli di sabuk tropis.
Kapas tahun (nama kapas lokal ini). menggambarkan arah evolusi menyesuaikan dengan iklim tropic basah, yang semestinya serat untuk terbang, malah buat iming iming burung burung kecil untuk sarang, yang semestinya tiap bijinya bisa terbang dibawa angin sendiri sendiri, malah melekat jadi satu paket, berserat sangat pendek 10-15 mm, lha iya setelah kering buahnya pecah tidak sempurna burung-burung kecil tahu, dan dibawa untuk membuat sarang, e..e., malah bijinya satu paket runtuh, sudah jauh dari pohon induknya. Satu paket biji yang saling melekat tumbuh bareng, bersaing untuk dapat sinar Matahahari, balapan untuk tinggi dan besar, satu dua tumbuh jadi juara. 
Akhirnya tujuan tercapai biji-biji  tumbuh jauh dari pohon induknya, umur tahunan dan ukuan batang memberi lebih banyak kesempatan untuk mencari sinar Matahari, akan menang  dari tetangga tumbuhan yang bongsor namun musiman, diantara pepohonan hutan rimba tropika basah di mana angin  terhambat oleh pepohonan dan semak-semak.  Lihat, alam sudah membuat arah adaptasi membelokkan daya guna serat kapas yang kita butuhkan sesudah jutaan tahun, jadi upaya seleksi  untuk mempertahankan sifat serat, memperbaiki sifat serat menurut kemauan kita, memakai bahan kapas lokal hampir tidak mungkin.
Di sabuk tropika basah banyak tumbuhan yang menggunakan penerbangan biji-bijinya untuk menyebarkan keturunan, dimulai dengan ketinggian yang cukup, – jadi postur nya pohon tinggi, percabangan tidak menggangu waktu biji-biji diterbangkan, tahan air hujan karena seratnya dikonstruksi khusus, di bawah microcospe seratnya jadi pipa berisi udara ! Sedang serat kapas yang kita maui pipa itu kempis, menjadi pipih seperti pita. Dia adalah pohon Randu – Ceiba pentandra L seratnya dinamai kapok. `       
Satu Famili dengan kapas tapi asli  berasal dari sabuk tropis, atau dari Afrika, atau dari Australia, tropika basah, dipengaruhi angi musson yang berganti arah setiap setengah tahun.
Seratnya masih untuk terbang tapi startnya dari cabang yang tinggi, Pohon Randu (Ceiba pentandra L), malah meluruhkan seluruh daunnya untuk membatu penerbangan ini, seratnya yang untuk terbang jadi anti basah dan tidak tenggelam di air, mikroskopis berupa pipa udara, sayangnya tidak bisa dipintal jadi benang selanjutnya ditenun jadi kain, jadi Randu (Cieba pentandra L) dikebunkan untuk  seratnya digunakan sebagai isi kasur, bila diompoli besuk dijemur sehari sudah kering, bantal dan pelampung keselamatan kapal kapal, (sebelum ada polyurethane), klentheng-nya (biji randu) jang kira kira 70 % dari serat berbiji, selanjutnya klentheng mengandung kira kira 30% minyak goreng tidak mengadung racum gossypol kayak biji kapas. Wong cari serat buat ditenun kok alam memberi serat buat kasur, ya nasib.
Monsanto ngotot mengintroduksikan kapas yang secara genetic sudah direkayasa jadi kapas transgenic, motif nya ya keuntungan.
Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan sudah setuju. Terjadi pro dan kontra yang prinsipial.
Gubernur dan aparatnya pro, LSM dan banyak pakar tidak setuju  secara mutlak, harus ada percobaan pengaruhnya terhadap lingkungan berjangka panjang, kuatir jadi alasan introduksi orgnisme transgenic yang lain yang memang bentuk liarnya ada di sini, (mungkin sementara saya menulis buat anda, sudah ditanam di salah satu lokasi disini, misalnya kedelai  (Glicina maxima L) jadi kedelai transgenic.
Lha apa itu organisme trasgenic, kapas transgenic, itu gelar apa ?
Dimulai dari setiap sel hidup ada inti sel dan plasma sel, didalam inti sel ada chromosome yang normalnya berpasangan sejumlah 2n (banyak yang tidak normal). Chromosome bisa dilihat dengan microscope  asal selnya  mau membelah jadi dua, benang benang berpasangan ini menebal, bila diberi pewarna akan nampak berpasangan. Pembelahan sel somatic (asal jadi banyak seragam) setiap chromosome membelah jadi dua, pembelahan sel yang istimewa untuk jadi unsur jantan (sperma), untuk jadi unsur betina (telur) namanya pembelahahan sel reduksi artinya jumlah chromosome dibagi dua mangkanya sel normal chromosomnya berjumlah 2n, pembelahan reduksi jadi 'n' chromosomnya terbagi dua secara acak (ilmu Genetica khusus mempelajari hal ini dan pengecualiannya) kemudian direkombinasi ketika kawin n +n’.
Di sepanjang benang chromosome ada gene – satuan pembawa sifat makhluk hidup.
Lha gene ini sebenarnya adalah tempat senyawa kimia namanya DNA, selanjutnya DNA ini merupakan senyawa kimia nucleic acid yang ada empat macam, adenine, guanine, cytosine dan thymin, tiga diantara mereka akan bergandeng ber-urutan, merupakan code memerintahkan membangun satu macam asam amino esensial, ada 20 mancam asam amino essential pada binatang dan kedele, dan kira kira 16 – 18 pada tumbuh tumbuhan. Yang namanya transgenic ini memotong motong DNA yang perupakan  code satu organisme yang khas, mengganti atau menyambungkan dengan DNA makhluk lain, nantinya jadi nakhluk yang sama sekali baru kayak semangka berdaun sirih, dengan cara transgenic hal ini jadi mungkin.
Monsanto satu perusaan raksasa trans-nasional di AS mempetaruhkan modal yang sangat besar untuk menjadi pelopor dalam membuat benih benih transgenic, – alias menjual benih makhluk baru, hasil rekayasa genetic oleh manusia.
Apa yang ditawarkan Monsanto kepada penguasa Sulawesi Selatan, Beliau -Monsanto yang terhomat, telah menciptakan organisme kapas baru dengan cara transgenic. Kapas yang anti hama. Semua sifat-sifat yang unggul dari kapas Amerika masih ada, hanya ketambahan bila bagian tubuhnya dimakan ulat yang selama ini jadi momok gondoruwo leak, yaitu ulat Heliotis armigera dan Earias fabia, ulat-ulat ini ditanggung langsung sakit dan dengan sendirinya mati. Ajaib, langsung  si Penguasa ini setuju.
Kenapa benih yang ajaib ini ditawarkan pada Penguasa Sulawesi Selatan, dan kenapa LSM dan sementara pakar kapas yang mengerti tidak setuju ?
Bahkan Pemerintah Amerika Serikat enggan menyetujui pemakaian benih kapas transgenic sebelum dalam jangka panjang lingkungan produk organisme tranagenic ini secara langsung atau tidak langsung selamat, bukan hanya  jangka panjang, tapi juga keturunannya. Kapas di AS bukan hanya tanaman budidaya serat, tapi juga budidaja minyak nabati, sebab bila minyak ini dipisahkan dari biji kapas yang masih mengandung kira kira 30 % minyak nabati tidak mengadung racun gossypol yang tertinggal dalam bungkilnya. Bungkil biji kapas meskipun beracun secara terbatas bisa buat campuran makan ternak, di AS konsumen poduk kapas yang berupa minyak nabati  dan daging hewan yang diberi makan bungkil biji kapas sangat besar. Pantas bila Pemerintah AS sangat hati hati, mengizinkan produk-produk dari organisme transgenic dikonsumsi manusia Amerika langsung atan tidak langsung, itu issue dulu. Di internet sekarang dinyatakan bahwa 93 % areal kapas di Amerika Serikat sudah menanam kapas transgenic.
Apapun proses  yang merupakan pemotong dan penyambung DNA ini  bila sambungan gene ini masih mampu menyambung lagi dengan gene manusia rasanya kok tidak, wong sudah dimasak kok, apalagi konsumen organisme transgenic lantas jadi monster, tidak bakalan, paling-paling alergi.
Tapi alergipun gejala abnormal.
Kapas transgenic ini mungkin DNA nya ditempat tertentu telah ada yang dipotong-potong dan disambungkan dengan DNA bakteri yang menjangkiti ulat Heliothis dan ulat Earias ini memang ada, DNA yang khusus memerintah membuat racun ulat ulat ini ditubuh bakteri thuringiensis, (insektisida Thuricide ada  - racun yang dibuat oleh Basillus thuringiensis) disambungkaan di tempat (locus) tertentu di DNA kapas, lha akhirnya kapas dengan sendirinya memproduksi racun ulat ulat itu., jadinya asal ulat Heliothis atau Earias makan bagian dari tubuh kapas ya keracunan, trus mati.
Ide Monsanto ini bener brilyan, dan telah dirasakan bahwa petani kapas di AS saja kewalahan membeli insektisida untuk tanaman kapasnya, apalagi petani kapas di Indonesia.
Penggede Sulawesi Selatan ya bener, berapa duit bisa dihemat bila budidaya kapas di Sulawesi Selatan bisa disisihkan,  bila kapasnya bisa membunuh sendiri  musuh musuh besarnya, tapi orang dagang ndak berpikir begitu,  -   harga bibit kapas transgenic toh hanya sedikit lebih rendah dari total harga insektisida yang harus dipakai, tidak boleh selisih banyak,  toh sambungan gene racun ulat ulat ini di  genenya kapas abadi di sana ?  Biasanya dalam jangka panjang ulat musuh petani –  dalam banyak kejadian, memakai insektisida satu
macam terus menerus bisa nenghasilkan kekebalan pada ulat sasaran.

