Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Kamis, 01 Februari 2018

SURAT KEPADA PROF.DR. SALIM SAID

SURAT KEPADA PROF.DR. SALIM SAID.

Yang saya hormati Prof. Dr.  Salim Said, assalamu’alaikum  warakhatullahiwabarokatuh.

Saya belum pernah bertemu anda, belum pernah mendengar  suara anda sebelum saya temukan anda di youtube, dalam  rekaman pembicaraan mengenai tragedy kemanusiaan tahun 1965.  Acara ILC ( Indonesian Lawyers Club) asuhan bang Karni
Perkenankan saya memperkenalkan diri saya :                         Kebetulan tahun itu saya baru lulus sebagai sarjana pertanian, sekarang usia saya sudah delapan puluh tahun.  
Di zaman yang keruh itu saya berkerja serabutan dua tahun, kemudian bekerja di perkebuna  Kopi swasta  kemudian pindah di Perkebunan  kopi dan karet diwilayah Banyuwangi  juga – bekas perkebunan swasta milik warga Belanda,  dijual HGUnya kepada kelompok pedagang cina di Surabaya. Keadaan habis rusak parah akibat policy pendudukan Jepang, tanah perkebunan kopi  dijadikan kebun jagung selama tiga tahun, bidang sadapan karet sebagian besar dibuat sadap mati.  Kemudian bekerja sebagai penyuluh pertanian khususnya pemakaian pesticide untuk program Bimas/ Inmas padi dan polowijo ( terutama kedelai dan kapas, termasuk pengendalian hama kelapa di Sulawesi  utara, hama tambak ikan bandeng  di perairan air payau, meliput  semua problem hama penyakit tanaman perkebunan di Lembaga Lembaga Penelitian, didaerah  Indonesia Timur, jadi yang menggaji saya adalah pabrik produsen pestisida yang berpusat di Jerman dan Inggris.  Saya retired th 1995. Sekarang umur saya sudah 80 tahun, Alhamdulillah.
Sejak zaman penjajahan keluarga kami hidup di Surabaya dengan 8 bersaudara, semua pengagum  setia Bung  Karno, mengerti dan sadar tujuan ajaran beliau.  Menghadapi politik represi berat orde baru denga segenap ke-pura puraan-nya euphemisme yang sangat sinis, memperlakukan semena mena Bung Karno,  kami sangat menderita bathin, tapi kami selalu mendapatkan surat bersih diri, tidak tersangkut langsung atau tidak  langsung G30S PKI.  Karena kecintaan kami pada Bung Karno  sebagai inspirator kami, kami lakukan sebagai rakyat umumnya ,  tidak pernah  tergabung dalam organisasi, melainkan sebagai the silent  majority.                                              Istri saya Pegawai Negeri di Departemena PU.  Terus terang keluarga besar kami kaum menengah yang abangan, mendapat pelajaran islam secara turun temurun, dekat sekali dengan Kejawen. Dengan perjalanan waktu dan pergaulan kami,  kami bertukar   pencerahan syari’at islam  
dari sesama tetangga di kompleks perumahan PNS Poject PU, yang kebetulan  teman membersihkan halaman complex  kami, dia  lebih muda dari saya 10 tahun, waktu mahasiswa menurut pengakuan dia teman setia seorganisasi dengan Amir Biki,  pemeran utama peristiwa Tanjung Priok.  Pertukaran pencerahan ini menjadikan dia condong ke ahlul sunnah wal jamaah, ikut menggali kembali ajaran peninggalan para wali islam tanah jawa. Dan aktip  berdakwah dikalangan akar rumput itu, sepuluh tahun yang lalu beliau telah tiada, inalillahi wa innalillahi rojiuun.
Keluarga baru kami salah satu diantara yang sedikit, bisa menjalani hidup cukup diantara PNS yang beruntung, tanpa korupsi.  Kecuali  istri saya mendapatkan jatah SPJ ( Surat Perintah Jalan)  sebagai tambahan gaji, karena istri saya juga sarjana pertanian, digaji oleh Project Pengairan untuk penyelenggaraan sebatas soft ware tata guna air petani petak sawah saluran tersier.  
