MISTERIUS DAN SERIUS HARA MACRO TUMBUHAN : KALIUM (K) Setiap petani kita sudah mengerti khasiat setiap unsur hara macro yang dibutuhkan tanaman,[N] untuk menjadikan tanaman nampak subur gemuk, [P] membuat tanaman berbuah lebat, akan tetapi [K] mereka masih mengerti bahwa dia dibutuhkan tanaman dan sudah tercampur dengan pupuk majemuk {NPK}, karena gejala kecukupannya kurang bisa dilihat dengan mata telanjang, yang jelas buah buahan yang dipupuk dengan pupuk KCl buahya akan berasa lebih manis, batangnya lebih kekar. Unsur {K} ini mudah sekali larut dalam air, makanya mudah tercuci dari zona akar tanaman yang dipupuk dengan pupuk {K} Tahukah anda bahwa tanaman tebu ( Sacharum oficinale) di banyak lahan tebu memerlukan pupuk KCl hingga 1 ton /Ha dalam masa vegetasinya ? Hanya untuk sebagian besar terkandung dalam tetesnya (molase} kebagai hasil ikutan yang harganya tidak berarti dibandingkan gulanya. Bagi Pakar Pertanian, mereka hanya mengerti unsur macro (K) ini tidak pernah terikat pada tubuh tumbuh tumbuan dalam jaringannya, tapi K+ ikut dalam semua reaksi kimiawi sintesa asimilasi dan disimilasi yang terjadi dalam tumbuhan itu, antara lain dalam pembentukan karbohydrate, baik tepung ( amylum) maupun gula ( sacharosa, fructosa maupun glucosa dan senyawa yang lain) Si Pakar ya hanya mengerti sampai disini, sebab semua lingkaran reaksi kimiawi dalam tanaman itu secara rinci sudah dilacak oleh ahli biokimia sangat panjang dan rumit, mengikut sertakan ion bebas K+ ini. Jadi ngapain Pakar Pertanian hafal reaksi reaksi dalam sel hidup ini ? Yang penting kejadian adanya ion K+ dalam cairan tumbuhan pasti menaikkan tekanan osmose dari cairan sel. Efek dari sifat ini kasat mata dan pantas dimengerti. Bayangkan kita punya tanaman padi, dan tanaman ini sebangsa rerumputan. Contoh bangsa rerumputan yang paling besar ya bambu. ( Bambusae spp) Lha ini bidang perhatian kita. Bila pohon bambu ini masih kecil namanya rebung, merupakan tunas vegetatip seanjang 0,5 meter rebung sudah komplit jumlah ruasnya seperti bambu dewasa yang tingginya sampai 20 meter hanya ruasnya sangat pendek pendek, waktu tumbuh, setiap ruas ini memanjang dengan cepat. Oleh apa ? melulu dari perpanjangan setiap sel muda dalam ruas ruasnya, dengan sangat cepat. Ini sudah jadi sifat sumput sumputan ( Graminae), padi juga gitu. Dengan pengetahuan kasat mata semacam ini dan sedikit manandai sifat alami tumbuh tumbuhan dapat ditarik kesimpulan, bahwa bila padi yang sedang bunting, sebenarnya semua organ organ diatas tanah sudah komplit semua hanya masih dalam bungkus pelepah daunya, dalan taraf pertumhuhan pasca primordial. Bila waktunya tiba padi ini segera setiap ruasnya memanjang dan malainya keluar mekar untuk persarian bunga bunganya, dan pembentukan buah ( gabah), demi keselamatan gabah gabah yang terbentuk dari serangan hama, dihabiskan hama dan burung burung si padi beranak satu-satu sehingga waktu pembuahannnya berurutan, dan waktu masaknya gabah juga berurutan (maksudnya si padi, mestinya biar yang diambil dahulu yang sudah bernas yang belakngan masih bakal ada dan utuh, untuk melanjutkan keturunan). Ini bisa dimengerti para Pakar Pertanian lapangan, dulu waktu padi dipanen semalai demi semalai dengan ani ani atau ketam, malai yang masih muda akan dipetik pada panen beberapa hari kemudiam,sampai masak dulu, no problem tidak hilang. Sekarang tdak ada ketam/ ani ani, tapi diubah dengan memotong seluruh jeraminya, untuk mengurangi kerontokan, sabit dibengkok semacam arit dan bergerigi supaya bisa memotong jerami tanpa mengayunkannya yang akan merontokan gabah, beberapa genggam jerami dibungkus dengan lembaran karung anyaman prastik. (PP woven fabric), sejauh ini semua baik baik saja, hasil meningkat, rontok sampai 10% bsa dikurangi. Pakar Pertanian Lapangan menandai tidak semudah itu meningkatkan hasil gabah, ternyata waktu malai padi keluar dari pelepah daun masih ada 6-12 dari lebih limabelas sampai duapuluh anakan padi masaknyua tertinggal dan gabah yang tertinggal terbungkus dalam pelepah, juga masih ada Akibatnya masih tetap hijau dan berair waktu gabah semalai pada masak dan gabah yang masih hijau dari anakan beberapa yang termuda ikut terbabat, padahal malai dari anakan semacam ini dari 12 – 20 malai, yang 3-5 malai termuda masih hijau, berisi 150 -200 gabah dan dari semua malai yang sudah tuapun ada 6 – 12 gabah tidak masak alias hijau, karena masih terbungkus dalam kelopak daun hancur waktu dirontokkan dan dikupas dari kulitnya. Apa akal ? Yang harus memutar otak ya kita sendiri, sebab kejadian itu di sawah kita, di Indonesia. Bila diperhatikan padi varietas yang kita tanam ada yang dari kultivar yang tidak bisa mengeluarkan sepenuhnya malai anakan hingga tuntas, ada sisa yang masih dalam seludang kelopak daun, dan jarak waktu pembuahan anakan agak panjang waktunya Cara berpikir semacam ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak berlatar belakang Ilmu Pertanian, yang sekarang rupanya makin susut tidak tergantikan, karena generasi muda sudah tidak berminat menggeluti dunia pertanian di lapangan, sayang. Anakan akan nengeluarkan malai terlalu jauh jarak waktunya dari pokok padi yang tertua dari satu rumpun. Pakar Pengamat Lapangan mendapatkan bahwa sebagaimana bambu, setelah padi bunting, berarti semua organ sampai ke daun bendera sudah ada dalam bentuk post primordial tinggal memanjangkan sel selnya. Disinilah perlu ion (K+ ) untuk mempertinggi tekanan osmose cairan sel dan merangsang fotosintesa daun daun yang sudah tua, mengisi sel sel dengan gula/ tepung. Makanya dicoba pada saat bunting mayoritas anakan dalam satu rumpun disemprot dengan larutan KCl setengah sampai satu persen larutan KCl , 1 Ha hanya membutuhkan 150 -200 liter saja, untuk menyemprot bagian yang masih hijau, paling tidak daun benderanya, Reaksinya cukup baik, padi bisa berbunga lebih bersamaan daalam rumpun dan lahan dengan hari tanam yang sama, dalam satu petak tanam. Akibatnya pada saat dibabat bersamaan. Semua gabah sudah keluar dari seludang tangkai daun dan bisa jadi gabah kering hampir bersamaan dengan waktu dibabat. Bayangkan saja berapa tambahan panen gabah dari akal ini. Hal ini bisa diakali oleh Pakar Lapangan Pertanian dan disuluhkan kepada petani dengan pemikiran sederhana. Belum terhitung tambahan bobot gabah karena lebih bernas. Tambahan gabah yang dikupas jadi beras dari 1 Ha sawah: 10000 m2 x 25 rumpun /m2 x 12 anakan x 10 gabah = 30 000 000 gabah sehat bila 26 gram/1000 gabah. Ada tamabahan 26 x30 kg gabah 780 kg gabah atau 290 kg beras, lebih bisa menambah mulut yang diberi makan. Tanpa memperhitungkan bahwa ada kultivar yang kadang ada 3 – 5 malai paling buncit yang berisi hanya 150-200 gabah masih terlalu muda untuk ikut terbabat. Dengan menambah ongkos penyempotan larutan KCl 80 000 rupiah per ha, paling sedikit ada tambahan panen jadi beras sama dengan sepertiga atau seperempat dari ongkos. *) .
0 comments:
Posting Komentar