Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Sabtu, 03 Maret 2018

INI TAFSIR YANG PENGHABISAN

INI YANG PENGHABISAN,  PENAFSIRAN DAN HARAPAN SAYA,  TERHADAP MA’IYAH

Baru tiga minggu ini saya merunuti minat saya mendengarkan ceramah Cak Nun, yang ternyata banyak sekali, ratusan ceramah di you tube di face book dan ahirnya saking penasaran saya tanyakan di Mbah Google, dengan kata kunci “ma’iyah” ketemu-  piagam tentang perilaku kelurga ma’iyah. Jadi bila berminat silakan buka sendiri, di you tube atau di google caknun.com.

Pada pokoknya kelurga besar pecinta dan pendengar ceramah ma’iyah ini supaya aktip menggiatkan bersodakoh dan berpuasa dalam arti seluas luasnya, ini perilaku  nyata  anjuran ma’iyah yang digelar oleh Cak Nun.

Sudah kadung saya respond di artikel saya di idesubagyo.blogspot.com tiga minggu terakir ini, untungnya kok ya banyak yang nyenggol.
Pokok dasarnya para warga ma’iyah yang kebanyakan remaja islam, dianjurkan berfikir lateral / menyamping , jangan cuma ndlujur atau linear saja, dan bisa menyimak kritisi atau pelurusan  buah tutur Cak Nun, yang pakar dalam menganalisa semua kejadian  secara lateral ditambah spiral naik, apapun tafsir islami yang unik,   saya yakin diterima oleh lain fihak, kadang terasa nylekit. Anehnya reaksi tokoh tokoh pihak lain kok cuek bebek saja, bukan bereaksi meledak kayak kemarahan mereka terhadap putra Pertiwi Ulil Absar Abdullah  atau Dr. Nurkholis Majid  alm..

 Saya rasa ada daya adhikodrati yang selalu memancar dari  pernyataannya disetiap kesempatan ceramah, bahwa beliau sudah mampu menyatukan rasa cintanya yang mendalam dalam setiap expresi  ceramah yang selalu unik, kepada alam seisinya, meskipun kenyataan ceramah ceramahnya itu penuh dengan canda malah “pisuhan” Suroboyo-an yang tandas. Lain sekali dengan pencerahan oleh ulama kharisrmatik dari aliraan agama lain, sebelumnya yang memperoleh sambutan hebat seperti Krisnamurti. Ini bukan sekedar memuji, tanpa kritik, terutama waktu beliau menggelar gagasannya dan mendapat tanggapan dari hadirin pengikut ceramah. Apapun pertanyaannya tidak pernah dijawab seperti penceramah kondang lain, yang selalu dengan komentar klise “pertanyaan anda baik sekali”, malah apapun jawaban pada pertanyaan pendengar ceramah selalu dijawab dengan pertanyaan dari cak Nun, yang jawabannya sudah disiapkan  oleh beliau sendiri, lebih pas menurut beliau. Krisnamurti, pencerah intelaktual di Europa sebelum PD II, malah membubarkan komunitasnya di Europa, "komunitas White Lodge" karena beliau merasa para pendengar pemerhati ceramahnya yang sudah ratusan ribu, malah sudah membuat badan Keuangan, di Europa, menggantungkan diri kepadanya untuk menata kolbu masing masing, sedangkan maksud beliau hampir mirip maksud cak Nun.
Bukan sombong, tapi mendikte.  Saya juga ada ditempat dimana kejadian yang beliau ceritakan. Kala itu duh sulitnya mencari makan, sedang ibu saya selalu mendesak saya, mbok cari kerjaan, saya harus lulus screening tidak terlibat langsung atau tidak langsung G30S. PKI padahal bapak saya orang Madiun, beberapa kerabat dekat menjadi pegawai lapangan di Kehutanan, ikut disembelih. 
Padahal belau beliau sama sekali tidak tahu penghianatan G30S PKI di Jakarta, apalagi di Lubang Buaya, nyatanya harus memikul dosa menereka, yang ikut menyerang  Kiai. kerabatnya cak Nun, bukan diproses secara hukum, langsung diamankan oleh drop dropan membawa parang dibelakangnya tentara bersenjata lengkap. istilahnya waktu itu. Apa itu bukan persoalan "sedumuk bathuk senyari bhumi", tanah HGU pabrik Gula di Jombang, dimana pegawai Petugas lapagan Kehutanan di Madiun tidak tahu menahu. ? Ya sudah lah, memang CIA juga membagi pil bangga diri sebangsa heroin untuk menyemangati yang sedang bertengkar, supaya ndadi. 
Kita  sekarang sedang menghadapi tugas yang sangat besar, sangat berat, membangun sentra produksi pangan dan sarana hidup manusia sedunia dari resources tanah air kita yang masih luas ini, dan pasti dapat dibangun sawah, juga di rawa rawa Papua di Digul, di Asmat, karena dilahan ada air waktu kemarau, disabuk tropik, pasti bisa jadi sawah, seperti para wali tanah jawa melandasi masyarakat Demak Bintoro. Demi mengimbangi ihtikar internasional jahudi timur dan china barat yang menghimpit kemanusiaan. Ma'iyah adalah harapan saya yang nampak  sekarang, yang aman dan damai penuh rakhman dan rakhim, menjadi rakhmatan lil alamin.
Sampai screening tahun tahun terakhir Pemerintahan Jendral Suharto, masih jadi batu sandungan. Mulai dari RT/RW Koramil dan kodim. Kebencian combatant dengan sangkur terhunus, AK terkokang dan  terhadap siapapun yang dianggap mengkritik apalagi menentang ordebaru sangat menonjol ditebarkan, tanpa hukum lagi, bagi yang tidak lulus, di non jobkan atau dirumahkan. Kebencian yang sewenang wenang ini tidak boleh pernah diingat lagi. persis seperti zaman Jepang. Ini yang bukan guyonan lagi bagi si penderita, Cak, yang ini kebal terhadap cinta apapun, yang ada kesetanan saja. Sangat pantas untuk dikenang supaya tidak terulang lagi, Coba bandingkan perlakuan reformasi terhadap yang jelas penebar teror kebencian yang mengulangi kejahatannya berulang ulang, almukharom mbah Baasyir sekarang ? Terus terang perilaku orang kawanua di Sulut yang panen cengkehnya diatur tataniaganya, sehingga harga jual panennya anjlog oleh usaha keluarga Cendana, petani cengkeh di Trengalek, secara menjijikkan para kawanua ini  telah lupa. Ini bukan tebaran cinta tapi.........

