SURAT KEPADA PROF.DR. SALIM SAID.
Yang saya hormati Prof. Dr.
Salim Said, assalamu’alaikum warakhatullahiwabarokatuh.
Saya belum pernah bertemu anda, belum pernah mendengar suara anda sebelum saya temukan anda di
youtube, dalam rekaman pembicaraan
mengenai tragedy kemanusiaan tahun 1965. Acara ILC ( Indonesian Lawyers Club) asuhan
bang Karni
Perkenankan saya memperkenalkan diri saya : Kebetulan tahun itu
saya baru lulus sebagai sarjana pertanian, sekarang usia saya sudah delapan
puluh tahun.
Di zaman yang keruh itu saya berkerja serabutan dua tahun,
kemudian bekerja di perkebuna Kopi
swasta kemudian pindah di
Perkebunan kopi dan karet diwilayah
Banyuwangi juga – bekas perkebunan
swasta milik warga Belanda, dijual HGUnya
kepada kelompok pedagang cina di Surabaya. Keadaan habis rusak parah akibat policy
pendudukan Jepang, tanah perkebunan kopi dijadikan kebun jagung selama tiga tahun,
bidang sadapan karet sebagian besar dibuat sadap mati. Kemudian bekerja sebagai penyuluh pertanian
khususnya pemakaian pesticide untuk program Bimas/ Inmas padi dan polowijo (
terutama kedelai dan kapas, termasuk pengendalian hama kelapa di Sulawesi utara, hama tambak ikan bandeng di perairan air payau, meliput semua problem hama penyakit tanaman
perkebunan di Lembaga Lembaga Penelitian, didaerah Indonesia Timur, jadi yang menggaji saya
adalah pabrik produsen pestisida yang berpusat di Jerman dan Inggris. Saya retired th 1995. Sekarang umur saya
sudah 80 tahun, Alhamdulillah.
Sejak zaman penjajahan keluarga kami hidup di Surabaya
dengan 8 bersaudara, semua pengagum
setia Bung Karno, mengerti dan
sadar tujuan ajaran beliau. Menghadapi
politik represi berat orde baru denga segenap ke-pura puraan-nya euphemisme
yang sangat sinis, memperlakukan semena mena Bung Karno, kami sangat menderita bathin, tapi kami
selalu mendapatkan surat bersih diri, tidak tersangkut langsung atau tidak langsung G30S PKI. Karena kecintaan kami pada Bung Karno sebagai inspirator kami, kami lakukan sebagai
rakyat umumnya , tidak pernah tergabung dalam organisasi, melainkan sebagai
the silent majority. Istri
saya Pegawai Negeri di Departemena PU.
Terus terang keluarga besar kami kaum menengah yang abangan, mendapat
pelajaran islam secara turun temurun, dekat sekali dengan Kejawen. Dengan
perjalanan waktu dan pergaulan kami,
kami bertukar pencerahan
syari’at islam
dari sesama tetangga di kompleks perumahan PNS Poject PU, yang kebetulan teman membersihkan halaman complex kami, dia lebih muda dari saya 10 tahun, waktu mahasiswa menurut pengakuan dia teman setia seorganisasi dengan Amir Biki, pemeran utama peristiwa Tanjung Priok. Pertukaran pencerahan ini menjadikan dia condong ke ahlul sunnah wal jamaah, ikut menggali kembali ajaran peninggalan para wali islam tanah jawa. Dan aktip berdakwah dikalangan akar rumput itu, sepuluh tahun yang lalu beliau telah tiada, inalillahi wa innalillahi rojiuun.
dari sesama tetangga di kompleks perumahan PNS Poject PU, yang kebetulan teman membersihkan halaman complex kami, dia lebih muda dari saya 10 tahun, waktu mahasiswa menurut pengakuan dia teman setia seorganisasi dengan Amir Biki, pemeran utama peristiwa Tanjung Priok. Pertukaran pencerahan ini menjadikan dia condong ke ahlul sunnah wal jamaah, ikut menggali kembali ajaran peninggalan para wali islam tanah jawa. Dan aktip berdakwah dikalangan akar rumput itu, sepuluh tahun yang lalu beliau telah tiada, inalillahi wa innalillahi rojiuun.
