Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Selasa, 12 Agustus 2014

FALSAFAH PETERNAK SAPI SEBAGAI UPAYA BUDAYA


Orang  Indian Amerika sebelum Columbus sangat dekat dengan Alam dan memuja  Alam sebagai azas hidupnya. Mungkin ini menyebabkan mereka mencintai Alam secara intuisi. Jadi mereka hidup berkelompok berpindah pindah mengikuti migrasi tahunan bison bison sebagai sumber makanan mereka sambli berladang jagung.  Orang  Inggris pendatang dari Europa mencintai uang, mereka hidup ditengah padang rumput menyertai kelompok sapi atau biri-biri  mereka yang hidup dari padang penggembalaan yang sangat luas. Orang Jawa memelihara sapi dirumah  masing masing untuk membantu mengerjakan sawah ladang, hanya beberapa ekor setiap keluarga, karena dengan jumlah  itu setiap keluarga bisa mencarikan sumput waktu musim kering tiba. Petani ternak sapi perah di Negeri Belanda cemas dan sibuk memanggil Dokter Hewan bila sapi perahnya sakit, tapi tetap tenang bila anaknya panas.
Satu hal saja yang sama dari kelompok manusia pemelihara ternak ini  yang sama: Mereka memperlakukan hewan hewan ini  dengan sayang dan rasa hormat.  Ini benar sekali karena urusannya dengan makhluk hidup yaaang tidak bisa omong. Manusia tidak bisa membuat hidup.  Bahkan kepada hewan piaraanpun harus dianggap sesama hidup. 
 Sifat keempat kelompok manusia ini yaitu manusia Idian Amerika, manusia pendatang di Australia, coboy Amerika, manusia Jawa pemelihara sapi penarik bajak, Petani Negeri Belanda pemelihara sapi perah,  sifatnya sama mereka jujur dan sederhana. Bergaul dengan sesamanya spontan menurut intuisi kasih yang lugu.  Kini dimana saja ternak sapi bisa dipelihara, bahkan ditengah padang pasir, ribuan sapi susu bisa menghasiklan susu sebab semua kebutuhan sapi sapi susu itu diberikan, termasuk AC pendingin ruangan. Tetap pemeliharaan nya  masih harus             desertai kasih sayang saban hari.
Anda memelihara sapi dimaksud untuk pedaging di Wilayah Pertanian padi sawah,  tentu saja sawah lebih menguntngkan  untuk bertanam padi daripada dijadikan padang penggembalaan. Jadi harus ada akal buat menggantikan rumput, yaiu hijauan dan konsentrate.  Hijauan didapat dari limbah tanaman pertanian ditambah dengan rumput / hijauan lain yang sengaja ditanam  tapi dilahan lain yang lebih murah dan  lebih tidak subur, merkipun harus dibeli atau diangkut dari tanaman sela perkebunan yang  ke peternakan anda, saban hari atau mengewetkannya dengan dijadikan “silage” dan dikeringkan jadi “jerami” yang bukan dari  tanaman padi.( hay)  Apa saja limbah tumbuhan budidaya bisa diolah jadi makanan ternak.
Untuk semua itu peternak harus mengunjungi kandang sapinya setaip hari, melihat komposisi makanannya, kualitas ar minumnya, keadaan ternaknya bebas dari ectoparasit apa enggak, kandangnya nyaman bagi ternaknya apa enggak, dia bisa kahu seketika, dan diperbaiki. Tidak ada alasan untuk tidak melakukan ini.
Dengn ffalsafah ini, mungkin anda bekas Pegawai Negeri, anda Kaum Bangsawan, anda Pedagang kaya, atau anda uzur sudah tua, untuk menjadi peternak yang baik, kan ada Hand Phone ? Atau laptop untuk browsing. 
Karena supervisi yang anda kerjakan saban hari, perkara teknis  pemeliharaan yang agak mendalam, kenaikan berat ternak,  kesuburan ternak betina,  keadaan kandang,  keberadaan ectoparasites, kesehatan ternak, anda bisa bayar mantri hewan yang datang berkala atau atas penggilan anda,  membuat senang dia dengan  beaya kunjungan dan sekedar membuatkan kopi hangat dan keramahan anda. Jadi kuwajiban anda adalah mengunjungi kandang setiap hari, tanpa alasan untuk absen/mbolos. Karena apa ?
Karena ration makanan beserta konsentrate bisa berubah saban hari karena tidak dimakan sebab basi dan tidak enak, sapi betina birahi dengan periode 25- 28  hari, kapan telurnya masak, dan harus dikiwinkan dalan 20 jam paling lambat. Kan ada kawin suntik? Ectoparasite bisa datang setiap waktu dan berkembang karena terbang ikut angin, sapi bisa mendadak mencret dan harus ada upaya menolong sebelum terlambat. INILAH FALSAFAF MENJADI PETERNAK SAPI. Dimanapun sama*)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More