Monsanto memang jago dalan menciptakan organisme transgenic, bila technology ini sudah bisa membuat organisme transgenic, sedangkan kita ber obsesi untuk menghasikan serat sendiri untuk swasembada sandang, karena sudah terlanjur digambar di Garuda Panca Sila – saya tawarkan merekayasa  segera transgenic pohon Randu yang kualitas seratnya seperti kapas – dengan menempelkan DNA kapas, yang menentukan kualitas serat kapas, di locus DNA pohon Randu di locus yang menentukan sifat seratnya, gene hadiah alam serat amfibi dibuang. Jadi rakhmat Allah mengizinkan manusia sepintar sampai ke taraf teknologi ini, dan dari teknologi ini segera dirasakan hasilnya,  memanen kapas, kayak memanen randu, perkara tinggi batang Randu, teknologi seleksi biasa bisa mengatasi, jadi Randu Katai, tapi rakhmat Allah ini bisa jadi kutukan bila akibat polinasi/persarian yang tak mungkin terkontrol malah menimbulkan akibat negative pada pohon Randu yang bukan transgenic.
Buah Randu kulitnya sangat tebal, sampai kering betul baru pecah. Saya tidak pernah melihat Perkebunan Kapok Randu  yang berpengairan, karena akar pohon ini cukup dalam dan kuat mencari air, musim kemarau pohon Randu sedikit sekali membutuhkan air,  saya melihat Kebun Randu dekat Gilimanuk Bali, kebun Randu di Pandaan Jawa timur, kebun Randu dekat Weleri Jawa tengah.
Kita harus mengerjakan semua ini sendiri (artinya memakai technology transgenic- ongkos berapa saja dibayar wong mengikuti obsesi kok), sebab ini bukan kepentingannya Monsanto dan AS, bukan Kepentingannya Cina, bukan kepentingannya Mesir.  Kita mungkin bisa kerja sama dengan bangsa-bangsa di wilayah yang biasa menanam pohon Randu, kita atasi bagaimana agar produk Randu transgenic ini tidak mencemari lingkungan. (Wong daging ayam mati saja masih dijual di pasar-pasar kok).
Atau bangsa-bangsa lain dengan iklim yang sama, dengan kesulitan menanam kapas yang sama dengan kita,  lebih memilih tanaman budidaya yang lain yang lebih cocok untuk wilayahnya, dipromosikan layaknya buah Kiwi dari New Zealand, di-export dan duitnya untuk beli kapas Mesir, biar transgenic tapi kan jauh.(*)
(Oleh :Ir. Subagyo, M.Sc.- Alumni Jurusan Agroteknologi-Agronomi Universitas Patricia Lumumba,  Moskwa , Russia.)
catatan : Ir Subagyo berangkat menimba ilmu di Russia pada tahun 1959, setelah menamatkan strata satu agronomi di Universitas Patricia Lumumba, kemudian melanjutkan studi di Universitas yang sama, dan berhasil meraih gelar Magister Science Agronomy dari Universitas Patricia Lumumba Moscow tahun 1966, langsung kembali ke tanah air, dan kini  kakek dari 4 cucu tinggal di Surabaya

Ir. Subagyo juga memberikan selamat kepada para mahasiswa Indonesia masa kini yang juga berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi di Russia dan umumnya berkuliah luar negeri di negara mana saja, baik Timur Tengah, Amerika, China, Jepang, Eropa dll. Selamat wahai putra-putri terbaik Bangsa Indonesia :"Belajarlah hingga ke negeri China"- tapi pulanglah ke Indonesia untuk Memajukan Bangsa Indonesia.
                                               

