Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Sabtu, 07 Juli 2018

SOSIOLOGI PROFETIK, DR KUNTOWIJOYO, DIBACAKAN OLEH DR fAHRUDDIN FAIZ

ILMU PENGETAHUAN ALAM  BERDASARKAN POSITIVISME, KEPASTIAN DALAM HUKUM BENDA, DAN HUKUM ROBOTIC ( YANG BENDA JUGA),  OLEH ISAAC AZIMOV – PADA CERITA FIKSI FUTURISTIK.

Positivisme, adalah hasil pemikiran filosof abad ke 19 Comte.(GOOGLE) Menyatakan bahwa hukum alam, yang dipelajari ilmu pengetahuan mengenai ilmu benda, materiliasme {( bukam matrialistis a’la “bakul” (bahasa  jawa)}, diuraikan dengan cara kepastian ilmu alam - Positivesme, dapat sesuai dengan ilmu mengenai perkembangan masyarakat – sosiologi , baik secara kuantitative atau secara kualitative.
Dr. Kuntowijoyo memberi solusi Sosiologi profetik ( bukan profit bahasa inggris yang artinya  untung, tapi Prophet – yang artinya Nabi, Rasulullah) . Maksudnya tingkat “kesadadaran” manusianya yang berkembang mulai dari mitos lama (TBC nya orang Junani kuno-Tahayul-Bid’ah-Churafat /  bluluknya cak Nun, terus bekembang ke mitos baru ( membersihkan TBC menjadi ilmu Filosofi)/ cengkirnya cak Nun, trus ke Ideologi dengan logika ilmu / degan-nya Cak Nun, ( sebaiknya baca sendiri di You tube dengan judul Dr. Kuntowijoyo, ilmu Sosial Profetik-diuraikan oleh Dr. Fahrudin Faiz karena Dr. Kuntowijoyo sudah alm. )/ kelapa tuanya Cak Nun,  supaya lebih jelas, narasi sang Doktor:
Adapun berkembangnya lebih lanjut ke Ideology yang dasarnya argumen, logika,  Percaya fakta tapi ditafsirkan untuk kepentingan  golongan sendiri,jadi subjective. 
Ini erat dihubungkan dengan Positivisme, toh juga akhirnya penuh penindasan dan dominasi kelompok masyarakat terhadap kebebasan berfikir individu – merupakan ”otoritas”,artinya  kalau bukan dia……ya salah.
Yang semacam ini marak selama Diktator Militer orde baru, seorang kakak yang beda umur 8 tahun diatas saja, kerena dia Pejabat tingkat Propinsi Pemerintah ordebaru, sesudah umur saya 60 tahun, dan beliau 68 tahun, mencobakan  otoritasnya meskipun secara makruf kepada saya, saya ogah.
Paksaan berpamrih dan kasar, sangat dipamerkan oleh FPI yang baru di taraf  pemikiran cengkir, atau malah bluluk, dijalankan hanya dengan taklid.
Dari ideology yang merambah ke pemikiran positivesme, maka demi persatuan dan kesatuan Bangsa ini, terus sebaiknya di Indonesia berkembang kesadaran manusianya menyusuli dengan Sosiologi Pofetik dalam masyarakatnya, tanpa kembali ke ideology yang hanya melayani subyetivitas golongan,  dicanangkan oleh sang Doktor Kuntowijojo alm. Modalnya hanya kejujuran dalam bidang ilmu dan kehidupan apapun, gampang to, wong cuma manut relnya kanjeng Nabi Muhammad salallahu allaihi wasallam saja kok repot.
Bagi saya sendiri yang alergi terhadap semua otoritas apalagi otoritasnya satpam, otoritasnya gang sweepingya FPI, atau petugas loket apa saja, petugas penjaga buku tamu di pintu dikantor mana saja ; menurut anak saya lho…………kalok ditanya kanapa kok dilarang ? .Yang mesti hanya dijawah “ini sudah platuran Paaak.” Dengan logat Madura. Tapi penjaja Koran lewat saja.
Ini bukan penyakit ringan,  untungnya  masih ada seutas tali untuk dipegang, yaitu Authority  Sang Rabb, yang menciptakan saya dan segalanya diseluruh alam raya, mejauhkan saya dari satpam yang berlogat Madura ini, kalok saya ngotot dia lebih ngotot, pasti saya yang kalah.( Menteri saja dilarang masuk pulau reklamasi di teluk Jakarta oleh satpam brengos ini, tanpa izin Direksi ta'iya ?  kan,…………sudah platuran………(cuk dalam bathin saja)
 Ini melegakan, sebab Sosiologi profetik ini ditambahi “wahyu” Illahiyah, menurut apa yang dibacakan oleh Doktor Fahrudin Faiz -  DR Kuntowijoyo sudah alm.,di you tube, Masih trus berkembang jadi Ilmu/sudah kelapa-nya cak Nun. Ilmu ini obyektive, islamnya biar diambil sisi universalnya  – makanya ada istilah mengilmukan  islam. Jadi falsafah sosiologi profetis ditambah wahyu,  dalam kesadaran masyarakat. Ndak gampang terprovokasi meronda dengan sweeping.

