Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Minggu, 08 Februari 2015

ESSAY SEJARAH NUSANTARA, MASYARKAT BERKEMBNG MENURUT CARA BARU PENANAMAN PADI DAN PENCETAKAN SAWAH

ESSAY SEJARAH NUSANTARA Daerah kepulauan di sabuk tropika ini memang sejak zaman pra sejarah jadi tempat perlindungan dan tempat hidup baru puak puak dari benua Asia yang terdesak dan juga menjadi asal dari Pythcanthropus erectus sejak semula. Mulai dari zaman pra sejarah hingga sejarah zaman pertengahan telah terjadi perubahan yang drastic dari masyarakat, mengikuti perubahan cara bercocok tanam padi ( Oryza sativa) yang rata rata menjadi makanan pokok penduduknya, terutama di pulau Sumatra, pulau Jawa dan pulua Sulawesi selatan dan Sulawesi Utara. Kebiasaan makan nasi rupanya dibawa dari asal mereka yang datang dari tempat lain dengan berbagai alasan dari zaman ke zaman prasejarah hingga jaman pertengahan, Selain padi penduduk asli sudah menggunakan sagu, taro dan yams, sukun, tanaman asli dan dibawa dari kepulauan Pasific taro dan yams disini namanya talas dan bentul. Tanaman padi memang diduga dapat ditemukan bentuk liarnya di Nusantara, tapi nyatanya ada dua verietas yang ditemukan sejaman dengan waktu artefak prasejarah, ditanam hinga sekarang adalah gabah yang panjang dari jenis Oryza sativa cv. Indica , dan Oriza sativa cv. japonica yang gabahnya agak oval. Ternakpun demikian ada kerbau jenis dari India Bubalus arnee lebih besar dan lebih hitam, ada jenis Bubalus mindoroensis yang local lebih kecil. Sapi dari India ”Zebu” besar dan berponok dan beda dengan sapi local yang dijinakkan jadi sapi Bali , dari jenis liar setempat Bos banteng lebih kecil, mempunyai tonjolah serupa ponok, merata dari tulang belakang mulai gumba sampai beberapa ruas tulang belakang kearah ekor. Binatang piaraan yang menandai pendatang yang membawanya dari zaman pra sejarah ( 2000 – 1500 tahun sebelum Masehi) adalah ayam dan babi, mungkin kucing dan anjing. Ayam local serupa ayam katai, kakinya pendek, kecil, kita punya babi hutan local paling sedikitnya ada empat species alami, babi hutan dari hutan darat jenis yang terbesar ( celeng wijung- Bahasa Jawa), dari rawa rawa berkaki panjang berambut kemerahan, ada species yang mukanya berbenjol benjol ( celeng katak- Jawa) dan celeng goteng ( bahasa Jawa) kecil kecil. Apa yang dibawa pendatang dari China berbadan panjang dengan tulang belakang melengkung seperti sadel, kepalanya berat dan telinganya besar, mirip babi Bali. Jadi persis, piaraan ini dibawa suku suku ke Nusantara yang keturunan dari China dan Campa, dan Asia daratan di tenggara-lah yang membawa ayam dan babi dari sana, dengan tanda tanda yang cocok seperti di Minahasa, Batak, Bali Kalimantan, yang sekarang penduduk aslinya kulitnya berwarna cerah. Bahkan padi yang mereka tanam juga varietas japonica. Sedangkan dimana ada kerbau besar species dari India datang belakangan dengan perahu yang lebih besar dan datang secara massive, seperti yang datang dari Benggala, mereka datang dengan perahu bercadik dengan balatentara dan petani beserta ternak tariknya, Bubalus arnee kerbau lebih besar berwarna lebih hitam dan Bos indica sapi besar berponok, dan ayam jenis Galus bangkiva dari Asia tenggara. Mereka yang datang secara massive ini adalah suku suku yang berkulit sawo matang agak gelap, dan bertanam padi jenis dari India. Kedatangan pendatang dari teluk Benggala ini terjadi pada 500 tahun Masehi, dengan keperluan mendirikan kerajaan sebagai outpost dari kerajaan di Benggala di muara sungai Musi, untuk menguasai jalan pelayaran lewat selat Sunda dan dari laut Jawa ke barat. Mereka menggunakan perahu perahu besar karena telah berhasil melengkapi perahu yang besar besar ini dengan layar yang besar, meskipun perahunya masih harus dipasang cadik untuk