Waktu itu lowongan dimana mana hampir tidak ada. Akhirnya Program Bimas Pertanian Pangan membutuhkan penyuluh pertanian, Mahasiswa tingkat akhir dari Gama, IPB, UNSU, UNHAS  semua terjun kesawah, jadi penyuluh Demas, organisasi extra ikut membantu, yang khusus pemakaian pestisida dan pupuk buatan.,urea. TSP, KCl,  direkrut tenaga penyuluh oleh para Pabrikan dari Europa, Amerika dan Jepang. Ekonomi desa desa di Jawa segera bergerak, kebutuhan pangan segera nampak penanggulangannya. Optimisme bangsa ini bangkit kembali, tidak makan bulgur ( tolong jelaskan bulgur itu apa.)

Jadi, bila meneruskan mengikuti ceramah beliau jangan lagi tanya, tapi malah kemukakan pendapat anda, terserah tanggapan beliau, anda bisa memikirkan sendiri dengan rasa cinta. ( ndak ada kaitannya dengan proses regenerasi dengan gamet, bukan urusan sensual. lho)

Sekarang  sejarah rupanya berulang, 
Indonesia ditindas, rakyatnya digiring berkebutuhan yang lebih tinggi oleh zaman, disetel oleh  industri luar negeri, sarananya dijadikan bahan ihtikar global. Kita ditantang untuk mengatasinya. Ini tantangan neo kolonialisme global. Tidak cukup dengan ngantih dan nenun sendiri kayak Mahatma Gandhi.
Untuk pengadaan sarana perlu beaya yang tidak sedikit. masih meghadapi segala godaan ketidak berdayaan mendasar dari perilaku mental dan nafsu korupsi para elite capture nya. 
Muncul ma'iyah, optimisme  bisa menyala kembali dengan api rokok, asep knalpot d motor tua, tapi saya yakin yang ini lebih mendasar dan dijalan yang benar, insya Allah.