Induknya segala wahyu dalam Al Qur’an, adalah Al Fatihah, yang masih boleh ditafsir untuk  diri sendiri paling sedikit, sebab wahyu ini sudah dipagari, dihadiahkan Allah kepada seluruh manusia di dunia, bukan milik para ulama, sempitnya lagi, anggauta MUI thok. mukadimahnya sudah melarutkan si ego kepada yang Menciptakan dia,  di ayat pembukaannya: Basmallah. Dalam Al Qur’an semua pakai mukadimah basmallah hanya satu yang tidak, At Taubah. Kasih juga jadi lambang Kristiani dan Budhisme
Dengan nama Allah yang maha pemurah dan Maha Pengasih.
Lewat humanisasi, liberalisai, dan transendensi.
OK. Ini dari sisi manusia yang dijadikan subject, sedang positivism ilmu pengetahuan memasukkan manusia sebagai object  =dengan panji panji menentang exploitacion  de  l'home par l'home penghisapan mengambil keuntungan pribagi atau golongan. Negara kapitalis atau sosialis yang sudah bubar karena liberalisasi atau lembaga Keuangan Internasional lewat Globalisasi. dengan riba atau ROI yang sangat singkat, maximum 5 tahun. modal harus balik.  Saya kurang yakin sudah masukkah dalam humanisasinya sosiologi profetik, apa tidak. Kenyataannya Indonesia sungsang sumbel buruhnya untuk membayar ROI( return on investment - pengembalian modal usaha)- 5 tahun  secepat itu, kulakan bahan baku dan pabrik industri sudah sangat mahal, yang bisa ditawar upah minimum regional, kalok merambat ke infra strrukture yang mahal dan lama pengembaliannya trus gimana  ?? 
Artinya Manusia sebagi subject idealnya dibimbing oleh “wahyu”. Bukan oleh orang atau golongan,atau pangeran Arab Saudi.
Futurologist,  Fisikawan Amerika Serikat: Isaac Azimov, pengarang novel fiksi “I robot” menyertakan ­“the law of robotic” ----benda yang berprogram untuk satu atau lebih pekerjaan dan berfikir.  ( google Indonesia kata kunci hukum robotic Isaac Azimov)
1. Satu robot tidak boleh mencelakai manusia, atau dengan berdiam diri membiarkan manusia cedera/celaka. 
2. Robot harus brmematuhi perintah yang diberikan  oleh manusia, kecuali bila perintah tersebut betentangan dengan huku Robotik yang  pertama
3. Robot harus melindungi keberadaan dirinya,  bila perlindungan tersebut tidak bertentangan dengan hukum robotic  pertama dan  hukum robotic yang kedua.

