USAHA MENANAM SAYUR LOKAL
Usaha menanam sayur lokal ini mempunyai dua sisi strategis, yaitu melestarikan pemakaian tanaman local untuk menambah gizi disatu sisi dan menambah penhasilan dari lahan kecil disaeputar kota kota disisi lain.
Secara tradisi memang kebiasaan “ ramban” ini sudah dipunyai oleh penduduk Nsantara ini. RAMBAN ( bahasaa Jawa) adalah memetik daun nuda yang bisa dimasak dari tumbuhan liar maupun tanaman tanpa mencabutnya hanya memilih pucuk pucuknya yang baik, dari lahan lahan tidak diusahakan ditanami, puinggir pigir jalan setapak dan pinggir tegalan atau sawah atau sengaja ditanam untuk diramban.Pucuk pucuk ini tentu saja masih lunak untuk di olah atau direbus. Bahkan di Sulawesi Utara bubur Menado yang terkenal itu sebenarnya harus dilenglengkapi dengan hasil “ramban” berbagai pucuk tumbuhan liar maupun tanaman di bawah kebun kelapa yang masih sangat luas jenis jenis tumbuhan liar ini hanya dikethui oleh penduduk asli setempat, makanya rasanya sangan khas dan sangat menyegarkan. Juga nasi lembek sayur pecel di kota Madiun Jawa Timur, yang sekarang mengalami krisis sayuran yang acute.
Semakin meluasmya kota dan sesaknya hunian di kota kota, kebiasaan ramban ini semakin tidak bisa dilaksanakan dan hilang karena lahan kosong hampir tidak ada. Begiru pula pengetahuan mengenai tumbuhan dan tanaman yang bisa diramban, baik jenis tumbuhannya yang pasti dan memasaknya artinya bisa dibuat sayur atau direbus bahkan di makan mentah dengan sambal ( sebagai lalapan). Sedangkan “pasar” didesak oleh permintaan akan sayur sayuran yang murah, maka patani di pedesaan menggantikannya dengan sayur yang paling mudah diusahakan yaitu yang selalu ditanam di “kebun sayur” dipinggiran saluran saluran pematus kota kota, lahan kosong ini diusahakan oleh petani yang mengembara dikota kota dengan sangat intensive dan dengan meenggunakan air dari seluran got got pematus dikota kota, dan pupuk buatan, dipanen kurang dari dua bulan sekali, seperti bayam cabut ( Amaranthus tricolor L ) kangkung darat ( Ipomoea reptica L) , dan sawi hijau (Brasica rapa L ) maupun sawi putih ( Varietas Brasica rapa ) ,mulai ditanam di pematang sawah, bahkan seluruh lapik sawah yang semakin sempit. Di parkebunan karet kopi dan cuklat, mungkin kelapa sawit, para buruh tani meranban junggul ( Tagetes patua L) dan tumbuhan liar bahkan gulma lain yang dapat dimakan untuk lauk makan sehatri hari, yang kita tidak pernah tahu nama nama jenisnya.
Di daerab Bogor, dimana hujan bisa sepanjang tahun, lahan bekas kebun kebun karet telah diubah menjadi lahan milik, dan ditanami singkong sayur (Manihot utilisima ), lembayung cabut, bahkan papaya cabutan (Carica papaya L) hanya dimanfaatkan daun daun mudanya , ini merupakan upaya menanam sayur lembayung yang baru, dipasarkan untuk restoran dan warung padang dan lembayung cabut dari daun kacang tunggak ( Vigna unguiculata L) yang dtanam bijinya dengan rapat baru berdaun empat tangkai terus dicabut – dalam umur 2-3 minggu) untuk penjual karedok diseputar Jobodetabek ( Jakarta- Depok-Tangerang-Bekasi).
Penanaman sawi hijau bahkan merambah di pematang pematang sawah sekitar Banyurangi demi melajani penjaja Bakso hingga Bali !, tentu saja dengan harga.
Bagaimana keadaan dikota yang landmark nya menjual nasi Pecel ?
Ini sulitnya, makanan ini benar benar makanan rakyat seperti bubur Menado. Umumnya semua jenis sayur daun harus direbus sampai lunak, seimbang dengan nasi agak lembek dan hangat, jadi tidak cocok dengan lalapan mentimun muda, tapi krai yang direbus sampai lunak. Umum juga mengetahui sayuran nasi pecel semestinya menggunakan juga bunga turi ( bunga Sesbania sesban/ Sesbania grandiflora L) rebus sebagai kelengkapan sayur yang tangkai putiknya dan tangkai kotak sarinya dibuang, supaya ndak pahit..
Sedangkan di pasar pasar sangat sulit mendapatkan sayur dalam bentuk “ramban”ini, melainkan di ikat panjang sepeti bayam cabut dan kangkung darat juga dicabut, sekarang lembayung di Bogor juga dicabut, bahkan daun papaya, juga dicabut dengan batangnya yang masih sebesar ibu jari, sedang di Madiun pasar hanya menyediakan sawi hijau dan sawi putih, bayam cabut dan kangkung cabut, sedang daun singkong dipotong pucuknya dari tanaman singkong dan dan dalam ikatannya dijejali daun singkong tua yang terlalu luat untuk derebus, begitu pula daun papaya sebab tidak seperti di sekitar Bogor daun singkong diambil tari tamanan singkong khusus untuk diambil daunnya. Tentu saja pembeli nasi pecel pagi pagi untuk sarapan bakal kecewa berat,sebab sayurnya liat. Ketika persoalan ini dikemukakan kepada Dinas Pertanian, dan Personil Bank Dunia yang lagi keliling mereka tidak mengerti, haruskah ada upaya memuaskan penggemar pecel, dan apa perlunya susah susah ini harus dikerjakan. Maklum, mereka bukan penggemar nasi pecel dan hanya salary men/women. saja. Saya tunggu sampai pecel sudah tidak menarik lagi bagi para pendatang/ pelancong yang mampir bernostalgia di Madiun untuk menyantap pecel Madiun, akhirnya hilang dari khasanah culinary makanan local yeng menarik pendatang mampir. Toh masih banyak makanan yang bisa dijajakan. misanya msalnya super mie*)
0 comments:
Posting Komentar