Saya hanya pesan, suatu gerakan masyarakat yang besar, harus berani menerima tantangan persoalan yang lebih besar. Sedangkan di zaman apa saja satu gerakan masyarakat selalu saling mempengaruhi dengan maju mundurnya Negara dalam percaturan antar bangsa. Yang sangat dinantikan adalah gerakan masyarakat yang bisa menambah otot kekokohan Negara, bukan gerakan Fulan Gong di China, yang mengambik kekuatan dari confomisme mistik. 
Bukan jargon kosong disuarakan oleh hati kosong dan kepala kosong,  sampai sekarang masih kita gunakan sebagai wahana bangsa untuk menunaikan amanah kepada rakyatnya yang sudah plural dari dulu dan dunia yang juga sudah plural dari dulu, dan semakin tak berdaya - untuk memenuhi "kebutuhan azazinya" yang semakin mahal dan banyak, termasuk "pulsa" HP . Sedangakan ma'iyah menawarkan pulsa chatting dengan Allah gratis.
Manusia telah terancam kekurangan sarana hidupnya yang semakin aneka ragam,  buruh terncam oleh pekerja robot yang tidak punya udel, kerja ndak pernah istirahat tanpa minta bayaran, produksi pangan terancam, baik secara alami dengan adanya perubahan iklim global dan menyusutnya sumber daya alami, persediaan sarana hidup relatip menurun dengan cepat. Lingkungan hidup terancam "over eploitasi" dengan semena mena, e e lah kok sepupu sampean Cak, cengengesan cari popularitas membela jaring centrang yang jelas jelas menyapu terumbu karang di laut dangkal.                                            Malah minta dipilih jadi wakil di 2019, opo tumon ? 
Lha kalok Gus Dur dulu pernah bilang, ya sudah itu hutan jati KU2 KU3 masih sebesar betis dari petak hutan jati yang lambat dijarang, ambillah, buat beli beras, saya tahu rakyat dekat hutan jati banyak yang kepincut ikut ambil, cuma tidak menjarah massal dengan truck, tapi dasarnya kan sebenarnya yang menanam kayu jati itu ya pesanggem petani to ? Lha ini terumbu karang, jaring centrang ini cuma ada di pesisir yang lautnya dangkal, dan dasarnya berpasir kayak di Tuban, depan kota Cirebon, sekitar Padang, pesisir yang berbatu merusak jaring, wong jaringnya benang kapas atau benang nylon lembut, jadi  rusak oleh terumbu karang mati berupa batu. Lha sekarang, benang jaring ini serat nylon yang diperkuat dengan pintalan  sling baja kalok cuma karang sedingklik, ya bablas  ketarik dari dasarnya, terumbu ini bukan tumbuhan tapi binatang, tidak punya akar, ngerti to ? Orang ini ndak ngerti kalok dia nggak ngerti ini istilahnya Cak Nun. Ndasel ndesel kumecer jadi wapersnya Pak jokowi. Ndak ngerti biota  didasar laut dangkal ini, pulihnya lama sekali dan disana ikan industri berkembang biak, padahal ngeruk dasar ini dapatnya cuma ikan rucah.  Ini gara gara ilmu andalannya asimetris, anti ilmu alam nyata (selain ngumpulkan duit), kesombongan yang sudah disandang ratusan tahun , ndak tahu bahwa menurut Cak Nun, islam itu ilmu sangat luas mencakup kebenaran alam nyata yang harus dicermati dengan kerja penelitian yang sangat serius dengan beaya, bukan mencari jenjang karir sarjana sebagai karisma feodal, yang dia remehkan, gara gara tidak pernah ada upaya menguasainya, wong gitu saja sudah "Gus" kok, kapan bisa maju ?  Dasar.

Kita, bangsa Indonesia, boleh dikata menguasai sabuk tropis yang luas, lahan tidur, hutan, rawa, lautan dan bawah tanah dengan mineral dan logam. Mestinya ya kita sendiri yang harus berdaya upaya  - mebudidayakan resources ini untuk amanah kita sebagai rakhmatan lil alamin. Itulah maka anak anak muda usia, orang dewasa, tertarik pada pencerahan Cak Nun yang berani, membumi dan unik, sebagai laron tertarik api. Lupakan bahwa kita berbeda, tapi yang jelas ini tempat kita berkiprah segara. Ma’yah adalah alat sekaligus sumber daya dan beaya yang kita bisa himpun segera.

