Sudah pernah saya ceritakan kalau saya pernah belajar sebentar di Bukhara-Tashkent-Uzbekistant, tanah kelahiran aseli Syech Imam Al Bukhari, disela-sela kuliahku di Russia. Dan ini adalah sekedar renunganku sahaja, renungan pria berumur 74 tahun yang pernah ke Kazakhstan, Uzbekistant dan Chechnya bekas USSR, untuk mendalami manuskrip-manuskrip kuno.
Permohonan kepada Allah SWT untuk menjalani hidup dan menjalani mati adalah : "Ya Allah tuntunlah aku ke jalan yang lurus yaitu jalannya mereka yang telah Engkau beri petunjuk, bukan jalannya mereka yang sesat dan mendapat murka dari Mu".
Jalan lurus bagiku adalah jalan yang merunut ikrarku, – ikrar atas petunjuk Mu, aku Kau jadikan manusia, untuk menjadi Khalifah di Dunia ini, melainkan hanya Kau izinkan melaksanakan dengan nama Mu, ya Allah yang maha pemurah dan maha pengasih. Aku hidup atas nama Allah untuk menjalankan amanahnya sebagai Khalifah di Bumi dengan pemurah dan pengasih kepada semua yang di Bumi hanya itu amanah Nya.
Begitulah aku atas didikan dan arahan nenek moyangku yang menyertai seluruh do’a beliau-beliau yang lama telah tiada, dengan susah payah merunut jalan pemurah dan pengasih, sebisaku, sesaat sewaktu aku tersentuh kesadaran, dalam kemelut pusaran pasar dunia aku sering lupa.
Aku selalu bersyukur karena Nurani yang Kau telah sertakan terlahir bersama tembuni, masih bertahan menyertaiku, dan aku sering berharap semoga dalam pusaran pasar dunia ini Nurani masih menyertai orang-orang yang telah menaklukkanku, menguasaiku, karena aku telah menyerahkan jualanku yaitu tenaga raga-jiwaku untuk ditukar dengan hajat hidup sekeluargaku kepada para 'Penguasa Pasar', berapapun nilainya, aku sudah kehilangan posisi tawar karena taruhannya adalah hidup anak biniku yang terikat denganku, seolah aku pengganti tembuni mereka, meskipun para Hulubalang Pasar-pun telahir disertai tembuninya .
Semoga Nurani selalu berbisik kepadaku meski sayup sayup: “Lewatlah jalan yang lurus, sesuai ikrar existensimu jadilah pemurah dan pengasih”.
Ini bukan perjalanan mudah, pusaran tornado pasar telah menelan umat Allah yang dijadikan Khalifah di Dunia. Pasar bukan saja tempat segala kepentingan Dunia bertemu, akhirnya Pasar mengharuskan setiap manusia tunduk, sebab semua hajat hidup seluruh umat manusia sudah dikuasainya. Tidak ada sebutir remah nasi, seteguk air yang boleh diminum, secercah energi entah dari minyak bumi atau sinar matahari, secuil ikan dari laut selembar kain penutup aurat yang akan sampai ke tangan manusia yang membutuhkan, kecuali lewat Pasar.
Seluruh umat manusia harus menghantarkan dirinya untuk dinilai oleh Pasar, apa yang bisa dipersembahkan, bila Pasar tidak berkenan, dengan apa si Khalifah Allah ini mempertahankan hidupnya ?
Gitu saja kok repot, Syaithan telah menyediakan perangkat keras dan perangkat lunak untuk melayani PASAR, persis seperti yang dimaui untuk dirinya sendiri, seperti yang selalu dilakonkan oleh si Despot, si Culas, si Bakhil, si Penipu, si Koruptor dan si Amoral, Penjahat berkerah putih Direktur Bank-bank yang Korup, Pelaku Internal Trading di pasar modal, Kartel Narkoba, Traficker Prostitusi dan si Bandar Perjudian itu semua adalah anak emas Pasar sebagai Pangeran dan Putri yang langsung diasuh oleh Syaithan.
Aku patah, badanku rebah di bumi Allah, digilas pusaran pasar yang kuasa dan tenaganya terkumpul dari –matter-energy, hasil karya manusia seluruh dunia berabad-abad dari dunia untuk dunia. Matter-energy ini menjadi kekuatan raksasa menguasai Dunia dengan sebutan Kapital.
Aku patah aku rebah tapi sampai putih tulangku aku tak kan kalah.
Yang berhak menjadi Khalifah di Dunia ini adalah Manusia atas nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, bukan syaithan yang jadi khalifah, tetap manusia sebagai khalifah Allah di muka Bumi.
Dan ikrarku tetap, nuraniku tetap menyertaiku, meskipun aku patah meskipun aku rebah digilas, diperas oleh logika Hukum yang menciptakan Pasar sebagi singgasana Maha Raksasa Kapital.
Ikrarku untuk menjadi apa yang ditakdirkan bagiku yaitu menjadi Khalifah di Dunia dengan nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, walau hasil memeras keringat, menguras tenaga dan pikiran yang berdasarkan ikrarku, sebagai Khalifah Allah di Dunia, dianggap gila dan ditolak Pasar.