keseimbangan layar yang cukup berat diatas. Konon armada perpindahan penduduk dari Benggala ini berjumlah hingga 20 ribu orang, tentu saja lengkap dengan alat alat pertanian petani, ternak tarik bajak dan tentara. Sekaligus membuat suatu peradaban baru di Nusantara, menyerap puak puak setempat, untuk membangun hunian dan sawah ditepian sungai Musi dengan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini kemudian berkembang di pulau Jawa dengan wangsa Syailindra di Jawa Tengah di Jawa Barat Kerajaan Panjalu.pertanian padi swah jadi satu sistim masyarakat sawah. Apabila di tepian sungai Musi mereka membuat saluran irigasi mengandalkan pasang surut permukaan air sungai besar yang dipengaruhi pasang surut air laut, maka di Pulau Jawa yang lebih kecil dan Bali, mereka menggunakan lereng lereng gunung berapi dan kaki gunung yang mengalirkan air dari mata air dan menjadi kali kecil di hulu turun ke jurang dibawahnya, maka dengan membendung sungai yang tidak besar ini di ketinggian menjimpangkan air lewat saluran yang dibuat dengan menyertakan orang orang setempat karena pekerjaan cukup besar, dengan aliran air dan hewan tarik, dicetaklah lapik lapik sawah berundag, berpengairan yang sangat subur, bisa panen dua kali setahun dan sangat menarik kaum pribhumi untuk bergabung dengan kelompok pendatang ini dengan cara menanam padi yang baru, menggunakan pengairan dan pembibitan, bibit dipindahkan ke lahan yang bebas gulma untuk beberapa bulan sementara padi masih sangat muda. Jauh lebih nyaman dari menanam padi di huma. Akan tetapi kalangan Ksatrya dan Brahmana cukup hati hati, menjaga keunggulan mereka sebagai “Trahing kusuma rembesing madhu, tedhaking handana warih” Ksatrya dan Brahmana dianggap sebagai keturunan Bunga atau bidadari dari Kahyangan melelehkan madu kebahagiaan dan keturunan bidadari dan dewa pemberi hadiah air pengairan terus mengalir untuk sawahnya. Maka itu mereka dengan senang hati membuat iuran hasil panen meraka kepada kedua kaum diatas, kan mereka menjadi kaum Kaum Waysia dan kaum Sudra, siap membantu bila ada musuh jadi prajurit dan bekerja bergotong royong. Dua wangsa yang diatas itu sangat hati hati khawatir mereka minggat dan membuat sawah sendiri. Mreka sangat memperhatikan perilaku watak Ksatya- Brahmana yang sampai sekarang dikenal dengan watak “priyayi” atau “ noblese oblique”, sesuai dengan derajad yang diberikan oleh masysrakat. Perilaku ini juga mencegah para kasta bawah orang setempat minggat dan membuat negara sendiri mencetak sawah dilereng gunung yang masih tersembunyi. Hanya para Brahmana melarang keras mereka untuk belajar membaca dan menulis huruf Palawa hurufnya kitab suci Wedda. Sebaliknya ajaran Agama samawi yang pertama datang ke Musantara adalah agama Islam, bukan asli dari orang Arab, tapi lewat Parsi, yang kebudayaannya jauh kebih tinggi dari kebudayaan Arab dengan para mubalegh dari Yunan Tiongkok, yang kebudayaannya juga ludah tua sekali ajaran bermasyarakatanya, berbatasan dengan Irak. Mereka menghilir sungai Yang tse, lewat Tiongkok selatan menuju ke Nusantara, ikut berlayar rombongan pedagang. Mereka mbalegh kaum intelek bejumlah hanya sedikit, tapi sangat piawai dalam Ilmu agama Islam dan teknologi orang Parsi dari Mesopotamia yang terkenal dengan “taman tergantung” dan sistim pengairan di rawa rawa di Mesopotamia, antara sungai Euphrat dan sungai Tigris. Mubalegh dari Yunan ini dengan murah mengajari kaum Waysia dan Sudra membaca dan menulis huruf Arab, sehingga orang wangsa Waysia dan Sudra yang hidup dipantai bisa berdagang dengan sangat maju, membuat surat perjanjian, mengirim pesanan barang dan mencatat pembukuan keuangan dengan angka Arab yang sangat praktis untuk neraca lajur hingga tujuh delapan digit di daun lontar. Sesudah jumlah mereka cukup banyak