Saya sangat mengharap bahwa kesatuan Negara kita dapat memberi pengertian dan perhatian dengan organisasi kekuasaan Negara, bahwa warganya mau menunaikan tugasnya sebagai manusia  dengan kesadaran yang gamblang dan transparan. Dimulai dengan puasa seluas luas menahan nafsu dan shodakoh seluas luasnya dengan karya yang bisa berguna, sesudah ma'iyah ini mengkristal bening tanpa cacat, bagi seluruh manusia dan bangsanya, dinamo ma'iyah yang bakal jadi  pendukung handal bangkitnya Tanah air ini.
Banyak pendahulu yang sudah menghimpun jutaan manusia, ternyata hanya mengumpulkan platina untuk menimbang badan Agha Khan sang pemipin  "spiritual" nya mashab Ismaili.
Dari Juan Shi Kai, Hitler,  Stalin,  Saddan Husain, yang setiap patah katanya bisa menghipnotis pengikutnya, dibantu dengan logika palsu dan memabokkan oleh sebangsa Gobbles, berhasil menghimpun jutaan rakyat yang bersemangat dimasa lalu, akhirnya hanya gerakan dari benda satu ke benda lain.
Penyadaran ma’iyah, adalah upaya besar, menyangkut upaya duniawi dan semoga atas kersaning Allah, terutama spiritual.
Dalam mengembangkannya, ma'iyah jelas nampak saling berhubungan dengan mata rantai sejarah, terutama sejarah Islam, khusunya sejarah terbentuknya  Negara  berjiwa islam beraga Jawa Demak Bintoro, Negara berpenduduk plural dari pertamanya, menjadi leading power dari kekuatan ekonomi terutama beras dan log kayu jati, 
Para Wali Islam jawa, bekerja bersama sama santrinya, mencetak sawah dari rawa rawa ( idesubagyo.blogspot,com) pemerintahan dijalankan dengan nafas Islam, wadag jawa. Masyarakat selanjutnya di dominasi oleh kerajaan yang kental dengan feodalisme, seperti umumnya pada zaman itu, meskipun masih menganggap dirinya kerajaan para Sultan Islam, yang amirul mukminin.  Sejarah telah ditukangi dengan hati hati, oleh kerajaan kerajaan berikutnya, dan penjajah belanda, bahwa tidak ada pertentangan pemerintahan Sultan yang sayidin panotogomo khlifatullah tanah Jawa, dengan para wali islam serta para santrinya, yang telah mengerahkan santrinya untuk mencetak sawah di rawa rawa termasuk salah satu sosok wali Sunan Kalijogo, bertahun tahun mengukur kedalaman rawa luas, mencari jalan saluran pematus, dan dasar rawa yang meninggi, disitu dicetak sawah ( dilukiskan dalam legenda rakyat, sang Wali dengan setia menunggui "tongkat" - ini kan ukuran penduga kedalaman rawa ?) Sejarah tidak ada cerita pembagian hasilnya dengan pemerintahan negara Islam itu. ( belum ada PKI  sebagai pemecah kesatauan kawulo Gusti). Waktu infra srtrukture pengairannya rusak karena endapan abu vulkanik,  ndak ada yang memperbaiki, sulit untuk bergotong royong? kok terus kerajaannya pindah ( idesubagyo,blogspot.com)  Negara Demak lagi prihatin, pondasi ekonominya - perdagangan beras dan kayu jati yang dijadikan perahu jung besar besar di galangan perahu  Semarang ( San Pao Lung - catatan Tuanku Rao, Dr Slamet Muljono )  koloni china islam, tukang pembuat jung, sangat terganggu oleh bajak laut Portugis yang selalu mengincar di laut jawa. Armada perahu perang peninggalan Majapahit dengan senjatanya yang ampnh - kalantaka, ternyata kaliberya jauh lebih kecil dari galleon Portugis, yang canonnya berderet di lambung perahu galleonnya  yang jauh lebih besar, jarak tembaknya lebih jauh, armada Demak penerus Majapahit kalah. 
( idesubagyo.blogspot.com - kata kunci Matahari terbit di Wilwatiktapura)  Sedang nama kalantaka saja sudah dihapus, sudah diganti dengan mriem - meriam. Tapi di Malaysia dulu masih jadi senjata andalan, namanya rentaka, sampai Gupernur Jendral Inggris heran heran.( google) Kalantaka nama yang saya dapat dari suluk padhalangan wayang purwo di you tube - suluk   "goro goro"  dengan dhalang ki Hadi Suwito alm, cuma ki dhalang yang dari tradisi Ngajogjakarta ini ragu apa pendengar wayang purwo bisa mengerti tanpa kata ini diawali dengan kata meriyem, jadi dia tambahkan meriyem kolontoko - jadi kalantaka ini meriam nama lokal identik dengan lela - made in Majapahit - lihat di blog saya Intermezo sejarah).  Suluk wayang kulit yang sudah didendangkan oleh ki dhalang Hadi Suwito alm, digubah pada zaman pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo, kalantaka masih dimiliki kasultanan misalnya kiai Guntur Geni. Sesudah itu barang dan namanya sengaja dihapus di Babad Tanah jawi cetakan Belanda, diganti dengan nama meriam, untuk menghapus kepercayaan diri si pribhumi, barangnya semua dirampas, dibawa ke Bhutan ditepi teluk Benggala dicor kembali jadi  cannon dan culverin, yang kalibernya lebih besar dinamakan dalam bahasa jawa meriam, bikinan orang Europa.(google)