Mengikuti dengan sangat mengerti, semua langkah represi  dan intimidasi halus dan kasar yang di lepas oleh mereka  yang  mendapat mandat dari   orde baru lewat Korpri dan Golkar, dalam penyelenggarakan screening test mendatangkan staff satu dari Kodam secara periodik, didampingi oleh  Pimpro, bisa Kepala Dinas Propinsi bisa Kanwil yang dekat dengan Gupernur. Atau Pentolan Golkar tingkat Propinsi yang terintegrasi dengan Kodam dan Kodim. Semua didampingi dengan pasangannya sebagai Kartika Candra Kirana, atau Dharma Wanita. Saya bisa ikut  menyaksikan betapa kokoh dan bahagianya kelas baru dalam masyarakat kita,  kelas elite keluarga Golkar, elit keluarga Korpri, dan elite keluarga ABRI pada saat itu. Menyamai  penjelmaan dari masyarakat  Gandari putra dari Hastinapura.
Sebagai counterpart dari para PNS bagian Peyuluhan bidang  Petanian,saya jalankan tugas saya dengan sungguh sungguh. Tidak ada minggu tanpa pertemuan  di kelurahan dan saung para petani.
Saya kira perkenalan diri saya ini sudah lebih dari cukup kepada Prof. Dr. Salim Said, saya bisa pastikan bahwa beliau  adalah  “crème de la crème”  dari masyarakat  Sulawesi Selatan yang mewarisi tradisi  Masyarakat Bugis dalam jiwanya – seperti yang dilukiskan beliau tentang jendral Jusuf  Alm. dalam  pernyataannya di lansir oleh Tribun News di google, saya copy paste dibawah.
Saya sangat lega, mendengar pencerahan anda Prof,   ulasan anda mengenai tragedi kemanusiaan  genocide tahun 1965, yang intinya “Buang segala trauma akibat  amuk massal ditingkat akar rumput dan penistaan bung Karno hingga wafatnya oleh ordebaru, yang sungguh sangat melukai jiwa kami pecintanya.”  Karena kami tahu Bung Karno tidak pernah berlaku kasar terhadap lawan ideologinya meskipun terhadap ideology pedukung yang pro neo kolonialisme Amerika.  Memang sebagai Negara yang baru berkembang,  menangkal nekolim adalah wajar menurut saya, adapun Hukum Negara diberlakukan terhadap DI/TII yang sudah nyata berbuat makar melemparkan granat kepada Bung Karno seperti pelaku Peristiwa Cikini yang menelan korban anak anak TK, hukuman terhadap mereka itu bukan balas dendam pribadi, kami the silent majority  mengerti mengenai hal ini. Prof Mahfud M D pun sangat mengerti. Kami  berintrospeksi sejujurnya.  Semoga dari sisi lain  sang pemenang,  seperti pecinta Pak Harto Mayor jendral Kiflan Zen berbuat yang sama. . Sehingga generasi  dibawah kita tidak terbebani oleh dusta sejarah,  tanpa bisa melangkah kedepan menyongsong matahari terbit .  Hari depan generasi penerus kita akan selalu diterangi oleh pelajaran sejarah bangsa ini, karena kita berani setulusnya mengakui  semua kejadian yang sebenarnya.
Yang saya kepingin mengemukakan kepada anda, bahwa sekilas Pak Prof Salim  dalam acara ILC itu,  menggambarkan bahwa  pak Harto adalah kaum priyayi Jawa, yang meskipun sangat religious tapi islamnya adalah islam jawa,  islam makrifat,  dekat dengan kejawen.  Menurut Pof. Salim Said, guru beliau belakangan dalam ilmu  syari’ah islam adalah Kasim Nurseha, kemudian Prof. Qurais Sihab.
Islam Jawa, bukan sempalan, melainkan satu tafsir dari ajaran Islam yang disiapkan oleh Wali tanah Jawa sejak abad ke 12 M, untuk mengimbangi ajaran Hindu yang sudah berabad abad ada di tanah Jawa, telah membangun basis ekonomi yang kokoh. Yaitu persawahan dengan pengairan dilereng lereng gunung yang subur, sawah  berundak, dengan menyimpangkan sungai kecil dan mengalirkannya sepanjang   punggung lereng, untuk membuat lapik lapik sawah sesuai contour tanah dilereng bawahnya, selanjutnya diciptakan pembagian air di lapik lapik sawah seperti subak di Bali. Sebelum itu mereka berladang berpindah pindah dengan segala kesulitannya.
Sedangkan para Wali Islam tanah jawa mulai abad ke 12 sudah membangun sawah di rawa rawa, tanah yang sudah diterlantarkan oleh kekuasaan Kerajaan Kerajaan Hindu, dengan kelebihan yang menyertainya yaitu transportasi dengan perahu datar sepanjang sawah rawa ke penyosohan dan pelabuhan, lewat parit dan kanal. Pekerjaan berat dan skala besar ini menggali tanah rawa untuk saluran saluran adalah pekerjaan yang memerlukan kerja bersama orang orang yang sangat banyak dan berat,  dibawah komado pemimpin yang sangat mengerti, baik teknis maupun managemen  orang. Ini yang tidak pernah disinggung oleh ahli sejarah kita.