Keluarga
baru kami salah satu diantara yang sedikit, bisa menjalani hidup cukup diantara
PNS yang beruntung, tanpa korupsi.
Kecuali istri saya mendapatkan
jatah SPJ ( Surat Perintah Jalan) sebagai
tambahan gaji, karena istri saya juga sarjana pertanian, digaji oleh Project
Pengairan untuk penyelenggaraan sebatas soft ware tata guna air
petani petak sawah saluran tersier.
Mengikuti dengan sangat mengerti, semua langkah represi dan intimidasi halus dan kasar yang di lepas
oleh mereka yang mendapat mandat dari orde baru lewat Korpri dan Golkar, dalam penyelenggarakan
screening test mendatangkan staff satu dari Kodam secara periodik, didampingi oleh Pimpro, bisa Kepala Dinas Propinsi bisa Kanwil
yang dekat dengan Gupernur. Atau Pentolan Golkar tingkat Propinsi yang
terintegrasi dengan Kodam dan Kodim. Semua didampingi dengan pasangannya
sebagai Kartika Candra Kirana, atau Dharma Wanita. Saya bisa ikut menyaksikan betapa kokoh dan bahagianya kelas
baru dalam masyarakat kita, kelas elite
keluarga Golkar, elit keluarga Korpri, dan elite keluarga ABRI pada saat itu.
Menyamai penjelmaan dari masyarakat Gandari putra dari Hastinapura.
Sebagai counterpart dari para PNS bagian Peyuluhan
bidang Petanian,saya jalankan tugas saya
dengan sungguh sungguh. Tidak ada minggu tanpa pertemuan di kelurahan dan saung para petani.
Saya kira perkenalan diri saya ini sudah lebih dari cukup
kepada Prof. Dr. Salim Said, saya bisa pastikan bahwa beliau adalah
“crème de la crème” dari
masyarakat Sulawesi Selatan yang
mewarisi tradisi Masyarakat Bugis dalam
jiwanya – seperti yang dilukiskan beliau tentang jendral Jusuf Alm. dalam
pernyataannya di lansir oleh Tribun News di google, saya copy paste
dibawah.
Saya sangat lega, mendengar pencerahan anda Prof, ulasan anda mengenai tragedi kemanusiaan genocide tahun 1965, yang intinya “Buang
segala trauma akibat amuk massal
ditingkat akar rumput dan penistaan bung Karno hingga wafatnya oleh ordebaru,
yang sungguh sangat melukai jiwa kami pecintanya.” Karena kami tahu Bung Karno tidak pernah
berlaku kasar terhadap lawan ideologinya meskipun terhadap ideology pedukung yang pro neo kolonialisme Amerika. Memang sebagai Negara yang baru
berkembang, menangkal nekolim adalah
wajar menurut saya, adapun Hukum Negara diberlakukan terhadap DI/TII yang sudah nyata berbuat
makar melemparkan granat kepada Bung Karno seperti pelaku Peristiwa Cikini yang menelan korban anak anak TK, hukuman terhadap mereka itu bukan
balas dendam pribadi, kami the silent majority
mengerti mengenai hal ini. Prof Mahfud M D pun sangat mengerti. Kami berintrospeksi sejujurnya. Semoga dari sisi lain sang pemenang, seperti pecinta Pak Harto Mayor jendral Kiflan
Zen berbuat yang sama. . Sehingga generasi
dibawah kita tidak terbebani oleh dusta sejarah, tanpa bisa melangkah kedepan menyongsong
matahari terbit . Hari depan generasi penerus
kita akan selalu diterangi oleh pelajaran sejarah bangsa ini, karena kita
berani setulusnya mengakui semua kejadian
yang sebenarnya.
Yang saya kepingin mengemukakan
kepada anda, bahwa sekilas Pak Prof Salim
dalam acara ILC itu, menggambarkan bahwa pak Harto adalah kaum priyayi Jawa, yang meskipun
sangat religious tapi islamnya adalah islam jawa, islam makrifat, dekat dengan kejawen. Menurut Pof. Salim Said, guru beliau
belakangan dalam ilmu syari’ah islam
adalah Kasim Nurseha, kemudian Prof. Qurais Sihab.
