Tulisan ini mungkin akan dijawab dengan spontan dan berapi-api; “ Ini pasti Komunis mau come back” harus ditindak dengan tegas mumpung belum merajalela. Orang harus mengerti dulu apa itu Dialektika Materialisme, dan baru bereaksi.
Dialektika materialisme adalah pati sari dari semua kejadian di alam kita ini secara umum. Lha ini bukan punya siapa-siapa.
Malah Bung Karno pernah bilang berkali-kali bahwa ini adalah piranti / atau alat untuk para pemikir menganalisa kejadian di Dunia, seumpama pisau operasi yang paling tajam yang ditemukan orang.
Lantas untuk apa orang tahu pati sari dari semua kejadian “alam kita” ini bila membicarakan hal ini dianggap anti Agama. Anti Allah, murtad, kan sangat berbahaya ? ini pasti murid muridnya Tan Malaka si komunis “hard core”, ampasnya neraka. Kelirunya bahwa Tan Malaka mengarang buku Dialektika Materialisme dengan autodidak tidak komplit dan disertai dengan pikiran bergolak terhadap penjajahan Belanda.
Yang pasti, Agama-Agama besar di Dunia ini telah tahu jauh terlebih dulu setapak demi setapak mengenai pati sari hukum hukum alam dari pada komunisme itu sendiri.
Benar, komunisme mengadopsi pengetahuan yang tidak pernah diajarkan di sekolahan ini untuk mempercepat pengajaran kaum tidak bersekolah supaya bisa menganalisa kejadian-kejadian di alam ini, dengan cepat dan benar.
Setiap ajaran Agama menjelaskan sebagian pati sari dari hukum alam kita ini yang telah ditemukan manusia, sesuai dengan kebutuhan zamannya.
Agama Tao dari China tiga sampai empat ribu tahun yang lalu dianut oleh penduduk anak benua China – mendasari pati sari kejadian alam dengan Positip dan Negatip, prinsip Yin dan Yang, rwa binedha dalam bahasa Jawa Kuno
Apa saja di alam kita ini pasti terdiri dari dua unsur yang berhadapan, bertentangan, perpasangan, namun tidak bisa dipisahkan – dua sisi dari mata uang. – inilah salah satu hukum dialektika benda – ditambahi dengan materialisme karena berlaku di alam kita, alam benda, konon Taoisme mengajarkan di Alam lain, misalnya alam rokh, alam mati - kebaikan dipisahkan dari keburukan – Alam para Dewa terpisah dari Alam para Siluman.
Karena Agama Tao sudah terlalu tua, pemisahan antara dua yang pelawanan tapi tak terpisahkan masih merambat ke alam Dewa, umpama diadakannya Dewa Judi.
Di ini melanggar prinsipnya sendiri – dulu berani omong begitu ya danggap murtad.
Agama Hindu dari anak benua India yang dajarkan oleh bangsa Aria ribuan tahun yang lalu, mendasari salah satu ajarannya dengan hukum Karma – Hukum “Sebab adan Akibat”. Sebab mesti lebih dulu dari Akibat, akibat inipun bisa jadi sebab kejadian lain, begitulah terjadi rantai yang bercabang-cabang.
Hukum ini tak terhindarkan dalam dunia kita ini, Hinduism memberi jalan keluar Manusia dari Hukum Karma dengan merunut roda Dharma, berarti menuruti hukum sebab dan akibat tapi nurut rel roda Dharma – yang semula maksudnya mungkin adalah “kasih” terhadap sesamanya hingga sesama makhluk, para Dewa saja dengan kodratnya ada dalam lingkaran hukum ini. Karena kepentingan manusia, roda Dharma telah diartikan apa saja yang dianggap benar saat itu. Lantas ada anggapan bahwa aliran hidup di Dunia ini adalah samsara, jadi harus dihindari dengan ascetism, bertapa menyiksa diri.
Agama Agama samawi, memisahkan Alam kita dengan Alam-Alam lain, yang gaib yang kita harus mengimani. Artinya mengakui keberadaannya tapi tidak mencampur adukkan satu alam dengan alam yang lain. Allah – bukan manusia – Tunggal - tidak beranak dan diperanakkan –tidak ada suatupun yang menyamai.