Para Wali tanah Jawa mengerti bahwa ada firman Allah yang mengatakan setiap manusia didampingi oleh empat malaikat selama hidupnya, selain malaikan Mungkar dan Nakir. Ini disesuaikan oleh para Wali Islam dengan kepercayaan jawa sebelum Hindu, adanya saudara  yang empat, lahir dalam sehari dengan si jabang bayi               Yaitu “kakang kawah adi ari ari yang lahir dalam sehari” yaitu air ketuba, tali pusar, ari ari, dan darah ibu yang melahirkan. Di Bali dinamakan catur sanak, diuraikan cara menyapanya dengan tulisan yang diambil dari kropak kuno Kandapat Sari Himpunan Gde Bandesa. Mereka ini saudara esoteric yang selalu bisa dimintai pertolongan dengan menjalani satu ritual yang diberikan oleh para Guru bergelar Ajar atau  Ki Hajar.( bukan Ki Hajar Dewantoro). Setelah itu ajaran Islam sendiri setelah khalifaurasyiddin, timbul satu uraian bahwa sejatinya Islam itu mengandung ajaran empat warna, dua yang pertama menyangkut gerakan lahiriyah dan dua yang kemudian menyangkut getaran bathiniah, sesuai dengan nafsu yang empat warna juga, karunia Allah yang konon gunung gunung dan malaikat segan untuk menerimanya. Pelajarannya adala ilmu syariat islam, ilmu tarikat islam, ilmu hakikat islam dan ilmu makrifat islam atau tasawuf.  Pelajaran ini diperlukan untuk menjaga moral dan perilaku para wangsa ksatrya dan wangsa brahmana yang telah menjadi mu’alaf guna memimpin masyarakat untuk membangun persawahan di lahan terbengkalai itu, satu perkerjaan yang memerlukan upaya maksimal seluruh tenaga dan semangat bekerja-nya, meskipun sukarela, bergotong royong tanpa dibayar atau iming iming apapun, kecuali kebebasan bercocok tanam sebagai ikut jadi pemilik lahan. Ini juga dilakukan oleh Bung Karno dan Pak Harto ( hanya program Bulognya sudah digunakan countepartnya untuk memperkaya Himpunannya - baru kemudian pak Harto sadar - mencurinya si counterpart - terlalu banyak.
 - dioper kembali oleh beliau).
Lha jadi pelajaran ilmu makrifat islam dan ilmu hakikat islam diajarkan pada kaum inteligensia mualaf ini. Yang kastanya dalam Hindu lebih tinggi, demi mengimbangi moral karmapala dan Dharma.  Itu yang sampai berabad abad diwariskan pada kami, dan pak Harto, juga kemungkinan besar pak Jokowi, dan kebanyakan murid ahlul sunah wal jamaah yang mendapatkannya dari  para Wali tanah Jawa sejak abad ke 12, lewat para Kiainya secara estafet dan sorogan ( dar mulut ke mulut) para wali islam ini tidak pernah mengajarkan paham islam abangan, terbukti di tembang dolanan anak anak "Ilir Ilir" digubah oleh Sunan Giri Kedaton, cak Nun bilang Sunan Kalijogo, wong ndak minta hak cipta, jadi pokoknya Wali Islam abad ke 13 M.  Tembang permainan anak anak ini menjelaskan bahwa keempat ilmu itu harus dijahit jadi satu, sebagai kain dodot penghias pinggang. Tembang dolanan itu dilantunkan kembali oleh cak Ainun Najib, dengan ansambel gamelan Kiai Kanjeng berkeliling Dunia, semoga juga dijelaskan maknanya  !                                                                                                           Kepercayaan diri para Wali tanah jawa ini telah berani memeras  dari isyarat isyarat ilmu syari’at islam dan ilmu tarikat islam yang kasat mata merupakan tafsir beliau beliau dari gerakan dan ucapan bacaan kalamullah waktu sholat wajib, ilmu syari’at islam dan tarikat islam. ini tidak pernah difikirkan bahkan oleh kaum yang menurut dia paling islam dari ajaran Al Mukharom Abdul Wahab dari Saudi Arabia, bahwa ilmu kasat mata,tanpa mau tahu dua yang tidak kasat nata, yang mereka bela sampai titik darah yang penghabisan bahkan memukul bedug saja ya enggan, karena tidak ada di ilmu yang kasat mata itu. Meskipun  ini mengandung isyarat kedua ilmu bathin ini sangat sederhana, mudah dicerna, yaitu ilmu hakikat islam dan ilmu makrifat islam karena di design Allah untuk orang sedunia, ndak sulit, ndak menjadikan orang pusing, malah gila, atau saling bertengkar dan bunuh membunuh.