Kapan didirikan benteng Portugis di Bangsri Jepara ? Untuk apa benteng itu? Ini sejarawan yang berfikir linear ya tidak tergerak untuk meneliti. Saya harap jajaran ma'iyah Cak Nun bakal meneliti ini, Karena para ma'iyah-lah yang akan melanjutkan sejarah pengembangan islam pola Wali islam tanah Jawa di Nusantara dan Dunia. Karena ternyata lebih cocok dengan pluralnya manusia di dunia, dan gampangnya setan membuat persamuan di Davos.( idesubagyo.blogspot.com. kata  kunci bendung plered  di ibu kota mataram Kerto)
Lantas dimasa sulit ini kas Negara dapat dari mana - mungkin pajak atau bagi hasil beras sawah rawa Demak dinaikkan oleh Negara. Mungkin, wali islam yang setuju ada yang tidak setuju. Di legenda memang ada pertentangan ini lamat lamat diceritakan oleh babad, antara sunan Kudus dan sunan Kalijogo - Ada Siti Jenar yang extrem, mungkin yang ndak setuju menaikkan bagi hasil - - Sunan Kudus. yang setuju sunan Kalijogo - sebab belakangan Raja Raja Mataram sampai Surakarta dan Jogjakarta lebih dekat dengan wali Sunan Kalijogo, yang diagul agulkan.. Sunan ini yang bertemu dengan Penembahan Senopati di pantai Selatan, padahal sudah ratusan tahun kemudian. Sedang pusaka kerajaan Mataram dari Panembahan Senopati, punya tombak pusaka kiai Plered, bagaimana saktinya menurut legenda, Kata Plered artinya bentuk bendung sungai serupa huruf "f" miring, yang tahan terjangan air bah. Bendungan untuk mennaikkan air saluran pengairan sebagai hulu saluran primer pengairan. Sejarawan kita cuek mencari tahu, kenapa kerajan Demak baru tiga suksesi kok mendadak pindah ke Pajang, dasar sejarawan murid Pejajah, diajari berpikir cuma lineair. Dalam legenda pusaka Mataram adalah tombak kiai Plered, biar sakti seperti apa, tapi plered juga nama bngunan bendung yang seperti huruf "f" untuk memberi pengairan sawah petani, harus ada timbal baliknya ( idesubagyo.blogspot.com). Sulit menemukan sosok serupa Abu Dzar di deretan Kesultanan Nusantara ini. Tidak ada catatan mengenai sistim pendapatan Negara dan pendapatan para Penguasa yang konkret dan tepat, dalam cataan sejarah. kecualai bila sudah  berakibat pertentangan atau perang, bahkan penjajahan oleh bangsa lain.

Sedangkan untuk membangunkan masyarakat jadi lebih maju hanya dengan pendapatan Negara. Semoga ma’iyah bisa ikut nyengkuyung Negara, melebihi Gafatar, jang memang dari semula sektarian, tapi mai'yah kan tanpa pamrih tebih ajrih, seperti pendahulunya para wali islam tanah jawa, yang karyanya tidak sepenuhnya kita ketahui, kita jiwai, kita gali lagi, untuk kita mengerti, malah ikut ikut melecehkannya, ketularan ajaran sebagian para habib, bukan menjawab zaman dengan pertanyaan lagi, tapi dari hasil perenungan sosok seperti Cak Nun, Cak Sujowo Tejo dan para scholar/ilmuwan Teknik dan Pertanian maupun Kedokteran  yang mengawalnya, bukan kelompok seniman  nyruput kopi saja. (dalang Jawa timuran kok ngerti RMP Sosrokartono, R,Ng Ronggowasito,  Mangkunegoro IV, Pangeran Suryomentaram, Tan Koen Swie, Meneer De Winter,  kok elok, bacalah dan carilah jejak langkahnya, seperti Pramudya Ananta Toer melacak jejak langkah si Minke
Teriring do’a semoga Allah memberi ijabah kepada upaya anda semua  keluarga besar ma’iyah *)







0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More