Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Kamis, 12 Februari 2015

DO'A SAYA KEPADA BANGSAKU UNTUK MENGHADAPI ZAMAN TERTELAN PRAHARA INDIVIDUALISME

DO'A AKU KEPADA BANGSAKU UNTUK MENGHADAPI ZAMAN MASAYARAKAT TERTELAN PRAHARA INDIVIDUALISME. Apakah jahatnya individualisme ? Tidak ada, malah baik untuk merangsang pertumbuhan pendapatan dari kemajuan yang melecut semua orang untuk mendapatkan hasil yang sebesar besarnya. Begitulah para pakar Ilmu Ekonomi Kapitalis berkhotbah, bukan hanya berkhobah tapi juga dengan gagahnya memberikan dengan sangat royal landasan yang sangat menarik untuk hidup secara indiviualis dengan kata lain egoist, mobil pribadi, rumah pribadi, kapal pesiar pribadi, pantai pribadi bahkan pulau pribadi. Usahalah nikmatilah, tidak terkecuali Bank bank menawarkan dengan rekening gendut tidak bisa orang lain tahu segendut apa. Apa situasi semacam ini belum pernah terjadi ? Sudah selamanya terjadi, karena individualisme adalah sebagian dari hidup manusia yang sudah jutaan tahun bepasangan dengan hidup berkelompok menyatukan tenaga dan pikiran. Saya hindari kata sosialisme sebab ini taboo di dalam kebudayaan Amerika Serikat Tuan kita semua. Kena apa sebagian dari hidup ? Sebab kenyataannya sisi lain dari individualisme adalah hidup berkelompok, melawan binatang yang kuat sebagai predator predator, bersama sama satu puak dengan alat, dengan akal terencana dan pembagian kerja yang rinci, dan ditepati oleh seluruh kelompok, berarti upaya ini sudah mengandung kecerdasan yang lebih tinggi dari para pemembuat alat, melaksanan tugas sebagai individu dengan memperhitungkan dengan kepercayaan membagi tugas kepada individu yang lain. Dari zaman jutaan tahun yang lalu hingga sekarang. Kepercayaan kepada individu lain adalah bentuk kecerdasan yang baru, merupakan kesadaran baru. ( Kemudian kesadaran terbaru percaya kepada yang Maha Kuasa-Allah,jadi yang ini sangatlah sulitnya ) Contonya himbauan seorang Kepala Daerah temtang menanggulangi banjir, dimana mana di negeri kita yang tercinta ini: Bandjir bukan semata mata harus diatasi oleh Pemerintah, tapi juga tanggung jawab setiap individu anggauta masyarakat luas yang terimbas atau tidak, sederhananya “Jangan sekali kali membuang sampah disungai” Sudah bosan dari sederhananya pesan ini, tapi ini menunjukkan fungsi individual harus disertai dengan fungsi bermasyarakat artinya semua orang berperilaku tidak membuang sampah di sungai. Ini satu macam upaya. Upaya lain mestinya organisasi masyarakat yang resmi membuat tanggul spanjang sungai ini. Upaya membuat tanggul sepanjang sungai adalah upaya besar, perlu mengunpulkan dari dana pajak Negara lewat administrasi Negara. Lha upaya ini dipenuhi dengan lubang lubang individualisme dari setiap pelakunya, mengambil untuk keperluannya sendiri- “sekarang terkenal dengan prilaku koruptsi”. Tentu saja perilaku korupsi ini ditangkal dngan peraturan peraturan hukum dan undang undang. begitu hebatnya peraturan dengan dengan undang undang ini sehingga sangat menghambat pembeayaan segera. Uang sudah ada, artinya anggaran sudah ada, tapi pemilik tanah dibantaran sungai minta tambah ganti rugi karena selama pengadaan anggaran harga harga sudah naik. Ini alasan apa ? Mestinya tanah dan apa yang diatasnya dan dikandungnya sebanyak mungkin digunakan untuk kepentingan umum,(UUPA no5 tahun 60) jadi tanah bantaran sungai bukan pisang goreng, setiap hari bisa berubah. Ini tugas untuk tunduk pada Ungang Undang untuk menentukan ganti rugi, karena bantaran sungai alami brfungsi sosial Negara yang menentukan. Lain dengan pelebaran jalan, pembagunan jalan tol, yang tidak menyangkut mestapa orang banyak dan hak atasnya bagi individu lebih kuat dari bantaran sungai yang lebih banyak haknya Negara, yang pasti segera harus ditangani, jadi pembicara di TV harus menyadari hal ini dan rakyat semua harus menyadari hal ini dengan segera. Ndak usah takut menyatakan tugas sosial dari warga, ndak usah takut mengelurakan beaya extra untuk harga ganti rugi, karena tanah mempunyai fungsi ekonomi perdagangan secara dominan, bukan saja Berapakah hasil panen yang diharapkan dari beberapa ratus meter mersegi tanah bantaran sungai ?. Apakah perilaku koruptive dalam jual beli ini tidak ada, misalnya “mark up” ? . Ini perlu komisi, panitya dll yang makan waktu, kapan membangunnya tanggul itu ?. Lha bila rakyat bodo ya percaya "kesulitan" menentukan harga itu. E, e, malah petugas Negara pegumpul pajak bersekongkol dengan pemilik rumah usaha meringankan pajak untuk sebagian besar ditilep oleh si Pegawai Negeri Pengumpul pajak, ini se complex perumahannya tahu, malah bikin rumah tingkat mentereng, razeki dari Allah. Malahan lagi anaknya perempuan yang janda mencalonkan diri jadi wakil Rakrat di DPR apa ada rasa salah pada otak keluarga tega tersebut tdak ada sama sekali? Sama seperti keluarga Ratu Atut Chosiah, tidak pernah merasa salah, lha ini menyenangkan bagi tetangga kita Negara yang Adhi kuasa. Uang pribadi membawa berkah dan keselamatan dunia, untuk menghibur diri saya sendiri, diakhirat hasil korupsi tidak memberi berkah tapi member laknat*)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More