Dua pati sari Hukum Alam sebelumnya tetap diakui diantara ayat ayat yang ada dalam Kitab Suci nya, malah ditambahkan bahwa Allah Maha Pengampun –meskipun hukum qisas masih abadi – sebagai pengejawantahan dari Hukum Karma untuk orang Arab – Artinya si pembunuh bisa diampuni dari pembalasan, dengan syarat keluaga dekat si terbunuh ridho dan si pembunuh membayar denda.
Bukankah ini kemajuan umat Manusia ?
Jaman ilmu pengetahuan mulai berkembang dengan aljabar, matematika dan statistika mulainya ditandai dengan ditemukannya satu pati sari hukum kejadian alam ini dengan “Hukum hubungan antara Kebetulan dan Keniscayaan”
Satu Kota Besar yang ramai dengan puluhan ribu kendaraan bermotor, lalu lintasnya semrawut tidak teratur – statistic akan menunjukkan banyak kecelakaan lalu lintas. Ini keniscayaan, keharusan, kepastian, menurut kondisi itu.
Bahwa yang menjadi korban adalah orang yang makan soto di warung pinggir jalan, ini adalah “kebetulan”, penunggu kendaraan umum di halte, ibu-ibu yang pulang mengantar anaknya ke sekolah, siapa saja. Itu nasib, itu kebetulan.
Bahwa di Kota Besar tersebut akan banyak sekali penduduknya yang “menjadi korban kecelakaan lalu lintas” luka luka bahkan sampai mati, itu kepastian sehingga ruang ICCU seluruh kota kapasitasnya cukup untuk keniscayaan itu. ehingga disiplin lalu linatas harus diprketat.
Orang tidak harus menyerah pada “nasib” itu, lagipula dikuatkan dengan menganggap nasib ditangan Allah secara keliru. Allah memang memberikan takdirnya yaitu “kebetulan”, menurut kita.
Kota besar itu harus segera memperbaiki sistem jalan dan lembatan dan disiplin berlalu lintas.
Kitab Suci Al Qur’an telah memuat firman Allah “Sesunggunya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah”, surah Ar Ra’af ayat 11.
Jadi salah satu dalil dialektika alam ini, matter and energy adalah hubungan “keniscayaan dan kebetulan” sehingga kapan orang harus berserah diri dan kapan orang harus berupaya jadi jelas. Hukum ini ditemukan di Al Qur’an !
Pati sari Hukum “alam ini” yang merupakan “Kuantita selalu merupakan sebab perubahan kualita”, dan perubahan itu merupakan “loncatan” ke sesuatu yang baru, dan tidak bisa berbalik arah.
Aplikasi ide “loncatan” ada pada kaidah perhitungan mathematika diferensial dan integral.
Contoh batu di tumpuk….. masih tumpukan batu, trus ditumpuk…..satu saat bukan tumpukan batu lagi tetapi bukit, bahkan gunung dengan segala sifatnya yang baru, umpama menyimpangkan arah angin, di puncaknya suhu turun lebih sejuk dll.
Contoh lagi: Sel sel bertumbuh …. Dari janin jadi bayi ……jadi anak anak satu saat meloncat saja jadi makhluk dewasa dengan segala tanda tanda kedewasaan akibat adanya hormone orang dewasa, mulai saat itu tumbuhnya sel-sel hanya sebagai pengganti yang rusak saja. Ini adalah pertumbuhan sel secara quantitative satu saat tiba-tiba saja perubahan qualitalitative beberapa sel berubah membentuk hormone orang dewasa dan tidak mungkin kembali jadi bayi lagi.
Dalan dunia tumbuh tumbuhan petani tahu persis satu biji tmbuh secara kuantitatip selama tujuh sampai sepuluh tahun, kemudian di ujung-ujung pertumbuhannya mendadak saja ada bunga dan buah, ini perubahan kualitatip yang pasti, ( karena itu petani sabar menunggu). Tetapi petani yang pinter mengambil mata atau tunas, atau cabang yang dekat dekat dengan ujung-ujung yang pernah berbuah, e..e tidak sampai tiga tahun tanaman itu sudah berbuah.
Ini artinya perubahan itu didak bisa mundur, cabang kecil yang pernah berbuah dicangkok, lantas ditanam, umur tiga tahun karena sudah pernah berbuah bila dijadikan pohon kecil ya tetep bisa berbuah, mempercepat pembuahan empat tahun.