Islam Jawa, bukan sempalan,
melainkan satu tafsir dari ajaran Islam yang disiapkan oleh Wali tanah Jawa
sejak abad ke 12 M, untuk mengimbangi ajaran Hindu yang sudah berabad abad ada
di tanah Jawa, telah membangun basis ekonomi yang kokoh. Yaitu persawahan
dengan pengairan dilereng lereng gunung yang subur, sawah berundak, dengan menyimpangkan sungai kecil
dan mengalirkannya sepanjang punggung
lereng, untuk membuat lapik lapik sawah sesuai contour tanah dilereng bawahnya,
selanjutnya diciptakan pembagian air di lapik lapik sawah seperti subak di
Bali. Sebelum itu mereka berladang berpindah pindah dengan segala kesulitannya.
Sedangkan para Wali Islam tanah
jawa mulai abad ke 12 sudah membangun sawah di rawa rawa, tanah yang sudah
diterlantarkan oleh kekuasaan Kerajaan Kerajaan Hindu, dengan kelebihan yang
menyertainya yaitu transportasi dengan perahu datar sepanjang sawah rawa ke
penyosohan dan pelabuhan, lewat parit dan kanal. Pekerjaan berat dan skala besar ini menggali tanah
rawa untuk saluran saluran adalah pekerjaan yang memerlukan kerja bersama orang
orang yang sangat banyak dan berat,
dibawah komado pemimpin yang sangat mengerti, baik teknis maupun
managemen orang. Ini yang tidak pernah
disinggung oleh ahli sejarah kita.
Para Wali tanah Jawa mengerti
bahwa ada firman Allah yang mengatakan setiap manusia didampingi oleh empat
malaikat selama hidupnya, selain malaikan Mungkar dan Nakir. Ini disesuaikan
oleh para Wali Islam dengan kepercayaan jawa sebelum Hindu, adanya saudara yang empat, lahir dalam sehari dengan si
jabang bayi Yaitu “kakang kawah adi ari ari yang lahir
dalam sehari” yaitu air ketuba, tali pusar, ari ari, dan darah ibu yang
melahirkan. Di Bali dinamakan catur sanak, diuraikan cara menyapanya dengan
tulisan yang diambil dari kropak kuno Kandapat Sari Himpunan Gde Bandesa. Mereka
ini saudara esoteric yang selalu bisa dimintai pertolongan dengan menjalani
satu ritual yang diberikan oleh para Guru bergelar Ajar atau Ki Hajar.( bukan Ki Hajar Dewantoro). Setelah
itu ajaran Islam sendiri setelah khalifaurasyiddin, timbul satu uraian bahwa
sejatinya Islam itu mengandung ajaran empat warna, dua yang pertama menyangkut
gerakan lahiriyah dan dua yang kemudian menyangkut getaran bathiniah, sesuai dengan
nafsu yang empat warna juga, karunia Allah yang konon gunung gunung dan
malaikat segan untuk menerimanya. Pelajarannya adala ilmu syariat islam, ilmu
tarikat islam, ilmu hakikat islam dan ilmu makrifat islam atau tasawuf. Pelajaran ini diperlukan untuk menjaga moral
dan perilaku para wangsa ksatrya dan wangsa brahmana yang telah menjadi mu’alaf
guna memimpin masyarakat untuk membangun persawahan di lahan terbengkalai itu,
satu perkerjaan yang memerlukan upaya maksimal seluruh tenaga dan semangat bekerja-nya,
meskipun sukarela, bergotong royong tanpa dibayar atau iming iming apapun,
kecuali kebebasan bercocok tanam sebagai ikut jadi pemilik lahan. Ini juga dilakukan oleh Bung Karno dan Pak Harto ( hanya program Bulognya sudah digunakan countepartnya untuk memperkaya Himpunannya - baru kemudian pak Harto sadar - mencurinya si counterpart - terlalu banyak.
- dioper kembali oleh beliau).
- dioper kembali oleh beliau).