Senin, 22 Agustus 2011

Tanaman budidaya Kopi

Kenapa  K€opi ?
Ini bukan untuk mengajari pembaca menanam Kopi, tapi ini akan melacak kembali seluruh agroteknik Kopi sebagai cerminan pengetahuan Agronomi kita mengenai tanaman buah-buahan. 
Paling sederhana yang sudah diketahui para petani adalah menanam dari bijinya, asal biji Kopi ya jadi pohon Kopi  dan berbuah Kopi titik. Itu kan sudah diketahui oleh bahkan manusia purba. Pembaca akan jadi heran sendiri, wong biji kok harus digoreng dulu sampai gosong baru di gerus jadi bubuk – baru dituang air panas,  hangat hangat trus diminum, rasanya pahit, lho kok diminum dan sekarang disukai oleh penduduk Dunia !? Itu kan dulu sekali, sekarang ada sebagian orang yang malah dilarang minum kopi sebab mengidap  nyeri lambung  atau hipertensi malah ada yang  keduanya.Lha mana  yang namanya agroteknik Kopi yang konon cerminan pengetahuan kita mengenai agroteknik buah-buahan ?
Kopi nama bangsanya adalah Coffea. Familia Rubiacae jadi sama dengan Mengkudu. Berasal dari benua Afrika tropic, yang mungkin hutannya sering terbakar, e..e kebetulan manusia purba di sana ribuan tahun yang lalu menemukan genangan air hujan yang terisi biji kopi yang sudah tua ikut gosong, saking hausnya ya diminum saja, tentu saja pahit tapi sesudah minum kok malah segar, critanya malah ketagihan gitu.. trus tersebar diantara puaknya sukunya bangsanya trus mendunia.
Tumbuh sebagai pohon  termasuk  Dicotyledone, berposture menengah artinya bentuk liarnya masih dibawah naungan pohon- pohon besar, tapi diatas semak- semak.  Kebiasaan hidup bentuk liar di hutan-hutan sangat perlu disimak untuk mempertimbangkan agrotekniknya bila dipiara manusia, lha khusus kopi di Nusantara sudah dipelihara ratusan tahun yang lalu bibitnya dibawa pedagang yang naik perahunya teman  Sinbad si Pelaut dari teluk Aden atau wilayah sekitar Yaman sekarang pada zamannya abad ke 11 Masehi zaman pedagang dari kota pesisir teluk Aden berlayar untuk berdagang dan menyiarkan agama Islam, karena Kopi dalam bahasa Jawa disebut Kahwo – sedangkan dalam bahasa Arab adalah Kahwa, mungkin sesudah itu,  baru kata kopi dari kata Coffee ( Inggris) atau Koffie (Belanda) lha Coffee atau Koffie dari kata Arab : Kahwa, jadi dalam bahawa Melayu kuno ya Kahwa. Begitu susah payahnya merunut asal usul nama Kopi.   Hal yang penting bahwa kaum pedagang dari pasisir teluk Aden ini membawa bibit kahwa berbulan bulan berlayar, sampai di kota pelabuhan Nusantara entah sudah berapa hari seudah mereka mendarat baru  ditanam. Soalnya bibit dari biji kualitas jelek pasti kehilangan daya tumbuhnya bila harus disimpan berbulan -bulan dalam kondisi saat itu.
Tulisan dalam bahasa Arab waktu itu sudah mengatakan bahwa bibit yang tumbuh dari benih Kahwa yang baik harus dari pohon yang baik, berumur pertengahan (antara 10 – 16 tahun) terletak dicabang yang kuat dan panjang, karena cabang Kopi beruas ruas dan dompolan buah terletak di setiap ruas –sampai 10 -14 dompol -  maka dompolan yang dipilih sebagai benih harus mendekati dompolan yang ditengah (mulai dompolan ke 5, kemudian ke 6, ke 7 ke 8 diluar itu tidak dipilih sebagai benih, setelah tua benar baru dipetik dikupas kulitnya secara hati hati, dan di-angin-angin-kan sampai kering  kemudian disimpan ditempat yang kering benar dan rapat. Inilah baru agroteknik, meskipun dtulis pada saat itu. Ketentuan itu universal dan abadi, sekarangpun masih berlaku dalam asaha memperoleh benih dari biji misalnya tanaman papaya ( Carica Papaya L), meskipun dengan sedikit imajinasi, karena papaya harus ditanam dari biji, entah waktu yang akan datang mungkin bisa dari kultur jaringan. 
Benih papaya harus berasal dari pohon yang baik (dikehendaki kualitas buahnya) berbuah lebat. Buah yang layak diambil benihnya terletak ditengah ( tentu saja maksudnya dia besar  dalam pertengahan mumusim hujan dan tua mendekati paruh musim kering) benih diambil dari buah yang bentuknya standard untuk jenis papaya itu,  sepertiga dari ujung buah yang masak keatas sampai duapertiga buah dari ujung, atau kira kira sepertiga saja buah yang ditengah, bijinya baik untuk dijadikan benih – di anginkan dan segera ditanam atau disimpan ditempat yang kering. Sama kan ? bayangkan kalau membuat kebun papaya kontrak sudah ditanda tangani, ternyata bibit yang ditanam ribuan  dari benih sembarangan dan tumbuh jadi segala macam papaya bahkan papaya jantan kan berabe ? Inilah tujuan Dosen memberi kuliah perkara budidaya kopi, karena budidaya kopi sudah diteliti dan dipraktek- kan selama ratusan tahun. Balai Penelitian Kopi dan Karet di Jember (malah dulu zamam Hindia Belanda namanya Besuki Proofstation) penelitian budidaya kopi nya lebih seratus tahun, lantas perkara papaya siapa yang meneliti begitu lama, lha mahasiswa Pertanian  diajari apa perkara papaya ?(*) (bersambung)










































































































BANGSAKU, APAKAH KALIAN MENGERTI KEGELISAHANKU ?

Hidupku sudah senja, sudah 73 tahun.
Aku sudah tidak bisa aktif untuk bekerja dengan sempurna seperti halnya anak muda.
Siang aku nonton TV Nasional, malam Indovision yang prabayar  sesudah cucuku tidur, radio El Shinta, Suara Surabaya slalu menyala,  Reno  cucuku itu pecandu Play House Junior dari Walt Disney, Ayah -Ibunya kerja sampai malam, masih untung dapat pekerjaan dan menerima gaji bulanan, entah sampai kapan, kerja kontrak saban enam bulan, di perusahaan swasta, rasa payahnya mulai kentara, anaknya sudah dua. Boro boro menabung untuk hari tua. Ini adalah klise model kehidupan middle class di Indonesia.
Di media aku dengar, setiap Partai, gurem atau jenis lainnya yang lebih besar, menawarkan kepemimpinan Bangsa dalan setiap kesempatan.
Menawarkan koalisi, kesatuan dan persatuan, dari Partai - Partai yang tanpa ideology, entah angin membawa kemana, dihimpunlah  orang orang secara cepat jadi DPP/DPC entah anggautanya siapa,? lha wong golputnya total Nasional ada lebih dari 40 %,  jadinya  cara  “keluar uang untuk cari uang” makin berani membayar ongkos untuk Partainya kemungkinan untuk terpilih makin tinggi, setelah terpilih, menjadi Penjabat Publik nanti, tinggal memainkan atau me – mark up anggaran apa saja, malah bisa berjama’ah mencari modal kembali, berlipat lipat, karena disana semua sobat.
Yang terima uang malah bukan pemilihnya malah oknum KPU malah oknum Komisi Yudisial, peduli amat, pokoknya jadi wakil rakyat.
Bantuan Langsung Tunai (BLT) dilanjutkan apa enggaaak ? tentu saja lanjutkan.
Bukan BLT yang lanjutkan, malah jadi mobil  3000 cc untuk setiap Menteri Partai Partai yang berkoalisi,  1800 cc untuk Wakil Rakyat secara merata, ini dari Executive, Presiden Terpilih, syah syah saja tidak boleh ada yang ngiri, wong kerjanya berat.
Yang sangat mengganggu pikiran saya, 70 - 80 % Rencana Anggaran Pendapatan Negara ini rencananya hanya habis buat beaya routine.
Lha memang Pemasukannya hanya segitu. ? 
O.. itu Anggaran pengeluaran buat PNS yang besar, coba pikir PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) Pertanian saja hanya satu setiap Kecamatan itu saja memilih Kecamatan yang tinggi potensi pertaniannya, kira kira 6 – 8 ribu Ha tanah pertanian sawah dan ladang, cukup luas untuk bayar satu sarjana dan 3 PPL, di kita hanya satu PPL ini terlalu sedikit PPL nya, mengingat banyaknya problem pertanian yang harus dibenahi, dan tegalan yang masih rendah daya produksinya.
Polisi, konon di negara dengan kemajuan menengah saja mendekati satu polisi per 600 – 800 penduduk, lha di negara kita satu polisi bisa untuk 900 orang penduduk atau bahkan lebih.
Guru satu sekolah  dasar 6 tahun rata rata per kelas mengajar 36 murid, sedangkan efektifnya satu guru mengajar  murid 24 saja.
Jelas bukan PNS  untuk melayani publik yang kebanyakan.
Dari pemasukan  yang ada hanya segitu, sebagian besar pemasukan dari pajak,  lantas untuk infra structure  dibeayai dengan apa ?
Infra strukture ? -- Haduuhh.. boro- boro nambah, untuk pemeliharaan saja,  pas- pasan sudah baik.
Yang namanya beaya routine termasuk gaji dan fasilitas anggauta DPR  yang ratusan kali gaji pegawai kebersihan, gaji Pejabat dan Pegawai  Bank dan Depertemen yang di renumerasi 8 -9 kali gaji PNS yang
sama pangkatnya- boleh saja. Tentara kita juga tidak banyak, malah  alutista-nya (alat utama sisitim pertahanan) sudah relatif bisa dinilai tua.

Kalau begini terus kondisi kita, kapan kita bisa membangun infra strukture misalnya membuka lahan pertanian di pulau - pulau lain yang masih banyak belum dibuka ? Petani menghasilkan ratusan kali dari kebutuhannya tidak minta dijamin hari tuanya.

Yang saya prihatinkan itu, ternyata Pendapatan Negara kita ini kok  sedikit sekali, dan tidak ada tekad untuk menambah infra strukture.
Lha bila tidak dibangun infra structure nya bagaimana pendapatan bisa tambah ?  Kapan kaum yang bekerja bisa dijamin hari tuanya ?
Masak iya dibuat gaji PNS dan tetek bengeknya saja ngepas, lha bilang nya kaya raya, tenaga kerjanya melimpah, tenaga ahlinya cukup banyak.
Kayu log  banyak, lautnya ya banyak  ikan komersialnya banyak emasnya dan tembaganya banyak, batu baranya banyak lha  pemasukannya kok ndak sebanding ?
Ladhalah.. apa dicuri ya ?
Oleh siapa ?
 Oleh Gayus-  Gayus yang lain ?
Padahal nenek moyang kita mengukir lereng dan lembah sampai  sekarang masih jadi persawahan yang subur ndak ada yang bantu, ya dengan apa adanya dulu, tapi ada niat buat tinggalan anak cucu.
Baliau beliau – nenek moyang kita pakai modal apa ? Memahat batu batu gunung untuk candi candi, membangun saluran air puluhan kilometer meskipun debitnya tidak sampai ratusan liter per detik, bisa didukung rakyat banyak. 
Cuma menenun pakaian agak repot, kapas kita berserat pendek sekali.( Dongeng mengenai kapas ada, nanti di blog saya ) 
Malah membuat keris dan meriam kecil  bisa, dipasang di Armada perahu Madura (ini ya infra structure lho)  itu yang medukung Kerajaan besar seperti Majapahit memberantas perompak di Mare Nostrum-laut Jawa, diselat Malaka, di Somalia, demi memandu kapal, perahu penuh dagangan, konon pemasukan pajak dari perdagangan makin bagus saja.
Apa sekarang perompaknya ganti pakai pulpen oleh orang mereka sendiri? Apa kita  kini  terlalu malas ya ?
Bentuk regu kerja, kelompok kerja, lihat dengan mata kita punya apa? dan koruptor rumahnya di mana ?istri nya berapa? makan apa dan dimana? – regu kerja ini Pramuka ya bikinlah peta. Sudah itu rampas harta koruptor jahat untuk modal kerja. 
Tahun Orde baru dahulu konon di Pulau Buru dulu juga bukan apa- apa masih rawa belukar, sekarang jadi gudang beras di wilayah Maluku. 
Jadi kecukupan, jadi kaya,  itu  dimulai dengan tangan telanjang dan niat dan niat dan niat Pakde..(*)
( Ir. Subagyo.Msc, pada tahun 1966 sudah mendapat gelar magister agronomi dari Universitas Patricia Lumumba, Moskwa, Russia, pulang ke tanah Air untuk menerapkan ilmu pertanian sepanjang hidupnya, dan kini pensiun dari  sektor swasta pertanian).

Rabu, 17 Agustus 2011

MASYARAKAT KITA, POSISI PERKEMBANGANNYA, DAN AKAR PENYAKITNYA

       
Kita semua menyadari masyarakat kita mengalami perubahan, tapi jarang yang membahas secara kepala dingin mengenai hal ini,  mengenai posisi masyarakat kita, dan semua memberikan pemikiran mengenai bagaimana jalan keluarnya, bila ada problem yang muncul di permukaan.
Saya hanya merenungkan apa yang saya lihat di jalan jalan,  saya dengar dari mana-mana, dan apa yang saya alami setiap hari, sebagai penduduk biasa.
Para Pemimpin sekarang selalu menekankan “Biar Hukum yang memutuskan nanti”, baiklah daripada dibungkam di era sebelumnya,dan bagaimana masyarakat kita di rezim yang lalu hanya bungkam ?
Dipaksa,  bila menggerutu apalagi protes – dicap komunis dan dilenyapkan.
Prilaku mayarakat sering saya rasakan aneh, bila ada kecelakaan di jalan raya,  kebakaran,  malah ramai ramai melihat, alih - alih membantu memadamkan api, apalagi ada bencana alam, satu ketika ada banjir bandang dan longsor di Rambipuji Utara 20 km dari Jember, atau pengeboran gas Lapindo Brantas, lha kok yang melihat naik sepeda motor berboncengan tiga (yang naik mobil jarang) luar biasa berjubel, begitu pula kebakaran di manapun, kok malah jadi tontonan sampai mengganggu mobil Pemadam Kebakaran, ini gejala apa ? Setelah direnungkan agak lama bertahun tahun baru ketemu, di tingkat awal sekali bila orang belajar, dari melihat bahkan meraba, amatilah  bagian - bagian patung batu di situs situs purbakala mesti bagian bagian tertentu dari satu patung ada bekas rabaan orang  banyak, sampai  berdaki ( mbolot – bahasa Jawa), kepekaan akan sanitasi juga minim  - o iya,  jadi mengerti, sebagian besar masyarakat baru belajar ditingkat itu yakni dalam tahap 'melihat kejadian' sebagai proses belajar mula. Masyarakat yang mana ?  Mereka yang baru saja mengenal pendidikan dan budaya, mungkin malah hanya dari pendidikan anak - anaknya saja, mereka sendiri mayoritas. Golongan bawah ini, malah tidak menyelesaika SD nya, oleh berbagai sebab.
Gejala ini akan susut dengan sendirinya dengan diberlakukannya UU Wajib Belajar 9 tahun. Begitukah ?
Bila kita perhatikan keadaan lalu-lintas kita banyak kecelakaan, di samping ada ke-tidak seimbangan antara jumlah kendaraan bermotor dan keadaan jalan jalan yang ada,  juga penyumbang terbesar adalah human error, tepatnya prilaku Si Sopir. Disini berlaku “yang kuat dia pasti benar” – sopir Bus antar Provinsi adalah raja jalanan, dan raja tega, ini semua para Sopir sudah tahu, masih ditambah  sopir truk truk besar, dan angkot yang berseliweran (ada kota yang dijuluki kota angkot di Indonesia saking banyaknya mereka solider satu sama lain jadi mengandalkan jumlah-yakni Kota Bogor) ternyata para sopirnya adalah kaum yang tumbuh di pedesaan yang disana berlaku “the might is right.” Di kota - kota setidaknya ada “zebra coss” yang kuat harus mengalah dengan pejalan kaki !
Tapi jalan perkotaan, penduduk kampung - kampung (kita tahu darimana mayoritas penghuninya berasal), jalanan sempit tanpa kaki lima,  orang selalu berpihak kepada kendaraan kecil dan selalu cenderung membela ramai-ramai dan menuntut uang ganti rugi  yang besar bila ada serempetan, senggolan,  meskipun kesalahan ada di fihak kendaraan kecil, ini berlaku  di mana- mana. Malah penduduk desa keluar ramai-ramai memperhitungkan nilai anak  -pinak ternak yang mati tertabrak, yang belum lahir.  Mereka yang besar -ukurannya, mereka yang berjumlah -banyak, selalu benar – The might is always right. Apa perlu bukti ?
Kenapa orang di Pedesaan perprilaku seperti itu ?
Tidak berubah di era euphoria kemerdekaan, disusul era despotisme orde baru, kemudian sekarang era reformasi yang dibilang Demokrasi atau Plutokrasi !

Bila direnungkan, penduduk pedesaan negeri ini diperlakukan dengan praktek “the might is right”  pada setiap segi kehidupannya mulai zaman Tanam Paksa, sejak empat abad yang lalu hingga sekarang !
Empat abat yang lalu pedesaan  kelaparan berkepanjangan, kerena dimusim hujan yang mestinya tanam padi dipaksa tanam nila/indigo/tom (untuk pewarna taxtile) dan tanaman lain yang dibutuhkan Penjajah, sesudah itu dipaksa jadi buruh perkebunan ke Deli, ke New Caledonia, Ke Suriname kalau perlu diculik untuk bekerja di perkebunan - perkebunan yang jauh, sesudah itu dijadikan Romusha dan Jugun Ianfu yang pada berpakaian karung goni dan  mati kelaparan, sesudah itu disuruh membunuh saudaranya karena berani menenerima sebidang tanah pembagian UU Land Reform setengah abad yang lalu, dipaksa dan dipaksa oleh kekuatan yang lebih besar, tentu saja kekuatan yang lebih besar itu benar. Maka dari sana lahirlah generasi  generasi yang meneladani bahwa yang kuat selalu benar –the might is always right.
Lima belas tahun pertama Kemerdekaan Republik Indonesia  parahara revolusi mengangkat   mereka dengan kebebasan memperoleh pendidikan, banyak di antara mereka yang ulet mencapai derajad sarjana, bahkan ikut menjalankan roda Pemerintahan, kenyataannya memang mayoritas kita ya dari desa.
Tiga puluh dua tahun  di bawah Despotisme dibungkus dengan segala dalih, diganti dengan era Reformasi, eh.. tanpa  dinyana dalil the might is right melekat di jiwa kita.. Buktinya, dimana mereka merasa kuat, dimana mereka memang  kuat seperti sebagai sopir bus antar provinsi antar kota, sebagai satpam, sebagai penguasa loket - loket pelayanan dan penguasa pelayanan masyarakat misalnya RT dan RW  dimulai “surat bersih diri”, alih - alih melayani mayarakat yang membutuhkan, malah menikmatinya dengan mempersulit, "kalau bisa kenapa ? Mau dipermudah, ya ada extra ongkos dong! Akulah sekarang yang kuat akulah yang benar, makanya sudah jadi Pembesar tidak mengenal “noblesse oblique” –. Di negara maju jadi orang terhormat itu ya berlaku ksatria.  
Gampang sekali berubah jadi Despot yang materialistic, meniru kaum menak (bangsawan) di kulitnya saja, cetek-dangkal.
Sudah begitu, sebagian besar  90 % mereka yang masih tertinggal di bawah, tidak   diperlakukan cukup  adil oleh para Spekulan tanah dan Developer Perumahan, bekerja sama dengan Kepala Desa dan Camat sebagai Pembuat Akte Pemilikan  Tanah.
Tanah dijual  untuk Pabrik - Pabrik, juga bekerja sama dengan Kepala Desa dan Camat setengah memaksa, karena satu blok tanah dimiliki orang banyak pasti ada yang enggan menjual, jangan coba - coba. 
Pabrik  membuang limbah seenaknya disebelah depan halaman mereka. 
Sunguh sulit bagi petani untuk menambah penghasilannya, kecuali ada diantara anaknya  jadi buruh pabrik, untungnya  dekat, di desa mereka.
Prilakunya yang menyimpang  tidak hanya diobati dengan Hukum Negara yang adil dan terjangkau dan melindungi,  yang mereka harus mengerti, dapat  digunakan  apabila didholimi hidupnya, hak milik mereka, didholimi lingkungan hidupnya.  Tapi bahwa Islam mestinya mampu menyadarkan mereka untuk melandasi prilakunya dengan Rakhman dan Rakhim = pemurah dan Pengasih dipupuk lubuk jiwanya karena memang demikianlah Islam (andaikata dimengerti secara benar). Misalnya: Sebagai petani yang suka berbagi,  membuat pohon pohon buah buahan dipekarangan mereka pada berbuah lebat  berkat Agroteknik yang benar yang biasanya hasilnya mereka bagi bagi juga laku dijual, seperti seteguk air bagi orang kehausan, mereguk kemurahan Allah, lantas bagaimana mengerti agroteknik yang bener bila gak ada yang mengajari ?(mohon ditemukan nantinya di blog ini dengan judul  ‘Budidaya TanamanKopi’ artikel bersambung, ini masih saya susun) . Bukan nilainya yang berarti, tapi keyakinannya pada tanah pekarangan, tanah yang tergantung dari hujan saja.
Sungguh tidak mudah membuat situasi yang nyaman di pedesaan bagi penduduknya yang petani, karena tekanan perkembangan penduduk, kadang yang dimiliki tinggal hanya pekarangan yang tak terurus, Diuruslah ! Pepohonan campur aduk ndak karuan ndak berbuah lagi, ya diganti dengan yang produktif dari benih unggul.
Sedangkan perluasan lahan dan hunian Petani (yang bukan kelapa sawit) ke pulau - pulau yang masih potensial untuk dikembangkan tidak pernah sungguh sungguh dikerjakan,  sehingga para Khalifah Allah di dunia ini, layak.(*) 
(Oleh :Ir. Subagyo, M.Sc.- Alumni Jurusan Agroteknologi-Agronomi Universitas Patricia Lumumba , Moskwa , Russia.)

