MODAL
PERTAMA
Manusia
lahir di dunia, modal pertama yang dimiliki adalah tubuh dan rokh-nya. Tubuhnya
sudah mengandung code DNA, yang secara potensial menguntungkan atau merugikan
hidupnya nanti, termasuk lingkungan yang membentuknya pada masa anak anak,
karena siapa saja manusia tidak bisa memilih.
Ternyata
perkembangan zaman kapitalis yang sudah lebih dari empat abad ini menimbulkan dampak negatip
kepada bangsa Indonesia.
Zaman
pra kapitalis,
Hinduisme
dan Budisme sejak sebelum masehi, Di Nusantara berkembang budaya Hindu dan
Budha, yang mengandalkan modal pertama datang dari Dewa Dewa, dan mitos mitos, mengenai timbulnya
manusia pilihan, sebagai cantolan kaum feodal, yang asal usulnya sebenarnya sama
dengan Ken Arok. Masyarakat mendidik si
terlahir pilihan dewa ini dengan mitos
ideal juga, untuk kepentingannya. Ke-_ksatriaan – noblesse oblique – busido –
ke priyayi-an (Jawa). Kebudayaan Hindu/Budha ini sudah tidak hanya mengandalkan
modal alami dan mitos dewa dewe saja tapi juga menyangkut benda benda sebagai
hak milik, sebagai alat tukar, yang telah terpakai puluhan abad sebelumnya di
Yunani kuno, Mesir di Masyarakat Maya
dan Aztek. Sudah dikenal modal pertama manusia yang berwujud kekayaan warisan
berupa benda kerajinan tangan, sebagai senjata, sebagai azimat, logam nulia,
dan batu permata hiasan. Juga sudah terdapat di Nusantara.
Dari
abad ke 12 Masehi atau sebelumnya ketika datang ajaran agama Islam di
Nusantara, dengan ajaran kenabian dan juga pengertian baru mengenai egalitarian
islami. Paling tidak manusia berderajad sama dihadapan Allah, tidak pandang
berapa harta dan hak centolan kasta dari kelahirannya.
Kedatangan
kapitalisme:
Hanya
selang beberapa abad dari kadatangan ajaran islam
Yang
ini diperkuat dengan keperkasaan nafsu mentah dari bedil dan meriam, juga harta
yang ditebar untuk menyuap siapa saja yang berguna untuk upaya penaklukannya, sambil merampas semua modal
pertama berupa modal alami dan modal benda.
-Modal
alami berupa gene di rendahkan sebagai inlanders. adalah bangsa budak.
-Modal
harta benda dan budaya juga di hapus nilainya, hanya modal budaya penjajah yang
benilai tinggi. Menilai kembali para priyayi, Belanda embahnya Bupati, seterusnya Bupati Datuknya Priyayi,sedang priyayi ekuli ditelapak kaki. Itulah pwnjajahan.
Penjajah
bukan saja merampas hasil bhumi, tapi juga tenaga rodi, berarti juga seluruh
wilayahnya dengan hak hidup apa yang didalamnya.
Kerugian
ini ditanggung oleh Pribhumi Nusantara seluruhnya.
Kecuali yang memang tidak punya apa apa, suku suku terasing.
Sehingga
begitu miskinnya kaum
priyayi ( gentlemen) dan petani tidak bertanah ( landless peasantry)
, sehingga anak anak mereka hanya
bermodal pertama pemberian alam dari lahir thok ,untuk menghadapi hari
depannya. Anak petani tak bertanah,
ngenger – artinya mengabdikan diri, anak priyayi magang, menunggu tugas dari
sang penguasa. Atau bila mengerjakan tugas rutine, tidak dibayar, hingga sang
tuan memilihnya untuk bertugas sepenuhnya dikalangan pangreh praja. Kakek saya
dari ibu, magang sampai anaknya empat, di Kepatihan Surakarta hadiningrat, tahun
1920 han, diangkat jadi mantri polisi
kecamatan Tanon, Sragen, menurut beliau yang sangat dirisaukan selama
jadi pengreh praja adalah laporan pedagang cina di desa desa kepada Kanjeng
Gupermen, bahwa mantri polisi Kaonderan Tanon tidak membantu pedagang menagih
hutang petani setelah panen ( setorannya
tidak cukup), dia disemprot oleh
ndoro kanjeng hadipati Sragen atas laporan ndoro Tuan Controlier
belanda, sang mantri polisi merasa tidak bersalah, tapi itulah zaman
penjajahan.
