SAUDARAKU SEBAGNSA DAN
SETANAH AIR, YANG BERUMUR KURANG DARI 40 TAHUN
Sejarah Pendidikan.
Sesudah merdeka 72 tahun,
dan anda masih berumur kurang dari 40 tahun, percayakah jalan bagi anda sangat
beragam, hari depan anda cerah, tanpa memandang pendidikan formal, Ras Suku Agama Hukum yang anda junjung, ( saya
singkat jadi RASUAH ) Tapi keduluan, karena Rasuah ini artinya korupsi berakar
dari bahasa Arab ( google ) Generasi
saya dan diatas saya kebanyakan kami mengganggap pendidikan formal adalah jalan
utama untuk meraih hari depan sebaik baikya. Ternyata kami keliru.
Setelah penjajah pergi, ternyata lowongan yang
paling di impikan oleh pendahulu kami, mempunyai masyarakat yang cukup pangan
sandang dan papan sebagai modal utama untuk bisa berbahagia dunia akhirat itu adalah
berdagang. Lha mayoritas penduduk Negara jajahan, karena
lamanya dijajah keliru pandang, salah pilih, tersesat jalan. Pendahulumu mencari ilmu, karena bisa nyaris tanpa modal, satu satunya yang mereka punya badan saja, belum ada becak, zaman maraknya
etische politiek penjajah, di pulau jawa saja ada 250 pabrik gula, yang dibutuhkan tukang cangkul dan pembabat panen, pompa saja tidak, disirat air dengan ember, butuh tenaga nyirat banyak. Di Sumatra,
orang tidak mencangkul tapi menakik karet dihutan karet tumbuh bebas, sedikit
sekali yang dikebunkan dengan pemeliharaan, yang membutuh koeli.
Mereka maraih Pendidikan
formal yang diberikan oleh para Pemimpin Negara ini, bakal kerja dapat
gaji, masih bisa pungli. Bukan liar,
Cuma cara feodal.
Mereka keliru, asal muasal
pendidikan formal didirikan gratis di masyarakat yang mulai menapaki era
industrial di Europa, butuh pekerja untuk melayanai mesin, jadi mengerti
membaca, mengerti perintah sederhana, dan bekerja dengan disiplin tempo mesin
berputar dengan kecepatan tetap. Negara dijejali tugas ini, ,mendidik yang ini. sebab
diantara Bos tidak ada yang mau, membuang ongkos pendidikan dasar, yang tidak
menguntungkan langsung.
Modal, sekali lagi modal, sebab sebagai takyat yang negaranya
terjajah, yang mereka punya tinggal hidupnya saja, mereka masih
dibiarkan bernafas tanpa dirintangi, hanya para tawanan berat saja yang
dikurung dalam ruang pengap, udaranya saja sudah tidak bebas. Hidupnya sangat
dibatasi. Si Terjajah yang dirundung
kekurangan segalanya sampai pada pikiran, bahwa bangsanya bisa terjajah sebab
bodoh. Kalah modal senjata, kalan modal
siasat, dan kalah modal uang. kakek moyang kita,
hidup penuh derita menyalahkan
dirinya sebab bodoh. Jadi obsessinya
meraih pendidikan.
Pada
kesempatan yang baik satu satunya selama beradad abad, th 1940 ternyata penjajah
lari pontang panting dari bhumi pertiwi ini, hanya dalam hitungan minggu. Kapal meriamnya yang julukannya kapal penempur - battle ships - "dreadnought" tidak berdaya melawan bom dari udara, angkatan udara Nippon. Dan
diganti penjajah lain yang lebih kejam, lebih menginginkan segalanya, seperti para nomad
padang pasir yang merebut satu oasis, semua peghuninya yang ikut minum sumur di
oasis taklukannya, ikut berlindung dibawah naungan daun daun korma dan pohon
tin dasana, dibabat habis jasadnya untuk pupuk, ribuan tahun yang lalu, sebelumnya
malah dimakan dagingnya.