Syaithan benar- benar pernah berkata kepadaku dalam bahasa Favoritnya :
“If it is not for profit or for fun, why the hell you do it ?”
Ya, memang perbuatan apapun yang aku dasari dengan ikrarku sebagai Khalifah Allah di Dunia pemurah dang pengasih, apapun buahnya asalkan dari Allah ta’Alla jauh lebih mulia.
Walau harus tertindas walau harus terperas dan didera pusaran pasar ciptaan Neoliberalisme, di mana dalam pasar neoliberal pesan-pesannya kepada manusia sedunia sudah sangat diwaspadai dan pernah dilawan mati-matian oleh Para Utusan Allah dari dulu yaitu untaian kata dengan bahasa apapun nada apapun, karena penguasa pasar cenderung sombong dengan kecongkakan yang isinya sama : “Sembahlah aku, ‘Kapital’ panguasa tunggal Pasar”.
Pasar yang artinya semula tempat bertemuan dan bertukar barang kebutuhan disertai ikrar ‘ikhlas’ , bersilaturrakhmi, telah dirampas digunakan oleh “Kapital” menggelar semua hasil jarahannya yaitu hampir seluruh hajat hidup orang banyak yang sudah dibawah kekuasaan pasar. Pasar telah dikuasai riba, dan Allah justru membenci riba.
Dan KAPITAL, dari PASAR SEMESTA singgasananya akan bicara dengan pongahnya :
“Akulah penguasa semua hajat hidupmu pangan, sandang, papan, kesehatan jasmani atau bahkan kesehatan jiwamu, hiburan, kesenangan seluruhnya aku yang punya, kau manusia mau ? Tukarlah dengan raga dan jiwamu, hidupmu, daganganku tidak akan rusak dan busuk karena PASAR GLOBAL telah merobahnya jadi setakar NILAI dari ‘uang’ yang kau harus dapat tergantung dari seberapa KEUNTUNGAN yang bisa diciptakan dengan uang itu untuk ku, mata uang Negerimu itu.” (begitu engkau dan kawan-kawanmu bedemo ria di lapangan “Pembebasan” di Kairo berhari hari seluruh Negeri brenti kerja se-enaknya artinya pasar tutup, dalam dua hari setelah pasar dibuka nilai uang Negerimu turun 16 %.)
Mau apa ? Kau masih simpan emas yang nilainya telah berhasil diyakinkan oleh Pangeran-Pangeran dan Putri -Putriku - abadi ? .... Ndak mungkin.
Kata penguasa Pasar ;"Aku telah tumpuk di gudang-gudangku seluruh emas di Dunia ini demi melanjutkan karya sejak Daj’jal mengajari manusia, orang orang Romawi, sejak Fir’aun sejak Jenghis Khan !! Bahkan raga jiwa dan otakmu akan layu mati setelah tiga hari tidak mendapatkan hajat hidupnya, YANG HANYA BISA KAU DAPAT DARIKU maka menyerahlah, bila tidak, terlebih dulu LAYU DAN MATI anak pinakmu, kemudian juga kau dan kepasrahanmu kepada Allah."
Harapan masih ada, bila Manusia telah mampu kembali ke fitrahnya, berontak dari kungkungan belenggu Daj’jal, bila Manusia telah memberikan jaminan kepada bayi-bayinya yang dilahirkan, yaitu dengan Bumi seisinya dengan seluruh hasil karya bergenerasi-generasi seluruh pendahulunya, bila Manusia KEMBALI KE IKRARNYA MENJADI KHALIFAH ALLAH DI BUMI MELULU BERBUAT PEMURAH DAN PENGASIH, bukan malah mempersembahkan Dunia seisinya dan hasil kerja Manusia kepada Entitas yang dijadikan maha kuasa, yang tak pernah dilahirkan Ibunya yang hidup selama Manusia mengakuinya, apapun gelarnya, dia yang yang bukan Manuisa melainkan diberi hak sebagai Manusia penguasa Singgasana Maya, tempat singgasananya di mana ? (Camkan ini singgasanya ada di : Pusatnya di Jalan Tembok, Kota Baru di tanah Rampasan, cabangnya diseluruh Dunia ) : PASAR SEMESTA). (*)
(Saya mendalami filsafat di berbagai negara bekas USSR, dalam kurun waktu 1959-1966, saat saya kuliah di Uni Sovyet almarhum, saya beruntung disela-sela kuliah saya hingga magister Pertanian di Russia, saya berkesempatan pula berziarah keliling Uni Sovyet antara lain ke Bukhara makam Imam Al Bukhari, ke Kazakhstan, Turkmenistan, Kirgiztan ke Chechnya, Azerbaijan dan ke Uzbekistan, sambil mempelajari manuskrip-manuskrip para Ulama terdahulu dari para keturunannya yang masih hidup, yang memberi pencerahan paling tidak untuk diri saya sendiri)
0 comments:
Posting Komentar