Mereka di timur tengah mengamalkan ilmu syari’at islam dan tarikat islam dengan taklid dan khusyuk. Taklid ini jadi tujuan para "mursyid" yang can do no wrong.                                                                                                               Tanpa merenungkan, mau tahu tentang isyarat isyarat yang merupakan petunjuk ke ilmu bathiniah yang tidak kasat mata. Sudah mendingan karena menjalankan ibadah ini melulu menjalankan kuwajiban terhadap Sang Pencipta. Tapi ajaran ilmu hakikat islam dan makrifat islam lebih membimbing umat islam ke jalan sabar dan kasih pada sesama hidup,  mengamalkan amanah Islam – jadi rakhmatan lil alamin. Prof, ini saya pandang sebagai tantangan zaman
Jadi menurut kaidah para wali tanah jawa, setiap ksatrya itu harus menguasai keempat ilmu itu sekaligus. Itu makna tembang anak anak bermain Ilir-ilir. Atau kiasannya dalam cerita wayang dari Mahabharata, ksatyra itu dibolehkan beristri empat, ( tidak ada dalam riwayat para wali jawa dan para sultan dari kerajaan isalam yang pertama di pulau jawa ina memelihara harem, karena sejatinya masyarakat jawa adalah matriarchat, beliau beliau menghindari menyakiti hati garwa-sigaring nyawa/belahan jiwa mereka), semua putri Brahmana, poligaminya  Arjuna putra Pandu, disulap jadi kiasan menguasai ilmu ilmu islam Sebab wayang kulit dari epos agama Hindu, yang merupakan wedda yang kelima, Mahabharata telah digubah lagi oleh para wali islam tanah jawa menjadi alat pendidikan umum untuk memeguhkan moral islami. Ini bukan sincretisme.
Lha para amtenaar pribhumi pada zamana Hindia Belanda, menyembunyikan keislamannya yang kasat mata, mengamalkan ilmu syari’at islam dan ilmu  tarikat islam, supaya tidak dicurigai tersangkut simpatisan pengikut Pengeran Diponegoro, ( keturunan si pengikut dengan aspirasi yang sama dengan sang Pangeran Diponegoro lebih memilih uzlah dengan heroic), tinggal si amtenaar keterlanjuran jadi abangan, karena jadi amtenaar jaman penjajahan itu adalah seluruh ketercapaian duniawi  seorang amtenaar besar atau kecil, seperti PNS di era ordebaru dengan KKN nya yang sangat subur.  Tapi diam diam mereka yang baik masih menjunjung tinggi ajaran kakek moyangnya dengan menyelami tafsir mencari inti kedua ilmu yang tidak kasat mata ini ajaran para Wali tanah jawa. Makanya ipar saya yang Andi dari Bone, meskipun sudah membuang ke-andi-an-ya, di Bone dia masih punya budak. Sangat meremehkan orang jawa yang sholat di rumah jarang ke masjid, kencing masih berdiri ( urinoir dimana mana disediakan untuk kencing berdiri, hanya disediakan gayung kecil untuk istinjak – saya ndak tahu, MUI kok diam saja,  kalau saya membaca buku karangan dr Ahmad Ramali “Islamologi dan seksuologi”sebagai program studium generale wakatu kuliah). Sedang umum, mekipun kencing jingkok, moral dan perilaku ya masih jalan ditempat. Soal kepedulian, sang ipar ini pernah berdiskusi dengan saya mengenai tafsir kalimah Basmallah, saya ganti mengelus dada, kapan  buliau ini bisa menjadi khalifah Allah di Bhumi ( Al Baqarah ayat 30)  untuk menebar rakhman dan rakhimnya Allah ? wong asma Allah hanya disebut saja, supaya kamu hai du’afa mohonlah kepada Allah sendiri…….saya sudah menjalankan kelima wajib saya dengan iklhas dan benar, begitulah kilahnya.
suntinga copy paste - quote:
Berani Gebrak Meja di Hadapan Presiden Soeharto, Ternyata Jenderal Ini Simpan 3 Jimat
Minggu, 28 Januari 2018 23:42