Bangsa ini lebih langsung mengintegrasikan bangsa
lain jadi warganya yang mestinya, gunanya bagi bangsanya sendiri, telah
berpengalaman mengintegrasikan bangsa Ainu di pulau Hokkaido, dekat pulau
Sakhalin pada abad ke 18, dalam waktu
singkat dua generasi saja semua Ainu sudah terintegrasikan dan sejarah budayanya terhapus.
Jadi propaganda perang lebih berani mengambil hati sasarannya, kalau sudah
menang toh akan mudah, semua propaganda dihapus. Itulah hebatnya senjata milik militerisme. Jangan dengar omongnya lihatlah laras senjatanya, ditujukan kemana. Itulah hebatnya militerisme, pasti ditujukan ke yang pasti kalah. Makanya jangan jadi lemah, Allah hanya mengutus Manusia Pemersatu yang rakhman dan yang rakhim.
Mengenal penjajah jenis ini meskipun hanya
tiga tahun, lho kok banjir horde kuning penakluk katai ini lemas, senjatanya
dibuang, setelah dua kotanya di bom nuklir hancur lebur. Si barbar katai
ini segera menakluk, diseluruh Asia
Timur raya, membuang senjatanya di kawasan luas ternasuk di tanah air kita ini,
selama si barbar ada disini, tiga tahun sudah cukup untuk bangsa terjajah ini
berani melawan, mengusir si tuan lama yang mau kembali.
Kecuali
hak milik menurut mereka dilindungi hukum. Jadi gedung besar, rumah tinggal,
kebun kebun, si rakyat terjajah ndak menyentuh. Kecuali sesaat merayah pakaian dan
pecah belah, pakaian dipermak dan dipakai, pecah belah meja kursi dijual, pada
biasanya, tengkulak. Itu saja yang dilakukan oleh rakyat jelata, rakyat yang sekolah
ongko loro saja tidak ikut merayah.
Hukum
menyatakan bahwa semua harta ini bukan harta rampasan tapi hasil dari
perdagangan, milik pedagang perantaranya siapa saja, antaranya pedagang hasil bhumi, yang ini bukan ujaran kebencian kepada pedagang dari ras tertentu sudah
dari asalnya sudah berdagang, atau bila bertani mengupah petani saja. Atau tukang kebun atau
orang Europa atau Yahudi ( di zaman Rusia Tsar, istilah sarkastik dalam bahasa
Rusia “yahudi-tukang kebun” adalah sindiran saja, arti sebenarnya “ ndak
mungkin”). Sampai sekarang mereka
berlindung di balik kepatuhan golongan
bawah – keadilan yang sama terhadap ras suku agama dihadapan hukum. Hla
hukumnya bisa dibeli, duitnya dari dagang.
Makanya saudara mudaku, berdaganglah.
Menambah
ilmu itu baik, tapi karena permintaan menggebu gebu,meskipun tersedia sedikit
dana buat cadangan makan, jangan untuk beaya pendidikan, sekarang ilmu ini
barang dagangan, bukan Pengajarnya yang berdagang, tapi penyedia sarananaya,
pemilik yayasannya, penguasa Pertugas Negaranya, tukang parkirnya, pencetak
diktat dan toko bukunya, pelayanan mesin foto copy dari disket, semua dagang
dengan peminat ilmu mencari uang, inipun tricky penuh tipu daya, yang jelas bisa menjadi mesin uang adalah ilmu kedokteran, dan lmu ekonomi, pajak dan
asuransi. Malah ada yang membuka Institute ilmu Memimpin Perusahaan ( terutama yang sudah untung),lha apa mau yang punya modal. Susah susah medirikan perusahaan, sesudah untung, menjerahkan Pimpinan perusahaannya kepada lulusan Instiute mentereng ini , masih diperkuat oleh Depertemen terkait, ternyata hanya oknumnya.? Kok ya punya murid, bayaranya mahal lagi. ini kan benar benar penipuan ?
Tidak
ada yang gratis, malah ada institusi penjual ijasah dan menyewakan toga saja
untuk mejeng, Sedangkan berdagang, sebenarnya menurut patokan/ ketentuan islami
sangatlah berguna bagi masyarakat. tapi berkartel haram.