Harkat dan tenaga selama ikut hidup di keluarga kaya
atau bekedudukan di kekuasaan feodal, atau sang Kiai di pondok podok pesantren bila
ingin maju tidak dibayar., dan anak priyayi berjubel di sekolahan ongko loro dan vervolkschool, sampai kelas lima. Semua
orang tua mereka berpetuah : Wahai anakku, engkau tidak aku warisi harta
atau derajad keturunan, tapi aku berusaha mewarisi kemauan belajar ilmu
dari orang kaya atau kiai di pondok, atau sekolah yang didirikan oleh Kanjang
Gupermen.
Begitu
pula yang punya modal mereka
disekolahkan di sekolah dasar Belanda yang bayarannya mahal dari sekolah dasar,
SMP – SMU ( zaman penjajahan belanda
mananya HIS, Mulo, dan AMS atau TS/sekolah teknik , dikota iMadiun ada
sekolah pertukangan atau ambach school untuk bengkel dan pembuaan gerbong kereta api. Masih ada Sekolah
Guru malah gratis diasrama, setingkat
SGB dan SGA yang (sekarang sudah dihapus) sangat jarang, hanya di Bukit tinggI,
Menado dan _Purworejo. Pembayaran uang sekolah biasanya sangat
berat, tapi yang ini malah diberi
stipendium / ikatan dinas.
Jadi
setelah merdeka, sampai 1965, dua puluh tahun yang pertama
dibawah Presiden Sukarno, semua
sekolahan SD/SMP/SMU gratis, sedang Perguruan Tinggi Negeri uang kuliahnya sangat murah, terjangkau oleh
80 % penghuni Nisantara, diluar uang transport
pondokan dan makan.
Kenyataan
deseluruh dunia kapitalis, sekolah memberikan ijasah, modal yang
tidak menjamin kehidupan dewasa bagi pemilik
ijasah, melainkan modal harta yang pasti sebagai modal pertama, inilah yang
sebenarnya paling diperlukan untuk hidup dewasa , mencari nafkah - selain
itu sertifikat keahlian ketrampian bidang apapun – itupun tergantung dari watak
pasar dan keuangan dunia –belakangan
malah dijadikan pekerja kontrak dengan jangka waktu, out sourching, untuk
menghindari pemberian pesangon bila pasar
sepi dan pekerjaan dihentikan.
Pendatang
bangsa bangsa Timur Asing – Arab, india,
dan China, oleh Belanda dipisah hak dan
kampungnya di Pecinan dan kampung Arab dengan
Pemimpin golongannya sebagai
kawula pendatang Hindia belanda, diberi
pangkat dari Letnan, Kapitein, sampai Mayoor tituler, dari bangsanya di Hindia
Belanda. Seluruh warganya harus berumah di wilayah kota yang ditunjuk untuk
mereka. Tidak bercampur gaul dengan kaum pribhumi.
Mereka
hanya kaum pedagang, digunakan oleh belanda sebagai pedagang pengumpul hasil
bhumi yang tidak sempat ditangani oleh sistim penjajahan, seperti kapok, kayu manis, kopra, pala dan fuli, mungkin
juga cengkih dan lada. juga beras. Yang sebagai nelayan dan petani sangat kecil jumlahnya di Bagan Siapi
api dan sebagai petani di Benteng /Tangerang, Pamanukan dan Ciasem.
Dari
asalnya dimana mana sebagai pedagang modal pertamanya adalah pengetahuan dagang, yang dicari dikumpulkan
adalah emas, sangat sedikit yang mengambil kesempatan mengenyam pendidikan Belanda
yang didirikan khusus untuk mereka seperti HCS ( Hollands Chineesen
School) dan sekolah lanjutannya
disamakan dengan warga Belanda. Perguruan tinggi yang diminati mereka
adalah Fakultas Kedokteran di Batavia -STOVIA dan di Soerabaia- NIAS –
lulusannya disetarakan dengan jabatan Bupati Wilayah.