M Jusuf dan Soeharto 

Ia juga merupakan salah satu keturunan bangsawan dari suku Bugis, hal ini dapat dilihat dengan gelar Andi pada namanya.
Akan tetapi ia melepaskan gelar kebangsawanannya itu pada tahun 1957 dan tidak pernah menggunakannya lagi.
Dalam posisi pemerintahan ia pernah menjabat sebagai Panglima ABRI merangkap Menteri Pertahanan dan Keamanan pada periode 1978 - 1983.
Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada periode 1964 - 1974 dan juga Ketua  Badan Pemeriksa Keuangan periode 1983 - 1993.
Kakak Angkat Ahok Ungkap 3 ‘Jimat’ Petta Ucu
Oleh keluarganya jenderal Jusuf lebih dikenal dengan Sapaan Petta Ucu.
Keponakan Jenderal Muhmmad Jusuf, Andi Analta Amier menceritakan ada 3 filosofi hidup dan cara kerja pamannya.
Inilah yang selalu dipegang sang jenderal layaknya 'jimat'.
Apa tiga prinsip hidup itu?
 "Petta Ucu itu, selalu mengajari kami, hidup itu dimulai dari lempu (kejujuran), warani (berani), dan taro ada taro gau atau getteng (amanah)."
"Kalau kau jujur, maka kau akan berani, jika kau jujur dan berani, maka kau akan amanah," ungkapnya.
Andi Analta sendiri tak lain adalah kakak angkat Ahok.                                                                           Menurut Analta, Ahok sangat terinspirasi dengan kejujuran dan keberanian Jenderal Jusuf. (Tribun Timur)
Artikel ini telah dipublikasikan di Tribun Timur dengan judul "Pernah Gebrak Meja di Rumah Soeharto, Terungkap inilah 3 ‘Jimat’ Jenderal Jusuf"
Kolase Tribun Timur
Jenderal Jusuf 
TRIBUNNEWS.COM - Prof Salim Haji Said, Ph.D, dalam bukunya berjudul: Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto, menceritakan tentang jenderal-jenderal TNI di sekeliling presiden ke-2 RI itu.
Salah satu sosok yang ditulis apik oleh Salim Said adalah mantan Panglima TNI ( (saat itu masih bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI), Jenderal Muhammad Jusuf.
Dia dilantik tahun 1978 sebagai Menhankam/Pangab.
Banyak yang kaget atas pengangkatan ini sebab Jenderal Jusuf sudah hampir 14 tahun tidak berkarir di ABRI.
Sejak tahun 1965, dia sudah menjadi menteri perindustrian.
Namun Soehartolah yang punya kuasa. Maka jadilah M Jusuf Panglima ABRI.
Menariknya dalam perjalananya sebagai Panglima ABRI, Jenderal Jusuf ‘bergerilya’ ke barak-barak tentara di berbagai daerah.
Tak heran jika Panglima yang satu ini sangat dicintai prajuritnya.
Salim Said menulis popularitas Jenderal Jusuf bahkan menyaingi Soeharto kala itu.
Kabarnya, hal ini membuat Soeharto sempat ‘cemburu’ melihat popularitas jenderal dari Bugis itu.
Halaman
Tags 
Baca Juga
Editor: Sugiyarto
Sumber: Tribun Timur
unquote.