Lha jadi pelajaran ilmu makrifat
islam dan ilmu hakikat islam diajarkan pada kaum inteligensia mualaf ini. Yang
kastanya dalam Hindu lebih tinggi, demi mengimbangi moral karmapala dan
Dharma. Itu yang sampai berabad abad
diwariskan pada kami, dan pak Harto, juga kemungkinan besar pak Jokowi, dan
kebanyakan murid ahlul sunah wal jamaah yang mendapatkannya dari para Wali tanah Jawa sejak abad ke 12, lewat
para Kiainya secara estafet dan sorogan ( dar mulut ke mulut) para wali islam
ini tidak pernah mengajarkan paham islam abangan, terbukti di tembang dolanan anak
anak "Ilir Ilir" digubah oleh Sunan Giri Kedaton, cak Nun bilang Sunan Kalijogo, wong ndak minta hak cipta, jadi pokoknya Wali Islam abad ke 13 M. Tembang permainan anak anak ini menjelaskan bahwa
keempat ilmu itu harus dijahit jadi satu, sebagai kain dodot penghias pinggang.
Tembang dolanan itu dilantunkan kembali oleh cak Ainun Najib, dengan ansambel
gamelan Kiai Kanjeng berkeliling Dunia, semoga juga dijelaskan maknanya ! Kepercayaan
diri para Wali tanah jawa ini telah berani memeras dari isyarat isyarat ilmu syari’at islam dan
ilmu tarikat islam yang kasat mata –merupakan tafsir beliau beliau dari gerakan
dan ucapan bacaan kalamullah waktu sholat wajib, ilmu syari’at islam dan
tarikat islam. ini tidak pernah difikirkan bahkan oleh kaum yang menurut dia paling islam
dari ajaran Al Mukharom Abdul Wahab dari Saudi Arabia, bahwa ilmu kasat mata,tanpa mau tahu dua yang tidak kasat nata, yang mereka
bela sampai titik darah yang penghabisan bahkan memukul bedug saja ya enggan, karena tidak ada di ilmu yang kasat mata itu. Meskipun ini mengandung isyarat kedua ilmu bathin ini
sangat sederhana, mudah dicerna, yaitu ilmu hakikat islam dan ilmu makrifat
islam karena di design Allah untuk orang sedunia, ndak sulit, ndak menjadikan
orang pusing, malah gila, atau saling bertengkar dan bunuh membunuh.
Mereka di timur tengah mengamalkan
ilmu syari’at islam dan tarikat islam dengan taklid dan khusyuk. Taklid ini jadi tujuan para "mursyid" yang can do no wrong. Tanpa
merenungkan, mau tahu tentang isyarat isyarat yang merupakan petunjuk ke ilmu
bathiniah yang tidak kasat mata. Sudah mendingan karena menjalankan ibadah ini melulu menjalankan kuwajiban terhadap Sang Pencipta. Tapi ajaran ilmu hakikat islam dan makrifat islam lebih membimbing umat islam ke jalan sabar dan kasih
pada sesama hidup, mengamalkan amanah
Islam – jadi rakhmatan lil alamin. Prof,
ini saya pandang sebagai tantangan zaman
Jadi menurut kaidah para wali
tanah jawa, setiap ksatrya itu harus menguasai keempat ilmu itu sekaligus. Itu
makna tembang anak anak bermain Ilir-ilir.
Atau kiasannya dalam cerita wayang dari Mahabharata, ksatyra itu dibolehkan beristri
empat, ( tidak ada dalam riwayat para wali jawa dan para sultan dari kerajaan isalam yang pertama di pulau jawa ina memelihara harem, karena sejatinya masyarakat jawa adalah matriarchat, beliau beliau menghindari menyakiti hati garwa-sigaring nyawa/belahan jiwa mereka), semua putri Brahmana, poligaminya Arjuna putra Pandu, disulap jadi kiasan menguasai ilmu ilmu islam Sebab wayang
kulit dari epos agama Hindu, yang merupakan wedda yang kelima, Mahabharata
telah digubah lagi oleh para wali islam tanah jawa menjadi alat pendidikan umum
untuk memeguhkan moral islami. Ini bukan sincretisme.