Kekayaan
dikumpulkan mulai dari jadi tengkulak hasil bhumi zaman cultuur stelsel
sampai pendirian pabrik pabrik Gula
mereka dilibatkan mengembangkan
modalnya, mendirikan pabrik gula lkecil kecil di Pasuruan dan sekitarnya, baru
kemudian tersingkir oleh pabrik gula besar
besar, dengan Oei Tiong Ham Cocern sebagai penggantinya. Posisi mereka satu
tingkat lebih tinggi dari Prihumi. Zaman pendudukan Nippon di Nusantara, Nippon
pernah menggerakkan masyarakat untuk heroisme sumbangan perang
Asia Timur Raya dengan meyumbang intan
dan emas, para priyayi dan datuk, tuanku semua setor, kecualai warga ketrurunan China yang sudah sangat
mengerti nilai barang barang itu sebagai nyawanya sendiri, mereka tiarap, makan bubur sama ketela, tapi emas permata masih
tetap di kubur di lantai dapur. .
Zaman
perang kemerdekaan Indonesia, mereka
mengexport kopi dan gula dari wilayah pedalaman Republik di Jawa, dari perkebunan karena revolusi jadi milik yang menguasainya, tokoh lasykar rakyat si
Naga Bonar atau pemerintah Republik, sedang dari Sumatra karet dari rakyat penakik
pohon karet dirimba. pinggiran sungai besar dan panjang menembus rimba
raya. Di jawa, salah satunya yang menonjol adalah Liem
Sioe Liong bekerja sama dengan pasukan penjaga perbatasan kita anak buah Letnan Kolonel Suharto, demi
keuntungan bersama mereka, sedang di Sumatra mayor John
Lie dengan kapal coaster cepatnya bekerja
sama dengan rakyat siapa saja penakik getah
karet yang berani belalu alang di sungai sungai yang banyak
menembus rimba raya. Menembus kepungan
belanda dilaut lepas selat Malaka
untuk ditukar dengan pangan dan
obat obatan.
Setelah
Perang Dunia ke II, zaman kapitalisme dunia yang dimotori oleh pemerintahan Amerika Serikat , kepentingan utamanya
menenteramkan rakyatnya dengan
pengadaan barang export terutama senjata
yang berarti juga membukaan lapangan kerja, dan mempertahankan semangatnya untuk secara fisik bertempur
dengan alasan apapun, kata kuncinya: yes sir ! berarti taat segala perintah atasan.
Keuangan Negara siap disediakan untuk membeayainya dengan senjata ultra moderen, dengan pos pos penjagaan diseluruh dunia, sampai sekarang..
Keuangan Negara siap disediakan untuk membeayainya dengan senjata ultra moderen, dengan pos pos penjagaan diseluruh dunia, sampai sekarang..
Sedang di Indonesia, begitu merdeka, niat
bangsa Indonesia adalah memperoleh ilmu untuk membangun Negara, bukan memupuk modal pertama menyertai modal pertama alami, sedang harta benda di-ikhlas-kan
ditinggal mengungsi dari kota kota besar di pelabuhan pelabuhan strategis yang pertama tama diduduki tentara
Kerajaan, tanpa dibumi hanguskan. Warga
Timur Asing, tetap didaerah pendudukan, menguasai seluruh kekayaan Belanda dan Dai Nippon di Baravia, Semarang, dan
Suabaya, Medan dan Mekassar, juga Bandung. Hak milik tanah dipinggir jalan
perdagangan pabrik pabrik milikPT
belanda dianschlus begitu saja oleh mereka yang tinggal diam selama pendudukan dicuri dan dikumpulkan oleh komprador bangsa
Timur Asing , sebagian besar china dan
sangat sedikit Arab, malah membantu mesin perang aksi polisionil tentara
Kerajaan, mereka namakan gerakan
po-an-tuih.
Ini yang dilupakan, yang seharusnya dikerjakan, sangat penting bagi segenap orang
tua yang punya anak, adalah menyediakan modal pertama disamping
yang disediakan oleh alam. Dikalangan warga korban penjajahan Belanda, ratusan tahun puluhan generasi, sampai sekarang..
Bagi
Negara, please, katakanlah, sejelas
jelasnya fungsi pendidikan itu sebenarnya untuk apa, paling sedikit akuilah
bahwa hasil pendidikan itu bukan alat untuk mencari nafkah. Tapi untuk hidup
bermasyarakat yang harmonis. Jadi beayanya ya harus dibebankan pada iuran masyarakat. 80%, artinya diwakili Negara. Jangan seperti
sekarang, sekolah, yang berarti Kepala Sekolah dan guru gurunya ke-enakan masih membebani masyarakat sampai lebih dari kemampuan kaum
menengahnya, apalagi kaum yang kurang beruntung dibawahnya. Rakyat masih menganggap sekolah adalah kunci mendapatkan nafkah. makin vaforit makin mudah mendapat nafkah besar.