“Antar hubungan internal dan antar hubungan external” yag memegang peranan perubahan selalu “antar hubungan internal.”
Ini hukum dialektika “alam ini” relative baru ditemukan, contoh:
Buah mangga jatuh dari tangkainya karena antar hubungan internal dalam buah mangga itu sendiri. Ini suatu yang normal dan pasti. Buah mangga masak di tangkainya tumbuh sekat dan meskipun tidak ada apa-apa ya jatuh saja.
Adapun angin kencang, disambit batu oleh anak anak dan lain lain bukanlah sebab yang pasti, dan akibatnya tidak pasti.
Aplikasi hukum dialektika ini sangat dimengerti oleh Ahli Pengetahuan Ilmu Sosial, Pendidik dsb. Dengan satu kata – timbulkan semangat sampai berapi api untuk apa saja, sebab factor internal orang itu sendiri yang menentukan.
Kaum Politisi Hubungan Internasional selalu berusaha menjadikan hubungan kepentingannya jadi hubungan internal dengan negara sasarannya, dengan demikian dia bisa berperan dalam satu proses yang diharapkan, rumit kan ? Maka itu segala upaya digunakan agar antar hubungan cliennya dengan sasaran menjadi hubungan internal artinya sangat dibutuhkan – ketergantungan misalnya, sudah mengerti kan ?
“Thesa – antithesa- sinthesa”
Dengan masyarakat manusia, akan selalu terjadi Pertentengen antara dua Aliran Pokok, seolah olah tidak terdamaikan, harus ada salah satu jang lenyap, tapi kenyataanya ternyata tidak demikian, akan tidak ada yang menang dan tidak ada yang lenyap, tapi terjadi suatu yang baru.
Pertentengan antara Wangsa Bourbon Parma dan Hohenzolleren Zaman Pertengahan – yang muncul Wangsa Napoleon.
Pertentangan antara Blok As yang Nazi dan blok Entente yang Demokrasi yang mucul Negara-Negara Jajahan yang merdeka, disusul dengan Neo Colonialisme, artinya kekuatan ekonomi Dunia ya dibagi antara si Kalah dan Si Menang dalam Perang Dunia II.
“Negasi dari negasi” adalah hukum alam ini yang menjamin keberadaan dari satu sistem – sebagai contoh sistem kekebalan manusia terhadap serangan virus.
Virus adalah unsur negative dari kehidupan, didalam tubuh manusia selalu terbantuk antibody terhadap virus itu, makanya manusia selamat.
Masyarakat manusia, antar naggutanya selalu ada kritik, yang dikritik merasa tidak nyaman, harus ada sistem auto kritik, supaya masyarakat itu sehat.
Orang Jawa menamakan “tepo seliro” mawas diri. Mereka bukan belajar dari kaum Komunis.
Yang diuraikan diatas adalah Hukum Dialektika alam ini mungkin Dialektika Alam supra natural ya ada.
Dari saya sendiri dapat mengemukakan bahwa ada Dialektika Alam Supra Natural, artinya bukan dari “alam ini”, mungkin dialektika yang dikemukakan oleh R.M.P. Sorsokartono, dalam syair bahasa Jawa:
Terhadap diri sendiri beliau mengetrapkan dialektika supra natural akan seperti ini :
Nrimah mawi pasrah - Hidup mengalah apa adanya tapi disertai berserah diri kepadqa Allah
Tanpa pamrih tebih ajrih - Hidup tanpa pamrih untuk diri sendiri
jauh dari ketakutan
Langgeng tan hana bungah tan hana susah - Tetap teguh tiada susah tiada gembira
Anteng mantheng sugeng jeneng. - Bila berdiam diri, tekun berzikir -bila
hidup dalam masyarakat, berprinsip
yang tak tergoyahkan, (kasih pada
sesamanya )
Terhadap masyarakat artinya sikap keluar, beliau mendasari kegiatan hidupnya dengan sikap yang dibimbing dialektika supra natural, seperti ini:
Sugih tanpa bandha - Hidup kaya suka memberi tapi tak
perlu dengan harta melimpah
Digdaya tanpa aji - Menguasai ilmu esoteric tapi tanpa
Rafalan, bantuan alam gaib tapi dari
Allah semata.