Lha para amtenaar pribhumi pada zamana
Hindia Belanda, menyembunyikan keislamannya yang kasat mata, mengamalkan ilmu
syari’at islam dan ilmu tarikat islam,
supaya tidak dicurigai tersangkut simpatisan pengikut Pengeran Diponegoro, ( keturunan
si pengikut dengan aspirasi yang sama dengan sang Pangeran Diponegoro lebih
memilih uzlah dengan heroic), tinggal si amtenaar keterlanjuran jadi abangan, karena
jadi amtenaar jaman penjajahan itu adalah seluruh ketercapaian duniawi seorang amtenaar besar atau kecil, seperti PNS
di era ordebaru dengan KKN nya yang sangat subur. Tapi diam diam mereka yang baik masih
menjunjung tinggi ajaran kakek moyangnya dengan menyelami tafsir mencari inti
kedua ilmu yang tidak kasat mata ini ajaran para Wali tanah jawa. Makanya ipar
saya yang Andi dari Bone, meskipun sudah membuang ke-andi-an-ya, di Bone dia
masih punya budak. Sangat meremehkan orang jawa yang sholat di rumah jarang ke
masjid, kencing masih berdiri ( urinoir dimana mana disediakan untuk kencing
berdiri, hanya disediakan gayung kecil untuk istinjak – saya ndak tahu, MUI kok
diam saja, kalau saya membaca buku
karangan dr Ahmad Ramali “Islamologi dan seksuologi”sebagai program studium generale wakatu kuliah). Sedang umum, mekipun kencing jingkok, moral dan
perilaku ya masih jalan ditempat. Soal kepedulian, sang ipar ini pernah
berdiskusi dengan saya mengenai tafsir kalimah Basmallah, saya ganti mengelus
dada, kapan buliau ini bisa menjadi
khalifah Allah di Bhumi ( Al Baqarah ayat 30) untuk menebar rakhman dan rakhimnya Allah ?
wong asma Allah hanya disebut saja, supaya kamu hai du’afa mohonlah kepada
Allah sendiri…….saya sudah menjalankan kelima wajib saya dengan iklhas dan
benar, begitulah kilahnya.
suntinga copy paste - quote:
Berani Gebrak Meja di Hadapan Presiden Soeharto, Ternyata Jenderal Ini Simpan 3 Jimat
Berani Gebrak Meja di Hadapan Presiden Soeharto, Ternyata Jenderal Ini Simpan 3 Jimat
Minggu,
28 Januari 2018 23:42
M
Jusuf dan Soeharto
Ia
juga merupakan salah satu keturunan bangsawan dari suku Bugis,
hal ini dapat dilihat dengan gelar Andi pada namanya.
Akan
tetapi ia melepaskan gelar kebangsawanannya itu pada tahun 1957 dan
tidak pernah menggunakannya lagi.
Dalam
posisi pemerintahan ia pernah menjabat sebagai Panglima
ABRI merangkap Menteri Pertahanan dan Keamanan pada
periode 1978 - 1983.
Selain
itu ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada
periode 1964 - 1974 dan juga Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan periode 1983 - 1993.
Kakak Angkat Ahok Ungkap 3 ‘Jimat’ Petta Ucu
Oleh
keluarganya jenderal Jusuf lebih dikenal dengan Sapaan Petta Ucu.
Keponakan
Jenderal Muhmmad Jusuf, Andi Analta Amier menceritakan ada 3 filosofi hidup dan
cara kerja pamannya.
Inilah
yang selalu dipegang sang jenderal layaknya 'jimat'.
Apa
tiga prinsip hidup itu?
"Petta Ucu itu, selalu mengajari kami,
hidup itu dimulai dari lempu (kejujuran), warani (berani), dan taro ada taro
gau atau getteng (amanah)."
"Kalau
kau jujur, maka kau akan berani, jika kau jujur dan berani, maka kau akan
amanah," ungkapnya.
Andi
Analta sendiri tak lain adalah kakak angkat Ahok.
Menurut Analta, Ahok sangat terinspirasi dengan kejujuran dan keberanian
Jenderal Jusuf. (Tribun Timur)
Artikel ini telah dipublikasikan di Tribun
Timur dengan judul "Pernah
Gebrak Meja di Rumah Soeharto, Terungkap inilah 3 ‘Jimat’ Jenderal Jusuf"
Kolase
Tribun Timur
Jenderal
Jusuf
TRIBUNNEWS.COM - Prof Salim Haji Said, Ph.D,
dalam bukunya berjudul: Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan
Otoriter Soeharto, menceritakan tentang jenderal-jenderal TNI di
sekeliling presiden ke-2 RI itu.
Salah
satu sosok yang ditulis apik oleh Salim
Said adalah mantan Panglima TNI ( (saat itu masih
bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI), Jenderal Muhammad
Jusuf.
Dia
dilantik tahun 1978 sebagai Menhankam/Pangab.
Banyak
yang kaget atas pengangkatan ini sebab Jenderal Jusuf sudah hampir 14 tahun
tidak berkarir di ABRI.
Sejak
tahun 1965, dia sudah menjadi menteri perindustrian.
Namun Soehartolah
yang punya kuasa. Maka jadilah M
Jusuf Panglima
ABRI.
Menariknya
dalam perjalananya sebagai Panglima ABRI, Jenderal Jusuf ‘bergerilya’ ke
barak-barak tentara di berbagai daerah.
Tak
heran jika Panglima yang satu ini sangat dicintai prajuritnya.
Salim
Said menulis popularitas Jenderal Jusuf bahkan
menyaingi Soeharto kala itu.
Kabarnya,
hal ini membuat Soeharto sempat ‘cemburu’ melihat
popularitas jenderal dari Bugis itu.
Halaman
Tags
Baca Juga
Editor:
Sugiyarto
Sumber: Tribun
Timur
unquote.
Surat saya kepada Prof Salim Said belum selesai, karena surat ini akan dibaca oleh pembaca blog saya yang tidak sebanyak pengikut artis atau politisi yang penuh gaya dan pesona, saya kira mustahil sang Profesor baca surat ini. Jadi ya saya bongkar uneg uneg saja.
Surat saya kepada Prof Salim Said belum selesai, karena surat ini akan dibaca oleh pembaca blog saya yang tidak sebanyak pengikut artis atau politisi yang penuh gaya dan pesona, saya kira mustahil sang Profesor baca surat ini. Jadi ya saya bongkar uneg uneg saja.
Falsafah para sastrawan
inteligensia jawa mengenal ilmu, bisa
diringkas dan bulat sekecil buah mrica yang diasah bulat, dan bila digelar bisa memenuhi dunia “ "Ilmu iku yen
drirngkes dadi sak mrica binubud, lamun digelar ngebaki jagad” Dan menafsirkan islam sebagai ilmu, bukan
sekedar ritual, makanya malah banyak disalah artikan oleh umat islam yag lain, falsafah ini sudah
mendarah daging sampai ke akar rumput. Orang tua tua mengerti konsep
kalimat bahwa Allah itu bisa jauh
tidak terbatas jaraknya bisa dekat dengan manusia tanpa bersinggungan. Ha kena
apa sudah disumpah dengan Beibel, dengan Al Qur’an, dengan atas nama Allah kok
masih dilanggar ? Karena pemukanya ya masih plin plan antara kepentingan
duniawi dan kepentingan ukhrowi. Gampangnya antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, itu yang dikerjakan para sahabat rsulullah, itu yang diresapi dalam batin Salahuddin al Ayyubi, itu yang diresapi Pak Jendral Yusuf alm, yang diresapi pak Jokowi.
Ini keharusan sejarah, wilayah tanah yang terisolir oleh lautan (kepulauan) dan terisolir oleh lautan pasir ( oasis) ini, perkembangannya terlambat, apalagi sudah puluhan abad diatur dengan masyarakat yang berlapis dengan kasta kasta, yan sangat cocok dengan masyarakat feodalisme.
Islam diwahyukan jauh sebelum Oliver Cromwel, isyarat untuk berdemokrasi terabaikan di masyarakat islam. Sedangkan demokrasi adalah kebebasan teraduknya lapisan lapisan itu karean azas penguasaan capital dan perangkatnya dengan lebih efisien, tidak mengenal hak istimewa dari keturuana bangsawan. Sedangkan masyarakat yang terisolir diatas, kebetulan adalah masyarakat islam, yang terlambat berdemokrasi, jadi secara harfiah kasta sudah dihapus, tapi secara kejiwaan kasta kasta itu masih ada – di Europa disindir dengan nama golongan parvenu, di kita orang kaya baru. Karena dimasyarakat lama dinamika perubahan kasta sangat dipersulit, harus menjiwai nobless oblique bahkan nunggu sampai mati dan berinkarnasi, di islam tidak ada itu. Lalu oleh zaman teknologi menjadi gerakan gerakan chaos menghalalkan segala cara tanpa disadari alias mabok– tapi bukan oleh khamar, tapi oelh pasar tekhnoekonomi jadi para santri ikutan korupsi dan KKN. Jadi pendidikan di masyarakat terisolir ini harus mempersiapkan penumpukan capital di masyarakat, lebih intense daripada penumpukan di pribadi, ini sebaik-baiknya azas moral egaliter, moral rukun islam ( dua ddiantara lima zakat sodakoh dibanding denga hadad sholan nai haju kegunaan peribadi dan tiga diantara lima untuk kepentingan sesama) seperti di isyaratkan oleh islam, dengan pelopornya Abu Dzar, sebab sudah sangat mendesak. Sebab ini tantangan zaman
Ini keharusan sejarah, wilayah tanah yang terisolir oleh lautan (kepulauan) dan terisolir oleh lautan pasir ( oasis) ini, perkembangannya terlambat, apalagi sudah puluhan abad diatur dengan masyarakat yang berlapis dengan kasta kasta, yan sangat cocok dengan masyarakat feodalisme.