Misalnya
berdagang bahan makanan atau makanan. Coba lihatlah keadaan sekarang th 2017. Sesudah berbagai krisis ekonomi,
bangsa ini masih tertatih tatih nilai uangnya merosot tajam, karena menolak
tekanan dari yang empunya mata uang dunia ini, untuk menyerahkan kendali Bangsa
kepada aturan mereka. Ya, umpama sebotol lecap manis, ( dulu sudah terkenal pepatah
semua kecap nomer satu), generasi muda sekarang sudah tidak bisa merasakan
kembali kacap manis itu sebenarnya rasanya seperti apa ? Umpama anda berdagang
makanan matang yang bumbu utamanya kecap, misalnya semur, sate, lontong tahu, di
Surabaya namanya tahu thek. Lho rasanya jadi lain. Sebab semua merek kecap
sudah menjurus ke satu arah, berharga murah. Dengan metoda pemasaran masa kini,
bombardement hipnotis massal dengan bahan dasar yang lebih gampang, untuk produksi
masal, perkara rasa bisa di induksikan
dengan promosi kuda betina menari. Jadi semur, sate ayam sate kambng, tempe bacem,
oseng kangkung, oseng buncis dan
lain resep masakan tradisional pengguna kecap manis, terpaksa meggunakan
kecap dengan resep pembuatan yang berbahan murah, rasa jadi nomer tiga. Kecap manis dengan resep pembuatan yang
tradisional dengan fermentasi kedelai hitam maupun putih local ditambah gula nira
dari tandan bunga kelapa atau enau dengan bumbu bumbu alami misalnya pekak,
lengkuas, daun salam, sereh, daun jeruk purut, semua diganti dengan MSG ( mono
sodiun glutamate). Dimulai dengan penjualan merek kepada perusahaan Multi Nasional
dengan merubah ingredient-nya dari yang
tradisional menjadi product makanan menggunakan essence yang ada di pasaran,
dan banyak banyak MSG, serta pengental ( dari selulosa rumput laut=ager ager) Dijual dengan metode pemasaran modern dalam kurang lebih
lima tahun, setelah merajai pasar dengan untung besar, malah disusul dengan
merek lain menggunakan metoda pemasaran yang sama, malah gulanya diganti dengan
pemanis a’la sari tebu/ cyclamate dan pemanis yang sudah dilarang untuk pengganti
gula bagi diabetic atau molase/tetes yang dulu campuran pakan kuda. Tentu saja jauh lebih murah dari gula alami baik dari nira tebu maupun nira tandan bunga kelapa, lebih murah
dalam kemasan dan ragam volume kemasan, sampai kantong plastic yang self sealed
dan yang tidak, melanggar segala rambu keselamatan
makanan kemasan atau tidak. Dari BPOM? Melanggar segala aturan moral dan kesehatan bagi pengguna dalam jangka lama. Karena untung yang sangat besar maka
merangsang para pemalsu bahan makanan kemasan, yang merambah meliput pasar
tradisional di desa desa pelosok, warung
warung di kampong kumuh , diwilayah orang
yang sederhana, sales
factor pokoknya hanya harga dan penampilan, rasa mereka sudah lupa, yang namanya
kecap manis itu seperti apa,tempe kayak apa tahu kayak apa, daging dan susu, saya sudah lupa rasanya. Bisa
ditebak resep kecap manis tradisional yang hampir ada disetiap sentra penanaman
kedelai dan sentra produksi nira kelapa atau enau, diseluruh Indonesia, menjadi terdesak karena
disparitas harga bahan dan waktu produksi. Ini memang terjadi di masyarakat Negara
miskin, dimana rasa kalah dengan hipnose masal dari promosi yang memukau., dan
harga yang terjangkau. Salesmen produk
abal abal ini malah merambah mini market
yang tersebar luas, dengan product tiruannya, wong tidak ada yang peduli ( jangan
salahkan BPOM – Badan Pengawas Obat dan Makanan mereka sudah kerja keras, saban
hari datang ke kantor. Ada Secretatiat
Utamanya tapi ndak jelas tergabung dalam
Kementerian apa) Ya
hancurlah rasa semur, sate, empis empis, oseng kengkung dan oseng buncis, yang
bumbu utamanya kecap manis. Mereka yang alergi MSG ya waspadalah.