Surat saya  kepada Prof Salim Said belum selesai, karena surat ini akan dibaca oleh pembaca blog saya yang tidak sebanyak pengikut artis atau politisi yang penuh gaya dan pesona, saya kira mustahil sang Profesor baca surat ini. Jadi ya saya bongkar uneg uneg saja.
Falsafah para sastrawan inteligensia jawa mengenal ilmu,  bisa diringkas dan bulat  sekecil buah mrica yang diasah bulat, dan bila digelar bisa memenuhi dunia “ "Ilmu iku yen drirngkes dadi sak mrica binubud, lamun digelar ngebaki jagad Dan menafsirkan islam sebagai ilmu, bukan sekedar ritual, makanya malah banyak disalah artikan  oleh umat islam yag lain, falsafah ini sudah mendarah daging sampai ke akar rumput. Orang tua tua mengerti  konsep  kalimat  bahwa Allah itu bisa jauh tidak terbatas jaraknya bisa dekat dengan manusia tanpa bersinggungan. Ha kena apa sudah disumpah dengan Beibel, dengan Al Qur’an, dengan atas nama Allah kok masih dilanggar ? Karena pemukanya ya masih plin plan antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrowi. Gampangnya antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, itu yang dikerjakan para sahabat rsulullah, itu yang diresapi dalam batin Salahuddin al Ayyubi, itu yang diresapi Pak Jendral Yusuf alm, yang diresapi pak Jokowi.

Ini keharusan sejarah, wilayah tanah yang terisolir oleh lautan (kepulauan) dan terisolir oleh lautan pasir ( oasis) ini, perkembangannya terlambat, apalagi sudah puluhan abad diatur dengan masyarakat yang berlapis dengan kasta kasta, yan sangat cocok dengan masyarakat feodalisme.  
Islam diwahyukan jauh sebelum Oliver Cromwel, isyarat untuk berdemokrasi terabaikan di masyarakat islam. Sedangkan demokrasi adalah kebebasan teraduknya lapisan lapisan itu karean azas penguasaan capital dan perangkatnya dengan lebih efisien, tidak mengenal hak istimewa dari keturuana bangsawan. Sedangkan masyarakat yang terisolir diatas, kebetulan adalah masyarakat islam, yang terlambat berdemokrasi, jadi secara harfiah kasta sudah dihapus, tapi secara kejiwaan kasta kasta itu masih ada – di Europa disindir dengan nama golongan parvenu, di kita orang kaya baru. Karena dimasyarakat lama  dinamika perubahan kasta  sangat dipersulit, harus menjiwai nobless oblique bahkan nunggu sampai mati dan berinkarnasi, di islam tidak ada itu. Lalu oleh zaman teknologi menjadi gerakan  gerakan chaos menghalalkan segala cara tanpa disadari alias mabok– tapi bukan oleh khamar, tapi oelh pasar tekhnoekonomi jadi para santri ikutan korupsi dan KKN. Jadi pendidikan di masyarakat terisolir ini harus mempersiapkan penumpukan capital di masyarakat, lebih intense daripada  penumpukan di pribadi, ini sebaik-baiknya azas moral egaliter, moral rukun islam ( dua ddiantara lima zakat sodakoh dibanding denga hadad sholan nai haju kegunaan peribadi dan tiga diantara lima untuk  kepentingan sesama) seperti di isyaratkan oleh islam, dengan pelopornya Abu Dzar, sebab sudah sangat mendesak. Sebab ini tantangan zaman

quote dari blog ini:
BAGAMANA PARA ULAMA ISLAM DI PULAU JAWA MENGINGATKAN UMMATNYA PADA ABAD KE 15 -16, ZAMANNYA PARA WALI, DI KERAJAAN DEMAK BINTORO.