Islam diwahyukan jauh sebelum Oliver Cromwel, isyarat untuk berdemokrasi terabaikan di masyarakat islam. Sedangkan demokrasi adalah kebebasan teraduknya lapisan lapisan itu karean azas penguasaan capital dan perangkatnya dengan lebih efisien, tidak mengenal hak istimewa dari keturuana bangsawan. Sedangkan masyarakat yang terisolir diatas, kebetulan adalah masyarakat islam, yang terlambat berdemokrasi, jadi secara harfiah kasta sudah dihapus, tapi secara kejiwaan kasta kasta itu masih ada – di Europa disindir dengan nama golongan parvenu, di kita orang kaya baru. Karena dimasyarakat lama dinamika perubahan kasta sangat dipersulit, harus menjiwai nobless oblique bahkan nunggu sampai mati dan berinkarnasi, di islam tidak ada itu. Lalu oleh zaman teknologi menjadi gerakan gerakan chaos menghalalkan segala cara tanpa disadari alias mabok– tapi bukan oleh khamar, tapi oelh pasar tekhnoekonomi jadi para santri ikutan korupsi dan KKN. Jadi pendidikan di masyarakat terisolir ini harus mempersiapkan penumpukan capital di masyarakat, lebih intense daripada penumpukan di pribadi, ini sebaik-baiknya azas moral egaliter, moral rukun islam ( dua ddiantara lima zakat sodakoh dibanding denga hadad sholan nai haju kegunaan peribadi dan tiga diantara lima untuk kepentingan sesama) seperti di isyaratkan oleh islam, dengan pelopornya Abu Dzar, sebab sudah sangat mendesak. Sebab ini tantangan zaman
quote dari blog ini:
BAGAMANA PARA ULAMA ISLAM DI PULAU JAWA MENGINGATKAN UMMATNYA PADA ABAD KE 15 -16, ZAMANNYA PARA WALI, DI KERAJAAN DEMAK BINTORO.
BAGAMANA PARA ULAMA ISLAM DI PULAU JAWA MENGINGATKAN UMMATNYA PADA ABAD KE 15 -16, ZAMANNYA PARA WALI, DI KERAJAAN DEMAK BINTORO.
Di youtube, cak Ainun Najib, malantunkan syair para wali tanah
jawa satu tembang dengan grup musikalnya “Kiai Kanjeng” tembang “Ilir
Ilir”, yang dalam perenungan saya sebagai the last generatiom of the
javanese" orang jawa generasi terkhir:
Ilir ilir….. ilir
ilir…….. Oi
angin sepoi datanglah
Tandure wong semilir….. Tanaman bibit padi
disawah sudah bangun
Tak ijo royo
royo………. Begtu hijau
berpendar segar
Tak sengguh penganten anyar… Kukira penganten baru
Cah angon 2 peneken blimbing kuwi… anak gembala 2
panjatlah pohin blimbing itu
Lunyu lunyu penekna……..meski sangat licin panjatlah
Kanggo masuh dodot-ira…. Untuk mencucuci kain dodotmu
Dodod-ira – dodod-ira……. Kain penghias pinggangmu
Kumitir badahing pinggir.. berkibar sobek di pinggir
Dom-ana, jlumat-ana......Jahit dan anyamlah dengan jarum dan
benang .