Jumat, 12 Agustus 2011

Benarkah Bisa Diterima Makna Ini ? (Tafakkur Al- Fatihaah)


Aku pernah dapat petunjuk dari leluhurku kira-kira di atasku lima atau enam generasi, petunjuk itu disampaikan dari mulut ke mulut, terus dari nenek ke saya,  sekarang sudah meninggal dimakamkan di makam keluarga di desa Nglames sedikit di utara Madiun sekarang pinggir jalan raya Madiun-Surabaya, konon menurut para Santri Jawa suatu keterangan yang diberikan dari mulut ke mulut, maksudnya tidak pernah dicatat adalah “ilmu sorogan” dalam bahasa Jawa yang dipakai para Santri.
Sekarang jaman sudah berubah dan manusia semakin pintar, aku ingin berbagi “sorogan” dari makna Umul Qur’an Al -Faatihah.
Kenapa?
Karena terjemahan surah ini meskipun dalam bahasa Jawa, terjemahannya  wajar sama dengan yang sekarang,  yang diterjemahkan di “cap” disetujui oleh Dept. Agama. Hanya pengertian bahasa Indonesia atau bahasa Jawa yang di- pas-kan hingga bermakna sebagai berikut:

Audzubillahiminassyithanirrahim = Ya Allah, jauhkanlah aku dari godaan syaithan yang terkutuk.

Surah ke 1 diturunkan di Makkah sebanyak 7 ayat, Al Faatihah

1.    Bismi ilaahir rahmaanir rahiim = Dengan nama Allah yang Maha 
Pemurah dan Maha Pengasih.
Makna:
– ini ikrar, segela sesuatu yang penting dimulai dengan ikrar Basmallah. Bahkan menyembelih ternak pun dagingnya dihalalkan setelah berikrar bahwa penyembelihan itu hanya atas nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, selain yang demikian haram. (padahal orang Arab hidup sebagai peternak di oasis padang pasir makanannya daging).
Hidup manusia hanya atas nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, selain itu ya manusia harus menempuh kehidupannya sendiri yang keras dan sukar di Dunia fana. Ikrar Basmallah didahalukan sebelum melakukan sesuatu.  Bahwa Manusia rupanya tidak layak menjadi yang lain, selain mengatas namakan Allah  Yang Pemurah dan Yang Pengasih dalam hidupnya.
           Sewaktu kumpul antara Pria dan Wanita, manusia harus beradab, bukan halnya liar seperti  bangsa binatang dan tumbuh tumbuhan, manusia harusnya sangat sadar bahwa sebenarnya nanti bila si bayi lahir, bukan dia yang membuat melainkan dia hanya atas nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih.
 
2.    Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin= Segala puji bagi Allah, Tuhan Pemelihara semesta alam.
Makna:
Waku si Bayi Manusia lahir, semua lega dan mengucap Hamdallah, sang bayi malah menangis. ( orang bilang hidup di dunia in ujian yang sulit)
     3.  Arrakhmaannir rahiim= Maha Pemurah lagi Maha Pengasih
Makna:
Si Bayi yang baru lahir akan dilimpahi kemurahan dan kasih dari Allah seumur hidupnya nanti, misalnya yang berupa  pemurah dan pengasih  kedua orang tua –nya, seluruh puak dan Bangsanya, seluruh Manusia, kemurahan Allah di mana-mana.

4    Maaliki yaumid diin= Yang menguasai hari pembalasan, (hari Akhir, Judgement day, hari Qiyamat).
Makna:
Hai engkau si Bayi, ketahuilah di dunia semua ada akhirnya, ada hari pembalasannya, ada Qiamatnya besar atau kecil

5    Iyyaka na’budu wa iyyaaka’ naasta’iin= Hanya kepada  Engkaulah kami mengabdi dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
    Makna:
    Saat hidup ini  ujian yang terus- menerus, di alam lain kelak yang kami tidak tahu apa - apa melainkan sedikit di situlah mereka yang hidupnya dengan Nama Allah yang yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih bisa mohon pertolongan.        
6    Ihdinash shiraathal mustaqiim=Tunjukkan kami ke jalan yang Lurus (benar)
      Makna:
      Di alam dunia nanti, kami sering merasa tahu, barang siapa yang  sepanjang  hidupnya hanya dilandasi pemurah dan pengasih  dengan ini   mohon petunjuk kejalan yang  lurus/benar, pilihan  dari  kebenaran  yang banyak, hanya Allah yang tahu mana yang sesungguhnya benar. Jadi semua lillahi ta’alla

7    Shiraatha ladziina an’amta ‘alaihim, ghairil maghduubi’ alaihim
Waladh-dhaalliin =(Yaitu) jalan orang orang yang Engkau beri ni’mat, bukan (jalan) orang orang yang dimurkai atas mereka dan (jalan)  orang orang yang sesat.
 Makna:
Kami mohon petunjuk ke jalan yang lurus/benar, yang seperti apa ? kami juga serahkan kepadaMu karena sebenarnya kami berusaha hidup menurut fithrah kami, kami barusaha menjadi pemurah  dan pengasih dengan sunguh sungguh, bukan menempuh jalan yang sesat dan kami menjaga diri supaya tidak menempuh jalan yang Engkau murkai.

Sholat dalam Islam dihitung dua raka’at (rata-rata kelipatan 2 rakaat) (seperti sholat Dzuhur , Ashar dan Isya’)  ditambah satu  atau tidak ditambah(sholat Maghrib ada tiga rakaat, sholat Subuh ada dua rakaat.) Pada setiap rakaat harus dibaca Al Faatihah, bila tidak dibaca Al-Faatihah artinya batal, begitu pentingnya Al Fatihah bagi hidup manusia beriman.
Dari Makna Al-Faatihah pada setiap rakaat,seperti di atas, dipandang dalam kurun perjalanan hidup manusia:

1     Bismi illaahir rakhmaanir rahiim=sama dengan di atas.
Makna;
     Kalau hidup manusia sudah dilandasi sebisa mungkin dngan sifat pemurah lagi pengasih, manusia kembali ke fithrahnya, itu yang   selalu kami upayakan dengan pertolonganmu.
2   Alhamdu lillaahi  robbil alamiin= sama dengan diatas
     Makna;
     Dalam sakaratul maut  orang pada bingung dan takut, manusia  yang  sesuai dengan fithrahnya, sepanjang hidupnya dilandasi  watak  pemurah dan pengasih, dalam ujian ini, itulah yang  dikehendaki Allah
3   Arrakhmaannir rakhim= sama dengan diatas
         Makna:
     Allah Maha Pemurah dan Maha Pengasih dimana saja, sebab di Alam yang kami tuju semua akan ditinggalkan, apa yangdibawa, amal yang baik, mengajarkan ilmu yang berguna, dan do’a anak yang sholeh – yang lain terserah kepadaMu.
4    Maaliki yaumid din=sama dengan diatas
Makna:
Perubahan di alam fana  ini Allah yang menguasai, dan semua pembalasannya.  Di surah yang lain dalam Al-Qur’an, dikatakan orang bisa mohon maaf dan bertobat apababila bersalah kepada Allah, mohon maaf kepada Allah dan bertobat. Apabila bersalah kepada manusia ya mohon maaf kepada manusia tentu saja tidak diulang.
    5     Iyyaka na’budu wa iyyaka’ naa’staiin= sama dengan diatas
Makna:
Hanya kepada Engkau lah kami mengabdi, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan ( Tentulah lebih khusuk sekali karena di sana (alam kubur) tiada siapa-siapa yang bisa diminta pertolongan kecuali Allah).  Saya anjurkan untuk meyakinkan diri, bahwa hidup ini hanya dilandasi sifat pemurah dan pengasih, sungguh agar selamat di alam akhirat)
    6    Ihdiinash shiraathal mustaqiim=sama dengan di atas
         Makna:
  Pada saat itu kami mohon dituntun kejalan yan lurus/benar, kami   belum tahu apa apa disana (akhirat), dan kapanpun pasti kesana.
    7   Shiraathal ladziina an’ amta alaihim, ghairil maghduubi ‘alaihim,Waladh –dhaalliin= sama dengan yang diatas.
    Makna:
    Kami hanya mampu mengatakan jalan yang lurus itu ya jalannya  yang telah Engkau berikan kepada yang Engkau kehendaki, kami sudah berusah tidak sesat dengan pertolonganMu, kami juga  
   sudah   berusaha tidak berwatak buruk dengan pertolonganMu, sehingga tidak Engkau murkai. 
  Semua menjawab: Amiiin !
Jadi satuan sholat yang  kelipatan dua rakaat, itu harus dengan surah Umul Qur’an,  Penghulu Ayat -Ayat Qur’an- Al Faatihah, mengingatkan ketika hidup,  manusia tentang kejadianya dan ketika dipanggil kembali oleh Allah. Al-Qur'an adalah tuntunan manusia waktu manusia dilahirkan untuk hidup, dan waktu sakaratul maut dan mati, semoga berguna(*).   