Hukum ini bila dibalik urutan pentingnya - adalah attitude/sikap perilaku manusia biasa, yang sudah dipandang wajar. dan baik sekali. Sedangkan hukum robotic ini hanya bisa dilakukan oleh manuisa pilihan, hanya suhada satu dua orang saja.

Ini baru cerita fiksi mengenai “benda” terhadap manusia,  sebab zaman yang sudah dekat mendatangi, mesin cerdas yang bisa berfikir pasti akan tercipta oleh kegiatan manusia yang akan datang, sang robot erat dihubungkan dengan mesin computer lain, dengan segala fungsinya, yang lebih inferior dari Robot, sudah dipakai oleh entitas yang disamakan dengan manusia :PT. Firma, dalam Konglomerasari, kartelisasi, mergerisasi ukuran dunia. Terprogram secara teliti dan luas, tapi tidak berfikir, apalagi taklid pada agama apapun. Kalau “benda” ini tidak erat dipateri dalam program pembuatannya dengan hukum robotiknya Isaac Azimov, sangat mungkin bisa memperbudak manusia lain. Karena si manusia lain ini mempunyai nafsu, terutama amarah dan lauamah, sedang robot secerdas apapu tidak punya, bila tidak diprogram, tapi malah terhubung dengan semua computer canggih. Karena berfikir jadi akhli meretas computer jang masih rendah dari robot, selanjutnya ROBOT DIKUASAI SI MANUISA NAFSU. Sangat mengerikan.

Robot cerdas adalah wakil dari puncaknya existensi benda. Diadakan harus  tunduk dan “meninggikan” manusia, bukan alat penindas  dan penghisap  hidup manusia, yang harus  mencari nafkah. Sudah dicerminkan oleh hukum robotic ini.

Lha kenyataanya sekarang, manusia menjadi exploitator dan penentu nafkah/ hidup manusia lain, mesin cerdas yang masih jauh lebih rendah tingkat kecerdasannya masih jauh dibawah robot cerdas yang akan datang, yang ini saja, sudah jadi alat manusia lain untuk menyaingi menusia bekerja untuk mendapat nafkah hidup. Manusia tidak dilindungi  oleh penemuan sosiologi  secara bathin, moral, obyektivitas ilmiah atau subyektivitas pendapat kemauan kelompok apapun, pada kenyataanya.
Alangkah mulianya pengembang sosiologi Profetik ini, apabila menafsirkan wahyu yang sudah diturunkan Allah kepada manusia. Misalnya oleh  ayat membuka  surrah di Al Qur’an, tentunya temuan ilmu sosiologi profetik yang sedang berkembang, dengan tafsir dan makna wahyu satu basmallah saja ,  masih belum meyentuh entitas yang dianggap setara dengan manusia {misalnya PT, UD (atau firma)} sampai Corporasi Mulitnasional yang menjajah ekonomi manusia bangsa lain dengan membongkar seluruh kekayaannya untuk bangsanya sendiri, dan secara objective didukung oleh sebagian besar bangsa itu.  
(Simak dukungan terhadap Donald Trump malah naik, dengan agresivitasnya  mnaikkan nilai tukar dollar dan tariff import terhadap aluminium dan baja) Sedangkan , humanisasi, pembebasan, apalagi transendensi;  belum di explorasi sampai nyata dan bisa sampai digunakan demi kehidupan masyarakat ? Sungguh berat bagi Negara miskin, untuk memberi kartu sehat pada warganya yang tidak mampu, meskipun pemiskinannya tidak ngefek terhadap kebahagiaannya - kartu sehat ini baru salah satu dari upaya humanisasi - India masih membutuhkan ibu Theresa !!!
Semoga Sosiologi Profetik bisa menjadi suluh jalan yang benar bagi seluruh ummat manusia, bukan jalannya mereka yang sesat dan bukan jalannya yang Engkau murkai, kayak sekarang di indonesia. 
Bisa sampai dengan berlandaskan satu kalimah Basmallah saja, sudah baik sekali apabila dipakai dalam kesadaran falsafah ilmu solial : Sisiologi Profetik*)



0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More