tak enggo seba mengko sore … akan kupakai meghadap nanti sore
Pupung padang rembulane…. Senyampang bulan purnama
Pupung jembar kalangane…senyampang luas lingkaran “halo”
sinarnya
Ya surak-a surak horee… bersoraklah sorak horeeeee.
sur
Syair tembang untuk bermain para bocah ini mengandung
pertunjuk yang dalam dan telak bagi kaum muslimin zaman itu di pulau Jawa, sampai sekarang (malah
hingga sekarang di seantero dunia), iyarat itu dari upaya cak Ainun bNajib berkeliling dunia dengan tembang itu meskipun di tembangkan beramai ramai oleh
anak anak dimana mana.( memangnya hidup ini bukan sekedar permainan ?) Lho lah maknanya kok nggak terilut ???.
Adapun makna yang saya renungkan adalah:
Situasi lagi sangat baik, pemindahan bibit ajaran baru (di abad
16) sudah tumbuh berkembang…..bibit padi disawah ditanam bersegi empat seluas sawah dari pembibitan sudah menggeliat
bangun. Maksudnya ajaran islam
dengan empat ajaran pokok yaitu ilmu ,ilmu syari’at islam, tarikat islam, ilmu
hakikat islam dan ilmu makrifat islam sudah tumbuh dengan bergairah. Menghijau
segar berpendar, begitu bersemangat sampai saya kira temanten baru. Cah angon2, para gembala
umat islam, ulama, nara praja ( abad ke 17), panjatlah pohon belimbing itu , yang buahnya bersisi
lima, yaitu kelima rukun islam, meskipun
pohonnya licin, sangat berat. Sebab buah belimbing ini akan aku pergunakan
untuk mencuci kain hiasan pinggangmu, jahitlah dan anyamlah menyatu kembali
sebagai kain yang bersegi empat ajaran pokok ilmu islam yang akan aku
jelaskan, ilmu srai’at islam, ilmu tarikat islam, ilmu hakikat islam, ilmu
makrifat islam. Sebab aku lihat kain dodotmu robek berkibar kibar di
pinggir diluar libatan pinggang, sebelah luar libatan dodot yang kasat
mata, artinya ilmu syari’at islam dan ilmu tarikat islam, jahit
dan anyamlah dodotmu dengan teliti. menyatu
kembali utuh sebagai kain bersegi empat artinya segi ilmu hakikat islam dan
ilmu makrifat islam yang ada dilibatan kain sebelah dalam. Agar aku bisa memakai kainya untuk menghadap nanti menjelang magrib, sehingga ilmu ilmu ini
menyatu keempat empatnya waktu matahari tenggelam dalam hidupku.
Kerjakanlah senyampang kondisi alammu masih baik. Maka bersoraklah dan
bergembiralah dengan bersorak horeeee.
Jadi penghadapan pada waktu magribnya hidup, alias mati, dapat dibicarakan dengan nyanyian permainan anak anak yang gembira diakhiri dengan sorak horeee.
Begitulah ajaran para wali islam di jawa, yang dilantunkan beramai ramai oleh ansambel alat musik gamelan jawa dan choir Kiai Kanjengnya cak Nun yang selamat sejahtera sampai keliling Dunia, sedang renungan ini ya begini saja, masih untung belum viral dadakwa ilmu klenik, bid'ah oleh para habib, dan dicerca dan dinista seperti uraian Doktor dari Amerika Nurcholis Madjid alm. Yang inti dari cercaan itu adalah pesan:
“Disini, Indonesia sekarang, banyak orang pandai , al
ustadz , al mukharom alim ulama ahli agama islam, buku dan artikel di e-media,
uraian agama islam bejibun yang didukung oleh Saracen, dan
khilafah dari Sabang sampai Maroko, kamu ndak usah bergaya merenung dan
berfikir sampai warisan para wali jawa segala, tanpa restu para saracen,MUI,
khilafah, aswaja, (koma) karena, selalu saja ada sayap sayap organisasi organisasi itu
yang lebih tegas layakya pegas forged in fires yang sangat berbahaya
dan ngawur tanpa kendali dari organisasi induknya, malah dapat dukungan
dari anak autis kita yang gagah perkasa” *)
unqoute
Terima
kasih, wasalamu’alaikum warahmatulahiwabarokatuh.
0 comments:
Posting Komentar