Lha ceritanya kok begitu panjang, kesempapat berdagangnya
dimana ?
Begini, kaum menengah dan
menengah bawah sudah ndak ada waktu lagi
untuk dirumah. Mereka suami istri kerja mungkin sampai usia purna tugas, alias
jarang yang mau mengontrak lagi, semangat sudah loyo. Bisanya jajan. Seorang penjual tahu tek, sate ayam, yang bahan bakunya tahu,
lontong, kentang. goreng, rajangangan selderi, bawang, bawang merah
goreng, petis krupuk tapioca. mematok
harga dari 10 000 – 12 500 rupiah per porsi, adapun rasa sangat tergantung dari
minyak gorengnya, tahunya dan kerupuk.
Disekitar hunian saya tidak ada rumah makan yang menyediakan tahu tek
dengan rasa seperti tahun 60 han dulu
sampai th 70 an. Kecapnya, petis-nya,
serta krupuknya. Sasaran vendor tahu
thek umumnya kaum menengah bawah, kaum
menengah tetangganya sendiri, hanya dia dirumah petak sewa, sedangkan
langganannya di perumahan sederhana. Rasa dagangan sajiannya sangat tergantung
dari kualitas tahu kualitas kecap yang
dipakai, serta kerupuknya. Nah tahu dan kecap ini hasil dari perusahaan yang
besar, dengan putaran sampai ton kedelai per batch. Lebih kecil dari itu susah didapat dipasar umum. Ndak nyucuk dengan investasi yang ROI nya 25 %. Anda bisa menyediakan satu porsi seharga Rp 20
000 sampai Rp 25000, sebab tahu anda dari kedelai lokal, ( tahu yun yi di Semplak, Bogor, 0,5 kg harganya 17500 rupiah), yang penennya lebih sedikit, kecap anda dari pabrik
rumahan dari kedelai yang sama, dari Kediri di toko Surabaya harganya 24 000 rups/300 cc botol kaca. dengan resep jaman dulu, krupuk anda tanpa pewarna textile, minyak anda
sekali pakai. gula kecap anda gula kelapa, dari nira yang dipanasi sampai kental tanpa garam inggris, jadi cepat lembek menyerap uap air dari udara, tapi garam inggris ini bukan makanan umum, dalam jangka lama bisa merusak ginjal. Rasanya langsung lain dari
vendor tahu thek pada umumnya. Tergantung pada anda bagaimana
capitalized dari kelebihan anda. Terus terang bahan baku anda susah didapat dipasar, tapi disana sini masih ada, atau atau bikinlah sndiri ! dijual botolan, mahal kan, tapi kan unik, kebanggaan dapur. Kecap kediri ini modalnya lk 14000/300 cc. Resepnya cari di google jangan malas tanya padanya si embah ini. Lidah
kaum menengah atas masih seperti lidah saya, ingat rasa tahu thek jaman dia masih
sekolah dulu. Di Surabaya ada penjual rujak
cingur di Jl. KH Ahmad Ja’is seporsi
memathok harga 75 000 rupiah, bukan soal
apa, semua bahannya pilihan, terutama daging cingurnya bisa dimakan. Buah
rujakannya pilihan mentimun masih berbiji kecil karena dipetik muda, juga krainya, direbus atau mentah, bangkoangnya dengan irisan pas dan tidak kering karena
dipanen sudah sebulan lalu, ada nenas
muda yang pas, tidak tua maupun terlalu
muda, begitu juga mangga muda, irisan pas selebar lidah, tidak terlau tebal, sayurnya kangkung diambil yang di pucuk pucuknya dikukus masih renyah, lengkap dengan tahu dan
tempenya pelihan dari kedelai lokal dogoreng sendiri, ( artinya tidak beli matang
dari pasar) pisang kluthuk muda, ada jambu medenya meski hanya beberapa
iris, petis udang dibuat cara sebenarnya, warna hitam ini adalah warna tinta
ikan sotong/nus yang direbus bersama udang grago atau udang putih size 90, gula merah dan garam plus bumbu menghilangkan
bau anyir. Itu duluuuu. Sekarang
sudah terdegradasi, meskin harga masih
super premium. Penjual
rujak cingur di Surabaya puluhan ribu, semua tunduk pada apa yang disediakan kualitasnya oleh pasar. Sebaliknya, pasar selalu mencari pengganti
bahan baku yang jauh lebih murah, mengandalkan MSG. siklamat, essence, dan pewarna
sembarangan. Jangan tanya lagi mengenai
BPOM. Semua bisa dibeli termasuk PCC yang menjadikan orang gila. Lha di lahan berdagang makanan yang islami, artinya dengan
kesayangan terhadap makanan dan
konsumennya sambil mencari nafkah dengan kasih pada sesamanya , bukan
hanya mencari kekayaan, syukur kalau bisa kaya, sebab kekayaan
tidak akan ada batasnya, selalu kurang.