Yang berdiri di pinggir lautan korupsi dan ihtikar, artinya diluar sistim yang dicita citakan sejak proklamais kemerdekaan tahun 1945, tidak bisa terus begitu, ber-quanxi ria dengan elite captures seperti Artalita Suryani, Hartati Murdaya Poo Republuk ini di Pusat dan Daerah terus menerus, hingga kalian yang jumlahnya kurang dari 1% penduduk Nusantara telah menguasai lebih dari 50 % kekayaan nasional. Itu semua harta haram, meskipun nama kalian sudah ganti nama yang elok elok, yang agamis sebagai kedok.( google – Hasil lengkap Pekomendasi Munas alim ulama NU th 2017 di NTB)
Yang berdiri di pinggir lautan korupsi dan ihtikar, artinya diluar sistim yang dicita citakan sejak proklamais kemerdekaan tahun 1945, tidak bisa terus begitu, ber-quanxi ria dengan elite captures seperti Artalita Suryani, Hartati Murdaya Poo Republuk ini di Pusat dan Daerah terus menerus, hingga kalian yang jumlahnya kurang dari 1% penduduk Nusantara telah menguasai lebih dari 50 % kekayaan nasional. Itu semua harta haram, meskipun nama kalian sudah ganti nama yang elok elok, yang agamis sebagai kedok.( google – Hasil lengkap Pekomendasi Munas alim ulama NU th 2017 di NTB)
Wahai
Negaraku, berikan tanah sebagai modal
pertama bertani bagi yang tidak mempunyai apapun modal pertama, jangan
sampai mengharapkan dari ijasah hasil pedidikan dan pengajaran selama ini - untuk
mencari nafkah walau sampai S1.S2 bahkan S5 !!!
Kecuali bila para S ini mengupayakan
pendidikan bermasyarakat yang langsung dicita
citakan oleh Undang Undang Dasar Negara.
Jaumlah mereka akan sangat terbatas
seperti AKMIL darat, laut, udara, AKPOL STAN seperti APDN , Pendidikan Keguruan, dan semua Penelitian Pertanian, pengawasan BPOM yang sangat makan beaya
. Jangan beri kesempatan para pendidik
untuk mencari sendiri nafkah tambahan dari rakyat.
Sangat tidak mendidik, malah mengajari generasi muda berpura pura, berkorupsi ria, Sebab beliau baliau bekerja untuk masyarakat, yang seharusnya untuk hidup bersama selayaknya di Negara yang berbudaya, jadi berilah secukup cukupnya nafkan dari anggaran Pemerintah. Bandingkan dengan penerimaan anggauta DPR RI dan DPRD propinsi dan kabupaten, guru guru trainer dan widya iswara yang ini malah diperas tenaga fikirannya untuk sang Direktur Diklat yang memang kapal keruk yang sudah "in" dalan komplotan kroni Departemennya beranak pinak, dibawah Menteri siapa saja, jadi income para kutu buku pendidik widya iswara sangat jauh dibawah si tembem.penelan anggaran yang duduk di legislatip dan eksekutip.
Sangat tidak mendidik, malah mengajari generasi muda berpura pura, berkorupsi ria, Sebab beliau baliau bekerja untuk masyarakat, yang seharusnya untuk hidup bersama selayaknya di Negara yang berbudaya, jadi berilah secukup cukupnya nafkan dari anggaran Pemerintah. Bandingkan dengan penerimaan anggauta DPR RI dan DPRD propinsi dan kabupaten, guru guru trainer dan widya iswara yang ini malah diperas tenaga fikirannya untuk sang Direktur Diklat yang memang kapal keruk yang sudah "in" dalan komplotan kroni Departemennya beranak pinak, dibawah Menteri siapa saja, jadi income para kutu buku pendidik widya iswara sangat jauh dibawah si tembem.penelan anggaran yang duduk di legislatip dan eksekutip.
Anggaran
setiap Departemen ditingkat Propinsi untuk kursus kursus kejuruan seperti Dept, Perindustrian, Dept. Pehubungan, Dept.