dan modal terkumpul mereka mencetak sawah dirawa rawa dekat hunian di bukit kapur Gresik. Sehingga kuburan islam yang paling tua dari gadis Fatimah binti Maimun bertarikh setara dengan abad ke sebelas Masehi. Pencetakan sawah rawa ini belum pernah dibuat ditanah yang diterlantarkan , tanah rawa ini. Metoda yang digunakan adalah metoda pembuatah saluran penatus dan pengisi air tawar dengan pintu ganda, yang bisa untuk lewat perahu pengangkutan hasil panen padi/beras ke pelabuhan terdekat, mengalahkan supply beras dari sawah lereng gunung kerajaan Majapahit yang jaauh dari pelabuhan kapal pada waktu itu. Sesudah mereka punya pengalaman dan tenaga cukup banyak dengan tenaga mereka sendiri, dimulai membuka rawa rawa yang lebih luas di selatan gunung Muria menjadi Kerajaan Demak Bintoro, tanpa bersaing dengan wangsa yang berkuasa, malah memberikan sumbangan tambahan. Rawa seluas kurang lebih 30 000 Ha ini terjadi karena aliran sungai sungai dari gunung Merbabu lereng timur, dari gunung Telomoyo di Ungaran - lereng timur dan dari pegunungan kapur Kendeng lereng utara seluas kurang lebih panjang 50 km selebar 20 km mulai kota barat Demak sekarang sampai dibarat kota Pati sekarang , catchment area ini terhalang oleh gunung Muria yang ada di pantai Utara. Maka kerajaan Demak yang Islam bisa mengalahkan Kerajaan Majapahit dalam produksi beras dan sekaligus pengangkutannya ke pelabuhan di pantai utara Jawa di Trung, Ngampel Denta dan Jepara. Kebetulan mata dagangan yang sangat dibutuhkan oleh jung jung raksasa dari Tiongkok adalah beras sebab disana kehidupan petaninya korat karit karena sering perang. Ditambah dengan penghasilan dari kayu jati di lereng utara gunung Muria. Terbukti, satu abad kemudian, setelah kerajaan Demak. Diganti kerajaan Mataram dengan ibu kota di Plered pada abad ke 15, di barat kota Bangsri, orang Portugis membuat Benteng ditepi pantai yang sangat sepi, nyaris tidak berpenduduk, dan menghadap kelaut Jawa lepas, hanya untuk menjaga monopoly mereka terhadap kayu jati yang diluncurkan dari lereng utara gunung Muria, dengan mudah diluncurkan kelaut untuk lunas dan lambung kapal kapal mereka, karena bahan kayu jati ini ternyata sangat tahan terhadap cacing laut yang sangat merusak, menjadi barang dagangan yang sangat berharga. Mubalegh Islam dari Yunan dan Parsi ini tidak berdagang melainkan mengajar Ilmu scara murah. Mereka rata rata berwatak ksatrya –brahmana selalu monomer satukan kepentingan umum, pantang bermewah mewah dan menmpuk harta untuk menciptakan “Dien” yang dicita citakan oleh islam, sebagai lawan dari kaum Bhaiarawa tantra yang merusak kerajaan Majapahit dari dalam, mengejar suap dan upeti a’la LHI dan Fath. mengumbar hawa nafsu ma lima untuk kesempurnaan jiwanya menuju derajad kesadaran jiwa tertinggi. Pemuda islam rata rata tidak mengejar harta duniawi melainkan berjihad mengabdikan diri demi kamaslahatan umat. Belajar Ilmu tasawuf dan ilmu alam, ilmu Kimia dan Mathematik, sehingga rata rata mereka bercita cita tinggi, sehingga mampu mendirikan kerajaan Demak Bintoro Dengan kekuatan ekonominya mengalahkan kerajaan Hindu Majapahit. Konon, kekuatan physic para pemuda Islam ini, waktu itu dibantu dengan penguasaan ilmu pernafasan a’la aliran silat dari Tiongkok, dengan bantuan tenaga linuwih mereka mampu menggali saluran saluran dirawa rawa yang dapat mengatur ketinggian air disawah sawah mereka. Tarbukti ada murid mubalegh ini yang rakyat menyebutnya Kalijaga diberi martabat sunan oleh rakyat karena ikut mengembangkan ajaran islam. Kalijaga artinya menjaga kali, mengukur meneliti prilaku air kali untuk menentukan arah dari saluran saluran tentu saja dengan alat optic rudimenter seperti teodolit/nivelier sekarang, sudah ada di Mesopotamia dan dibawa oleh mubalegh Islam untuk merubah rawa rawa luas jadi sawah yang subur, bisa dipanen dua kali setahun, angkutan panen mudah dan cepat dengan perahu perahu khusus berlambung rendah dengan draft yang sangat kecil sehingga bisa melewati saluran saluran yang dangkal, jenis perahu ini sapai sekarang masih ada. Menciptakan pengolahan senjata keris yang semula orang Majapahit membuat dari dari besi cor (pig iron) menjadi dari besi baja cara Damascus ( Damascent steel), yang tidak gampang putus bahkan mengisinya dengan pamor meteor nikel. Sesudah runtuhnya kerajaan Demak Bintoro karena sistim saluran dan persawahan dengan cepat dan luas menjadi dangkal karena lahar dingin dari gunung berapi Merapi dan Merbabu, karena hujan abu yang besar, maka butuh tenaga yang luar biasa dan lama untu memulihkan kekuatan ekonomi yang menonjol. Bersama itu juga kedatangan Mubalegh islam dari Arab dan Mesir yang Pedagang, lebih mementingkan tata cara dan keseragaman cara, dengan patokan hidup cara Arab, dari pada tasawuf dan ilmu pengetahuan yang dianggap sangat tidak perlu, ditandai dengan di singkirkannya ajaran tasawuf dari Hamsah Fansuri di Sumatra dan ajaran yang dipengaruhi falsafah islam dari Parsi Al Haladz, disini berimbas pada pemikiran Syekh Siti Jenar, penghapusan pemikiran ini juga merembet ke kebencian kepada ilmu pengetaahuan sesudah reinessance. Sesudah itu Kerajaaan sesudah Demak Bintoro tidak pernah bisa melawan armada dari Barat, karena daya tembak meriamnya yang jauh lebih dari armada perahu setempat. Pada jaman baru, kerajaan di Nusantara semua ditakluk-kan oleh Penjajahan Belanda dengan menanda tangani “ Traktat panjang” , akhir d ke 18 abad ke 19 sesudah terusan Suez digali, pelayaran kapal uap semakin mudah, Karena alur pljayaran melewati Laut Merah, dan di pelabuhan Jeddah kapal uap dari Belanda kosong, mengisi penmpang dengan menarik ongkos dari orang Arab yang dibujuk untuk memperbaiki kehidupannya ke Hindia Belanda, Meskipun Jasirah Hejaz penduduknya sedikit, dan dari Hadramaut juga sedikit, akhirnya kapal uap mereka masih bisa ngeteng mencari uang daripada kosong, dasar. Malah mereka yang akan mencari kehidupan yang lebih baik ini setelah beberapa saat di tanah Hindia Belanda disamping berdagang juga mencari uang dengan mindring membungakan uang yang dilarang oleh agama Islam, menjadi Sayid dan Sayidah Tuan tanah, memiliki rumah banyak untuk disewakan juga tidak diharamkan, merangkap menyempunakan Islam dengan cara mereka yaitu melaksanakan tata kehidupan Arab, yang sayangnya oleh orang setempat dianut sebagai kepatuhan pada akidah Islami. Jadi apabila Islam harus dominan di tanah ini, maka ajaran yang sudah dirintis para Wali di Pulau Jawa, para pemudanya, mahsiswanya menjadi pelopor membuka tanah gambut diluar Jawa, membuang jauh jauh nafsu korupsi, mengumbar hawa nafsu harta tahta dan wanita menghasilkan kekuatan ekonomi pangan dunia, mengajari anak petani gratis ilmu pengetahuan praktis seperti menciptakan pembangkit listrik micro, menggulung dynamo dan motor listrik, menggunakan energy surya sebagai alternatip, membuat silages dan kompos, dan menyambung dan okulasi tanaman, membuat bio gas, ( lah gimana , para uztadz- nya saja nggak bisa, sudah puluhan generasi hanya kitab kitab agama saja yang dipelajari, sekaligus menghidupkan jiwa Islami dalam wadah keksatyraan Nusantara, sesuai dengan akidah hidup islami yang pokok. Bismillairakhmanirakhim – memulai setiap tindakan dengan nama/atas nama Allah yang Maha pemurah dan Maha pengasih – menjauhi teladan buruk dari Partai gurem a’la Lutfi HI dan Fathonah, Partai gelembung udara a’la AU yang ngotot jadi Partai wakil rakyat macam Sutan Batu Gana , bupati Fuad dari Madura dan Hasan Batalipu dari Sulawsi tengah dan kawan kawannya*)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More