Dan selain anda, upaya ini selau mengorbankan
konsumen, ditambah ilmu hipnosa massal, merambat ke dunia politik pemilihan pejabat. Tapi rasa yang dideteksi di makanan, itulah modal anda. Lain dari Politik, tikus warna apa saja, ya mencuri.
Dan
jangan lupa, tikus tikus ini bila kena OTT, makanan itulah yang tertinggl bisa dicapai, pesenan pahlawan keluarga, pahlawan apa wong istrinya empat, mereka yang ditahan karena menilep milyaran,
masak ndak dituruti ? Wong hanya pingin tshu thek, ke restoran mentereng kayak biasanya si sipir pengawal tidak berani, ya ke warung tahu thek apa tahu campur anda !! . Kalok sudah vonis malah bisa datang sendiri, khusus ke
anda, tentu saja bersama kawan kawan, iya toh ? Waktu cukup, jauh dekat sama
saja. Harga ? nomer empat.
Sedang rasa asli sudah
dicemari sampai konsumen merasa, lalu
mengerti, itu tandanya anda punya peluang, disegala bidang perdagangan, makanya
wahai kaum muda bedaganglah dengan cara islami.
Bertempurlah di medan
dimana anda pasti menang. Dagang apa
saja, barang bekas ok, jadilah tukang dulu, barang bekas electronik OK kenalilah parameter segala macam IC
yang dipasar. Sebab ada jutaan IC yang
parameternya berbeda beda, pengguna mesin cuci, pengguna pendingin AC , kipas
angin sampai computer selalu ada IC,
yang umum di pasaran, ini yang selalu rusak. Sedang jadi buruh,
sungguh tidak bisa diharap lagi, apalagi buruh menengah dan menengah atas, bahkan
tingkat paling atas. Basisnya pasti kontrak, jangka pendek, jam kerja sangat
panjang dan tidak bisa ditawar kerena absensi dengan sidik jari secara electronic,
yang dipuncak ditarget pemasukan, langsung
dipotongkan pada gaji bulan depan, tanya sama Sofyan Alasenengdi. Bersegeralah pulang sebab rata rata waktu di
jalan 3-4 jam. karena sepeda motor harus putar putar, mengganggu yang punya Ferari. mending buka google, cari inspirasi resep asli kecap kediri, rujak cingur, tahu campur sate ayam, lha penjual tahu campur ini, sekarang jual rajangan tulang muda dalam kuah lemak jerohan, sangat waspadai endapan di arteri anda !!. Ndak dapat makanan begizi malah penyumbat arteri. Yang sebenarnya, segala jaringan ikat itu ndak semua bisa dimakan, apalagi tulang muda, tendon achiles, tendon lutut sapi, dirajang bisa jadi sepuluh porsi ! Sang ibu vendor ingin cepet naik haji. Atau jangan berkeluarga, tinggal di apartemen, jangan beli sapi, makanlah steak saza, si habib ya gitu kok*) naudzubillah minzalik. Ini zaman neoliberalisme, tenaga dan pikiran
mungkin mahal, sedetik yang dibutuhkan, dibayar, tapi detik lain tidak. Tanya sama Sofyan Alasenengdi. Jadi nyawa paling murah, apalagi nyawa orang yang sudah uzur, siapa yang membutuhkan ? **))
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar