Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Senin, 27 Agustus 2012

BUDIDAYA BUAH ANGGUR DI SEKITAR SINGARAJA


Sebenarnya banyak lokasi yang pernah jadi pusat penanaman Anggur  (Vitis vinifera ) di tanah air kita ini, bukan sekedar menanam tapi menghasilkan  buah meja yang bermutu juga. Cuma bedanya satu daerah lebih lama bertahan dari daerah lain.
Satu daerah kurang bertahan  membudidayakan buah ini karena dari semula ada bagian dari daya adaptasi   budidaya Anggur yang diabaikan, mungkin juga teknik budidaya masih belum komplit, sehingga peng-abaian ini merupakan satu cacat yang serupa satu titik yang posisinya di ujung kerucut, makin menjauh dari ujung kerucut makin menjadi problem  besar, sehingga pada satu saat merupakan kesulitan yang tidak teratasi. Atau menjadi tanaman yang kurang bersaing dengan budidaya  buah yang lain.

Familia Vitis berasal dari wilayah beriklim sedang di sebelah utara khatulistiwa, yang harus mempunyai iklim berbeda, tegas saat basah dan saat kering. Saat basah Familia Vitis segera berbunga dari kuncupnya menggunakan air hujan atau salju yang mencair, saat buahnya masak diharapkan kering.
Jadi di tempat Familia Vitis ini  berasal dari wilayah yang hanya berbuah sekali dalam setahun. Sehabis dipanen, umumnya musim berubah jadi kering dan dingin, tidak cocok untuk pertumbuhan vegetatip.
Musim dingin yang basah, atau musim basah yang melampaui saat buahnya masak 115 – 130 hari setelah per-sarian, akan merusak buah dan merusak rasa dan aroma buah anggur. Familia Vitis mempunyai lebih kurang 50 species, dari wilayah yang ada diseputar belahan Utara khatulistiwa, Wilayah Asia Tengah, Seputar pantai Laut Tengah dan anak benua India dan Amerika Utara.

Di India, Negara Timur Tengah anggur ditanam untuk buah meja dan dikeringkan sebagai kismis, kira-kira  dari 10 % sisanya untuk diperas jadi minunan beralkohol, di banyak Negara Europa, Afrika  Selatan, Amerika Serikat dan Australia, sebaliknya lebih dari 80 % panen buah anggur diperas diramu bermacam macam varietas untuk aroma minuman anggur (wine), bahkan dari ini masih disuling lagi menjadi minuman beralkohol kandungan alkoholnya lebih dari 30% yang namanya cognac (baca konyak).

Anggur (Vitis vinifera L) dibudidayakan oleh manusia di negeri negeri asalnya sudah lebih dari 2500 tahun. Di bagian sub tropica dari Benua Asia yang iklimnya mendukung, akan tetapi dalam upaya introduksi macam- macam tanaman sub tropis, anggur bisa ditanam di daerah tropic mana saja, bisa bertahan lama asal mempunyai pola iklim yang tegas berbeda antara musim basah dan musim kering, ternyata pola iklim semacam ini orang malah belum mencoba, misalnya di Pulau Sabu NTT, dimana penduduk sana sampai minum air tetesan akar pisang saba  yang dipotong pada musin kering  panjang, bukan karena apa, hanya Tanah Air seluas ini memang perlu dana penelitian pertanian yang kolosal, justru mencarikan introduksi tanaman budidaya dari mana saja, tanaman budidaya dari daerah yang iklimnya extrem, untuk pulau-pulau kita dari wilayah kering extreme dekat Australia.

Sebagai ilustrasi, viticulture di India tropic bagian selatan di Bengalore sangat berhasil dengan menyesuaikan waktu  dan jumlah pemangkasan saja, pola iklim di sana hampir sama dengan di sementara wilayah Indonesia yang musim keringnya panjang.
Bila disesuaikan dengan di sekitar Singaraja-Bali, maka mesti  dipanen, misalnya kualitas buah terbaik pada bulan September, dedaunan dibiarkan ada, dilindungi dengan pestisida  hanya sebulan setengah sesudah panen, baru dipangkas berat, inilah yang dinamakan “foundation pruning atau back prunning”  tanaman dipangkas ditinggalkan hanya satu tunas pengganti, setelah  panen daun-daunnya dibiarkan dan dipelihara untuk memulihkan vigor tanaman, bila cabang baru ada bunganya di potes semua, sampai satu setengah bulan.

Tunas-tunas yang keluar dari satu satunya tunas pengganti ditinggalkan empat sampai enam pada pangkasan bulan Mei, sampai buahnya masak bulan September. Inilah yang ditunggu panennya, bulan September, dengan sistem ini  di sana panen buah sampai 30 000 sampai 40 000 pon (Lbs) itu biasa. Memang di India Selatan (Heyderabad, Bengalore) ada 4 bulan kering sekali tapi untuk kebun anggur diberi pengairan cukup.  Pemupukan dengan pupuk kandang dan pupuk buatan ukuran sini sudah  pupuk berat- (sumber Google, “Indian Council of Agriculture New Delhi India” oleh  R K Bammi dan. G S Randhawa),  keduanya bergelar Doktor.