Perikanan, Dept. PU, mestinya ditujukan kepada para tukang/tangan pertama untuk mengawaki
pekerjaan, mengemudikan angkutan umum dan
perahu, mengoperasikan alat alat berat, tukang las dan tukang batu, penganyam beton eiser demi peningkatan jumlah dan kualitas mereka yang bersertifikat
terpercaya untuk tugas itu, atau wiraswasta jasa dan industry kecil dan
menengah, bukan menjual sertifikat
sebagai income tambahan pegawai
instansinya, dimana sertifikat itu sebagai tanda hak memperoleh upah sebagai ahli operator alat yang semacam SIM, bukan untuk pegawainya
sendiri semacan sepadya, sepala, saspa. atau membantu PEMILIK TOKO ATAU PEMILIK
INDUSTRI BASAR - YANG SEBENARNYA HARUS MEMBERI KETRAMPILAN KEPADA CALON ATAU PELAKU
USAHA INDUSTRIAL KECIL ATAU
MENENGAH, TUKANG ROMBENG DAN PENGUMPUL BARANG BEKAS, SAMPAH PLASTIK DAN
LOGAM, SAMPAH KERTAS DAN TENUNAN KAPAS/SERAT BUATAN, UNTUK PENGETAHUAN BAHAN, OPERASI MESIN MESIN,
KESELAMATAN KERJA, KESELAMATAN KONSUMEN DAN PEMASARANNYA. Kepada keluarga nelayan dan petani, untuk
menggalakkan upaya pengawetan pengemasan
maupun hygiene kuliner yang di suguhkan kepada publik. Ini
jelas tugas Dept pertanian dan Dept. Perikanan. Mengawasi penjualan bahan bahan
pewarna, sabun pencuci,pengawet, pengental, MSG, essence, anti jamur, anti serangga yang boleh digunakan untuk makanan dan minumam dengan kualitas food grade, bukan technical
grade untuk usaha mereka. Menghukum pemalsuan nama makanan, dilabelnya disebut syrup ato susu lental manis, didalamnya hanya air dan minyak nabati, emulsifier pengental dan pewarna dan cyclamate oleh Perusahaan
besar, umpama berapa persen harus ada unsur kedelai dalam kecap manis buatan
pabrik besar, bukan secara masal dipalsukan dengan pewarna, pemanis, MSG.
pengental, tanpa kedelai, sehingga membahayakan
penggunanya mengejar keuntungan besar
hanya dari pencitraan reklame di mass
media dan hadiah hadiah. Sangat membahayakan
pengguna orang kedil. Harus ada berapa persen susu sapi terkandung dalam
susus kental manis, bukan hanya dibuat dari minyak nabati emulsifier pemanis cyclamate, essence dan air,
yang tidak bergizi dan berbahaya untuk
kesehatan manusia . Itulah
gunanya Negara melawan persaingan
dagang antara industry besar ukuran
dunia, dimiliki oleh kurang dari 1% penduduk Nusantara. terhadap UKM usaha rumahan, usaha kooperasi petani dan nelayan, yang kurang pengetahuan, diusahakan
denga modal pertama yang nyaris tidak ada, sehingga menghasikan produk dengan apa adanya. Butuh BPOM ( Badan Pengawasan Obat dan Makanan) dengan awak yang sukup setara dengan jajaran satserse polisi , secara kuantitas dan terutama kualitas
dedikasinya kepada khalayak umum.
Ini
sangat membantu perngembangan modal pertama rakyat yang masih kecil,
memperoleh dorongan di negaranya
sendiri.
Boleh
Negara melepaskan para Master, Empu,
Undagi mengajarkan ilmunya dengan menarik bayaran dari muridnya, bahkan
menarik pajak dari mereka, memang hasil jerih payahnya bisa untuk mencari
nafkah. Fasilitasi mereka dengan ajang mengembangkan
dan mengajarkan ilmunya. Bila Negara memerlukan mengembangkan bakat istimewa
generasi mudanya, beri sang istimewa ini stipendium /bea siswa
secukupnya, untuk mebayar para Master,
Empu, Undagi, Pandega, Mister tari, kepada siapa dia menimba ilmu dan ketrampilan. Beri royalty kepada pelatih empu master
undagi yang muridnya berprestasi sebagai
penghargaan ganti jerih payahnya. *)
0 comments:
Posting Komentar