Sabtu, 06 Agustus 2011

PENDIDIKAN MENURUT PENGAMATAN SAYA

 Ada dua faktor yang harus ada, yang dididik dan yang mendidik, yang dididik adalah  junior dan yang mendidik adalah senior.
Kenapa ?
Yang jelas junior harus tahu tentang “bahaya” dan “mencari makan”. 
Manusia termasuk berkecenderungan menyampaikan keahliannya tentang organisasi masyarakatnya sekaligus menyampaikan keahlian menurut bakat individu masing - masing ke juniornya. Yang jelas pendidikan junior sebenarnya adalah dalam rangka mempertahankan species. 
Dari satu generasi ke generasi yang lain selama ribuan tahun, dari bapak ke anak dari ibu ke gadisnya, dari yang tua dan berpengalaman kepada setiap yunior, begitulah yang terjadi, sampai ada pendapat mengenai bakat dan kecenderungan untuk bertani, yang berdagang, mencari ikan dan sebagainya. Sedangkan apa yang terjadi adalah pemberian estafet dari senior ke juniornya  yang merupakan kesinambungan secara terus-menerus sepanjang zaman, sampai pada suatu saat apa yang dihasilkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, dan tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan, kecuali bila diproduksi secara massal, maka ada pembagian kerja yang rinci, ada pengajaran untuk setiap keahlian yang diberian oleh yang ahli, yaitu pendidikan massal.
Dalam bahasa Jawa ada “kagunan” dan ada “pangawikan” kesemuanya artinya ilmu, tapi yang pertama berarti ilmu terapan dan yang kedua berarti ilmu yang dari alam yang dimengerti kepastiannya oleh manusia, sebab orang Jawa sudah mengerti sebab dan akibat (karmapala)  sudah mengerti dua hal yang  berlawanan dan tak terpisahkan (im dan yang)  sudah mengerti hubungan antara pertumbuhan dan perkembangan (wis tibha titiwancine), “kebetulan dan keharusan” misalnya bila lalu lintas di kota kota  se -semrawut sekarang yang menderita kecelakaan lalu lintas pasti banyak, itu kepastian,  lah yang celaka itu siapa  itu kebetulan , dan banyak lagi gejala alam yang menjadi hukum semesta. Persolannya sekarang, kenapa pendidikan senior kepada junior itu dituntut dengan beaya yang sangat tinggi ?
Persoalannya bukan di anggaran Pemerintah saja dan tidak sederhana. Bayangkan, guru-guru harus berpenghasilan sama dengan pegawai Bank paling murah seorang Kepala Cabang satu Bank swasta atau Pemerintah.
Betapa tidak, satu Kepala Cabang suatu Bank tentu saja harus jujur tidak ada se-sen pun uang bank yang tidak cocok dengan pembukuan bank dan tidak ada nasabah yang dipilih meleset karena suap, malah sebagian bank memindah kepala cabangnya secara berkala, agar tidak ada kenalan atau saudara yang diberi hutang dengan nilai agunan asal-asalan, atau perusahaannya senin kemis nafasnya karena suatu hal diberi kredit, harus tahu benar prospek ekonomi wilayahnya terutama individu si pemohon hutang baik formal atau informal.
 Satu Guru apalagi seorang Kepala Sekolah, benar-benar  memelihara “the real currency of a nation” yaitu nilai generasi yang akan datang, jasmani dan rokhaninya, kagunan dan pangawikannya – juga posture dan kebiasaan  kerja yang teratur, mengerti beda antara benar dan salah, kreatif patuh pada aturan, artinya berbudi pekerti baik, mempunyai harga diri dan sebagainya. Ibadah pada Agamanya, berbadan sehat, untuk ditempatkan di seluruh Nusantara.    
Lho kalau Bank, cabangnya di seluruh Nusantara termasuk BRI di setiap Kecamatan ndak ada yang merugi bila bukan karena policy Pusatnya. Karena itu menurut saya Pendidikan dan Pelajaran ya sama dengan dengan bank-bank, di setiap kecamatan ada SMU/SMK, malah di setiap Desa ada SD Negeri atau beberapa Desa satu SD. Kuantitanya melebihi Bank Negri dan Swasta jadi satu, yang kalah tentu kualitasnya. Kenapa kualitas Pengelola bank-bank setiap cabang lebih unggul dari pengelola satu sekolahan.  Yang jelas kepala cabang dan staf nya bank-bank Negri maupun Swasta lebih berpembawaan mantab ketimbang Kepala Sekolah atau Guru-Guru ? Apa karena duit yang ada di Banknya kan bukan miliknya ? Apa karena pendidikannya ? Kiranya mereka saling mengungguli secara fisik pegawai Bank laki-laki maupun wanita harus mempunyai “pleasant personality” harus cukup cerdas (indext prestasinya  minimum 3,00 – yang enggak segitu ya jangan jadi Pegawai Bank atau Guru) begitu pula Guru masih ada lebihnya, harus bisa “sabar”, sebab ada rambu -rambunya, malah kalau di Bank tekanan kepada kesabaran minim, yang lebih diperlukan kosentrasi, bila lagi ngitung uang itu saja, jadi tetep setara kan ?
Cuma hasil kerjanya beda, uang yang beredar harus “spread positive” (bunga pinjaman  plus ongkos administasi lebih tinggi dari bunga simpanan plus administrasi ) jadi kekayaan Bank, di Pendidikan hasilnya langsung beredar  di ketertiban masyarakat, kemajuan teknologi, seni dan budaya - tidak bakal dirasakan, di dayaguna masyakat- yang menjalani tidak merasa, bangsa lain sangat merasakan, itu saja bedanya.
Ini saja belum cukup untuk membahas kenapa  ongkos pendidikan yang resmi atau tidak resmi meroket.
Menurut sejarahnya, kita -warga-yang berumur lebih dari 60 tahun mengalami bahwa ada SGB (Sekolah Guru B) menerima murid dari SD/SR pendidikan selama 4 tahun sekolahnya di asrama dengan fasilitas komplit diberi ikatan dinas, ada SGA (Sekolah guru A) dengan fasilitas yang sama, kemudian ada SGPD, STM dan SPMA (Sekolah Guru  Pendidikan Jasmani, Sekolah Tekhnik Menengah, Sekolah Pertanian Menengah Atas) menerima murid dari SMP, juga diberikan ikatan dinas  masih ditambah dengan Pengerahan Mahasiswa untuk mengajar di SMA yang seharusnya dari B 1, dan Sarjana Pendidikan Guru ( Fakultas Pedagogi ).
Kemudian entah oleh Menteri dari Pemerintahan  Orde Lama atau Orde Baru, SGB dihapus, SGA diganti dengan SPG dan bersekolah membayar makin mahal, uang gedung, uang duduk,  uang buku pelajaran yang setiap tahun diganti baru,  uang training angklung, uang pembayar alat drum band, uang tabungan yang dipecah dengan gurunya setiap tahun dll, tidak mungkin makin sedikit.
Karena tahap pertama mulai tahun lima puluhan ikatan dinas diberikan kepada SGB, SGA dan SGPD, maka sekolah ini menjadi favorit dari golongan  ber- income rendah – terutama anak anak buruh tani dan Petani kecil di Pedesaan, di mana budipekerti sudah berganti lambat laun jadi  “the might is right” yang kuat (di pedesaan) adalah yang benar,  dari zaman penjajahan sampai sekarang. Bisa dibayangkan bila falsafah ini merasuki bidang pendidikan.(Silahkan baca di blog ini dengan judul “Problem social di pedesaan P. Jawa”).
Dulu pada zaman Hindia Belanda guru-guru dicetak oleh Pemerintah dari anak-anak mereka yang berpenghasilan tetap dan cukup atau petani yang tanahnya luas. Seperti juga semua sekolah dasar Pemerintah, ya mahal, lain dengan Sekolah Swasta Taman Siswa misalnya, bayarnya ya seadanya. Kecuali Sekolah “Ongko Loro” (angka dua-jawa) yang didirikan Pemerintah Penjajahan untuk rakyat pedesaan, lama pendidikan dua tahun, mungkin untuk mencetak para Mandor, yang harus bisa sekedar baca tulis huruf latin dan berhitung sederhana, tentu saja Sekolah 'Ongko Loro 'didirikan dekat pabrik gula, perkebunan kopi dan karet bukan di desa yang jauh dari usaha perkebunan. Lulusan Sekolah 'Ongko Loro' bisa jadi Mandor ! Luar biasa, makanya sekolah adalah obsesi orang di pedesaan.   
Kira kira lima belas tahun sesudah penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia  th 1950 hingga 1965 Republik ini mempunyai Guru- Guru yang baik, dan tidak bayar.
Dari Sekolah Rakyat - 6 tahun, SMP- 3 tahun dan SMA- 3 tahun dididik oleh guru-guru yang non cooperative dengan Belanda selama Perang Kemerdekaan, yang ber-cooperative dengan pendudukan Belanda  ditaruh di Kantor PDK naik pangkat sulit.  Beliau-beliau ini meskipun mendapat pendidikan Belanda, tapi khusus pendidikan guru waktu itu sangat memperhatikan kualitas manusia sebab Belanda juga lebih tidak senang kalau  pendidikan guru-guru Pribumi maupun Belanda totok, menghasilkan lulusan-lulusan yang berbudipekerti  dan harga diri yang rendah, atau malah korupsi waktu di- recruit jadi pegawai apa saja di era Hindia Belanda. Guru-guru hasil pendidikan Republik yang diajar oleh guru -guru berpendidikan zaman penjajahan yang non-cooperator sebagian besar tewas dibantai pada tragedi 1965, sisanya, hidup diatur oleh menteri yang Orde Baru merencanakan pendidikan untuk  jadi “karyawan” industri  hilir (mencetak dan membungkus – setengah buta hurufpun bisa ) dan harus “meneng, manut, mangan,”( makanya SMA diubah menjadi SMU biar tidak “kemoncolen” atau mentang-mentang, sebab ini terjemahan langsung dari Bahasa Belanda  HBS : Hoogere Burgere School – Pendidikan Tinggi untuk para Burgers - Warga yang terhormat – yang lain dari AMS (Algebruid Midelbaare School) – untuk kaum Pribumi  dan Indo,  yang lebih murah, terjangkau oleh Pribumi,  terjemahannya SMU, (rupanya untuk kedudukan para Penyelia), istilah “buruh” dihapus, diganti dengan karyawan supaya si Lulusan SMU tidak kikuk jadi buruh srabutan.
Kepala Sekolah zaman Orde Baru lebih banyak bergiat di Kantor Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten, di luar sekolah untuk memenangkan Golkar. Kata kuncinya oleh penguasa siapa saja di jaman apa saja adalah :“biarkan yang mencari kekayaan dengan korupsi, nanti toh kamu dapat giliran dan kaya”, akibatnya banyak gedung sekolah yang roboh dalam waktu yang singkat, iuran murid makin merajalela.
Kata kuncinya oleh penguasa siapa saja di jaman apa saja (bisa parpol apa saja): Sekarang biar saya mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, besok kan kamu dapat giliran,  adaptasi dari pandangan hidup yang  “the might is right” - Jawaban parpol lain : "sementara kau jadi pimpinan saya, apapun benar, besok toh giliran saya" - Oalah dasar. ! (*)














Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More