Nglurug tanpa bala - Menyerbu (musuh) tanpa bala tentara
Menang tanpa ngasorake - Beliau merasa memenangkan
pertempuran dan perang, tapi ndak
ada lawan yang dikalahkan (karena
lawannya adalah hawa hafsunya ?)
RMP Sosrokartono adalah kakak kandung R A Kartini putra Bupati Jepara dari seorang selir, lulusan Universitas Leiden jurusan Indologi, menguasai 23 Bahasa.
Tapi tidak pernah jadi Amtenaar Belanda.
Pernah bekerja di Volkenbond (PBB sesudah Perang Dunia I) di Vienna, sebagai Wartawan harian di Washington.
Pulang ke Tanah Air, sebelum Perang Dunia ke II, tidak kawin, bergiat di pengobatan orang sakit apa saja tanpa bayar, dengan menggunakan air putih disertai melulu dengan do’a pemohonan kepada Allah. Konon ribuan yang disembuhkan.
Beliau mengaku tiada Guru maupun murid, dengan pernyataan dalam bahasa Jawa ”Guru muride pribadi, murid gurune pribadi” artinya guru adalah murid dari pribadi dan murid adalah gurunya pribadi.
Oleh karena itu saya berani menngemukakan bahwa beliau adalah penemu jalan esoteric dengan falsafah hidupnya yang dialektik dunia supra natural.
Ada lagi Dialectic sejarah manusia – yang mendalami hukum pati sari kejadian kejadian dalam sejarah masyarakat manusia – lha ini yang menyulut pertentangan besar besaran di kalangan umat manusia – dengan keberanian dan juga kelicikan sebagaimana setiap pertempuan dalam dunia ini (tapi bukan pertempurannya RMP Sosrokatono).
Dialektika Sejarah Masyarakat Manusia – dimulai dengan manusia sebagai makhluk bermasyarakat komunal purba, disitu tarik ulur antara sikap kebersamaan dan kesamaan setiap anggauta mesyarakat, dengan sikap otoritas perorangan yang menonjol.
Disusul dengan masyarakat Feudal sebagai hasil dari kemenangan manusia pribadi yang mampu menonjol di atas yang lain, bukan saja si Individu itu tapi beserta penggantinya, anak-anaknya yang didukung oleh clannya. Zaman ini ditandai dengan peperangan antara si Terkemuka, si Menonjol yang dinamakan Raja/Ratu.
Disusul lagi dengan masyarakat Demokrasi yang artinya Si Menonjol dan si Terkemuka harus tunduk pada Orang Banyak (bahasa Latinnya Demos ).
Ada pertentangan yang merupakan pusaran besar, yang jadi sangat kejam karena kebodohan, antara penganut Demokrasi yang menafsirkan bahwa demokrasi membebaskan setiap perorangan mengejar nafkah dan mimpinya sendiri-sendiri sepanjang hidupnya, disisi lain Demokrasi harus menjamin setiap individu dapat kebutuhannya. Yang satu dinamakan Demokrasi Liberal dan yang lain dinamakan Demokrasi Rakyat.
Amerika serikat adalah penganut tafsiran Demokrasi Liberal, Uni Sovyet dan RRT menganut tafsiran Demokrasi Rekyat, sedang RMP Sosrokartono adalah Demokrasi esoteric, Rakhman dan Rakhim.
Seperti pertempuran pertempuran di “Alam ini” ada kepahlawanan dan ada kelicikan. OK itu biasa, tapi yang mati jadi korban bisa ratusan juta orang dengan senjata pemusnah massal.
Sekarang umat manusia lagi meracik kedua penafsiran demokasi ini dengan satu kesepakatan yang akan disusul dengn kesepakatan yang lain aku yakin. Kesepakatan pertama adalah Pemberantasan Korupsi, peneguhan terhadap harkat manusia yang rahman dan rahim secara bersungguh sungguh.
Di negara penganut Demokrasi Liberal ada yang jadi well fare countries, di negara Demokrsi Rakyat, membebaskan rakayatnya untuk mencari nafkah mengejar mimpinya secara individu.(*)
0 comments:
Posting Komentar