Di youtube, cak Ainun Najib, malantunkan syair para wali tanah jawa satu tembang dengan grup musikalnya “Kiai Kanjeng” tembang  “Ilir Ilir”, yang dalam perenungan saya sebagai the last generatiom of the javanese" orang jawa generasi terkhir:
Ilir ilir….. ilir ilir……..            Oi angin sepoi datanglah 
Tandure wong semilir…..    Tanaman bibit padi disawah sudah bangun
Tak ijo royo royo……….         Begtu hijau berpendar  segar  
Tak sengguh penganten anyar… Kukira penganten baru
Cah angon 2  peneken blimbing kuwi… anak gembala 2 panjatlah pohin blimbing itu
Lunyu lunyu penekna……..meski sangat licin  panjatlah
Kanggo masuh dodot-ira…. Untuk mencucuci kain dodotmu
Dodod-ira – dodod-ira……. Kain penghias pinggangmu 
Kumitir badahing pinggir.. berkibar sobek di pinggir
Dom-ana, jlumat-ana......Jahit dan anyamlah dengan jarum dan benang.
tak enggo seba mengko sore … akan kupakai meghadap nanti sore
Pupung padang rembulane…. Senyampang bulan purnama
Pupung jembar kalangane…senyampang luas lingkaran “halo” sinarnya 
Ya surak-a  surak horee… bersoraklah sorak horeeeee.
 sur
Syair tembang untuk bermain para bocah ini mengandung  pertunjuk yang dalam dan telak bagi kaum muslimin zaman itu di pulau Jawa, sampai sekarang (malah hingga sekarang di seantero dunia), iyarat itu dari upaya cak Ainun bNajib berkeliling dunia dengan tembang itu meskipun di tembangkan beramai ramai oleh anak anak dimana mana.( memangnya hidup ini bukan sekedar permainan ?) Lho lah maknanya kok nggak terilut  ???.
Adapun makna yang saya renungkan adalah: 
Situasi lagi sangat baik, pemindahan bibit ajaran baru (di abad 16) sudah  tumbuh berkembang…..bibit padi disawah ditanam bersegi empat seluas sawah dari pembibitan sudah menggeliat bangun. Maksudnya ajaran islam dengan empat ajaran pokok yaitu ilmu  ,ilmu syari’at islam, tarikat islam, ilmu hakikat islam dan ilmu makrifat islam  sudah tumbuh dengan bergairah. Menghijau segar berpendar, begitu bersemangat sampai saya kira temanten baru.       Cah angon2, para gembala umat islam, ulama, nara praja ( abad ke 17), panjatlah pohon belimbing itu , yang  buahnya bersisi lima, yaitu kelima rukun islam, meskipun pohonnya licin, sangat berat. Sebab buah belimbing ini akan aku pergunakan untuk mencuci kain hiasan pinggangmu, jahitlah dan anyamlah menyatu kembali sebagai kain yang bersegi empat ajaran pokok ilmu islam yang akan aku jelaskan, ilmu srai’at islam, ilmu tarikat islam, ilmu hakikat islam, ilmu makrifat islam. Sebab aku lihat kain dodotmu robek  berkibar kibar di pinggir diluar libatan pinggang,  sebelah luar libatan dodot yang kasat mata, artinya  ilmu syari’at islam dan ilmu tarikat islam, jahit dan anyamlah dodotmu dengan teliti. menyatu kembali utuh sebagai kain bersegi empat artinya segi ilmu hakikat islam dan ilmu makrifat islam yang ada dilibatan kain sebelah dalam. Agar aku bisa memakai kainya untuk menghadap nanti menjelang magrib, sehingga ilmu ilmu ini menyatu keempat empatnya waktu matahari tenggelam  dalam hidupku. Kerjakanlah senyampang  kondisi alammu masih baik. Maka bersoraklah dan bergembiralah dengan bersorak  horeeee.                           

 Jadi penghadapan pada waktu magribnya hidup, alias mati, dapat dibicarakan dengan nyanyian permainan anak anak yang gembira diakhiri dengan sorak horeee.

Begitulah ajaran para wali islam di jawa, yang dilantunkan beramai ramai oleh ansambel alat  musik gamelan jawa dan choir Kiai Kanjengnya cak Nun yang selamat sejahtera sampai keliling Dunia, sedang renungan ini ya begini saja, masih untung belum viral dadakwa ilmu klenik, bid'ah  oleh para habib, dan dicerca dan dinista  seperti uraian Doktor dari Amerika Nurcholis Madjid alm. Yang inti dari cercaan itu adalah pesan: 
“Disini, Indonesia sekarang,  banyak orang pandai , al ustadz , al mukharom alim ulama ahli agama islam, buku dan artikel di e-media,  uraian agama islam bejibun yang  didukung oleh Saracen, dan  khilafah dari Sabang sampai Maroko, kamu ndak usah bergaya merenung dan berfikir sampai warisan para wali jawa segala, tanpa restu para saracen,MUI, khilafah, aswaja, (koma) karena,  selalu saja ada sayap sayap  organisasi organisasi itu  yang lebih  tegas layakya pegas forged in fires yang sangat berbahaya  dan ngawur tanpa kendali dari organisasi induknya, malah dapat dukungan dari anak autis kita yang gagah perkasa” *)
unqoute


Terima kasih, wasalamu’alaikum warahmatulahiwabarokatuh.

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More