Di India total area anggur buah ada 199 000 acre, hanya 1,1 % dari kebun anggur Dunia, sedang Anggur yang tahan  cendawan (anthracknose dan downy mildew) di India adalah cultivar dari V.labrusca yaitu “Bengalore blue”, konon di India tidak ada hama Pheloksera, jadi Anggur cukup di stek. Terbiasa dinilai panennya diatas akarnya sendiri.

Anggur pertama kali di-introduksi secara luas di Indonesia, di sekitar Pusat Percontohan dan Penelitian anggur  di daerah Probolinggo, yang merupakan lahan  penelitian anggur dari Penelititan Hortikultura di Malang, kemudian, meluas pindah ke daerah Situbondo, dan Batu/Malang, rupanya tidak ada perkembangan yang memberi harapan di wilayah itu.

Tiba tiba saja, sepuluhan tahun yang lalu berkembang di sekitar Singaraja wilayah pantai Utara Pulau Bali, rupanya cultivar “Probolinggo Biru” sebagai pengganti tanaman Jeruk cultivar “Siem” yang punah kena serangan virus CVPD  (citrus virus phloem defficientcy)  sindrom, paling kurang di lima Kecamatan punah.

Pekebun jeruk yang telah kehilangan jeruknya ini, terkesima oleh kecepatan tumbuh tanaman Anggur, dalam tempo delapan bulan sudah mampu merambat sampai di kawat yang direntang setinggi 2 meter dan siap bercabang yang mengandung tandan tandan buah. Seratus duapuluh hari kemudian buah ini siap dipanen karena sudah masak.

Bila stek anggur ini ditanam bulan Oktober- November permulaan musin hujan, delapan bulan kemudian, maka tepat pada bulan Mei – Juni tanaman baru ini siap berbuah, dan masak empat bulan kemudian berarti bulan Agustus September puncaknya musim kering, buah anggur ini masak, dan rasanya enak, manis, renyah,  berair,  kurang unsur seratnya.

Sesudah dipanen, bulan September - Oktober, mulai problem, bila daun daunnya yang masih berfungsi kejatuhan hujan bulan oktober November, maka harus dilindungi dari segala penyakit cendawan, karena memang rentan terhadap segala penyakit cendawan.

Lha, petaninya berfikir, buahnya sudah habis, dari pohon yang masih berdaun ini tdak akan berbuah lagi bila tidak digundulli daunnya dan dipangkas untuk mendapatkan cabang baru, atau daun-daun itu selama kehujanan di musim hujan harus tetep berkala dilindungi, sebab bila tidak, dia mesti kena serangan cendawan dan sangat melemahkan pohon  Anggur sendiri.

 Akhirnya pangkasan dan rompesan (penggundulan daun) pada bulan Mei Juni gagal karena pohonnya sudah lemah, sebaliknya bila dilindungi dengan fungisida dan insectisida, tidak ada buahnya. Maka diputuskan segera sesudah panen bulan September Oktober – terus dipangkas dan dirompes, jadi bulan  Okteber - November keluar cabang baru yang mengandung tandan bunga, andaikata harus dilindungi dengan fungisida dan insectisida selama musim hujan November- Desember- Januari - Pebruari -Maret -April, masih ada harapan panen Anggur lagi, untuk ongkos perlindungan tanaman.

Satu hal yang dikorbankan adalah kualitas buah jadi asam dan texture nya mirip jelly, kadang buah ini harganya jatuh sampai ndak laku. Juga waktu tengah musim hujan ada banyak buah favaforit lain seperti Mangga, Rambutan, Durian masih banyak. Bila sekitar Singaraja budidaya anggur masih kurang cocok karena kurang panjang masa keringnya, ya coba dibudidayakan di Pulau Sabu misalnya, karena di NTT musin keringnya lebih panjang dan lebih menggigit. Bahkan konon untuk minum saja di puncak musin kering, penduduk menampung air yang menetes dari akar pohon Pisang Saba yang dipotong, sore ditampung dengan gelas pagi sudah tertampung air hampir satu gelas.

Ya itu salah satu gunanya penelitian untuk tanaman yang di-introduksi, antara lain untuk memberi sumber baru ekonomi rakyat yang menderita karena wilayahnya extreme, budidaya biasa tidak banyak hasilnya. Misalnya introduksi tanaman dan teknologi dari India dan diteliti pengetrapannya hingga detail.

Sayangnya yang mendiami wilayah itu adalah miskin oleh alam, makanya perlu masyarakat untuk membantu Pemerintah. Untuk seluruh Negeri yang banyak wilayah extreme iklimnya, dan memerlukan biaya yang kolosal, termasuk pembuatan waduk-waduk untuk pengairan. untuk mengembangkannya, rupanya Pemerintah Pusat dan Daerah sama-sama menunggu investor, sebangsa Nyonya Hartati Murdaya Poo yang bila wilayah itu masih mengandung bahan tambang gampang ngusir penduduknya, jadi, memudahkan open pit mining,  yang bekas galiannya dijadikan waduk, tanah  kebunnya dikuasai Hak Guna Usaha untuk satu Pulau,  masak kalah sama Bupati Buol ? (*)

(Oleh : Ir. Subagyo, M.Sc, alumnus Magister Agriculture Universiteit Drushba Norodov- Universitas Patricia Lumumba-Moskow, Russia, angkatan tahun 1959)


































































0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More