Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Selasa, 12 Agustus 2014

INDONESIA, TOKOH PEMIMPIN DAN JAMANNYA

Wanti-wanti Orang Tua : Jangan sekali-kali membengkokkan sejarah, sejarah adalah milik Allah Subhana Hu Wa Ta’Alaa, jika mulut kita membengkokkan sejarah, Allah yang akan meluruskannya, kapanpun lewat media apapun. Segala Alam Dimensi berapapun adalah milik Allah

Kebetulan sekarang bulan Agustus, bulan penuh kenangan euphoria Proklamasi kemerdekaan. Terutama untuk saya yang sudah merasakan euphoria rakyat Indonesia waktu itu 17 Agustus 1945, saya lahir di tahun 1938. 
Kala itu, balatentara Dai Nippon yang menduduki seluruh kawasan bekas Hindia Belanda sudah menakluk dua hari sebelumnya. Selama dua hari rakyat gerah apa gerangan yang akan terjadi ? Rakyat hanya tahu Negara yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 ini sudah komplit dengan para Pemimpinnya. Mereka telah digodok oleh api penjajahah Belanda, banyak yang rontok oleh janji-janji Dai Nippon, dan tenggelam, namun ternyata masih sangat banyak yang tegar menantikan peristiwa ini.
JANG JELAS KEBANYAKAN PIMPINANNYA SUDAH DIKENAL RAKYAT MENGENAI “TRACK RECORD” NYA – SEMUA REPUBLIKEIN (PRO REPUBLIK ).   
Pada era itu dalam kenangan saya, revolusi fisik sedang berkecamuk. Pimpinan masyarakat rata-rata adalah orator yang handal, sambil menekankan pada penampilan pejuang, berambut panjang memakai samurai dan pengawal yang banyak bersenjata lengkap, seperti Naga Bonar tokoh fiksi. Tapi sejarah mencatat ada pula tokoh Sabaruddin ini tokoh beneran kejam dan srakah, namun tak lama berselang langsung ditangani oleh pejuang yang asli dan bener-bener, ndak ada soal.
Hanya sedikit pembonceng dan pencari kesempatan yang mempunyai  cita-cita lain, yang ternyata berhasil digali  kuburan hatinya oleh Belanda untuk dijadikan Pimpinan masyarakat Negara-Negara Boneka untuk mengisi Republik Indonesia Serikat bikinannya,  digunakan  memperlemah semangat Kemerdekaan semula, yang berdasarkan kerakyatan untuk diganti dengan azas kemapanan kelas komprador.  Segera saja Pemimpim kelas kemapanan Nica ini diludahi Rakyat. 

Ini juga sejarah, saya mengulas di Blog saya ini karena khawatir cucu-cucu saya nanti tak diajari sejarah Bangsanya sendiri, karena kurikulum yang selalu berganti. Para tokoh bentukan Belanda antara lain ada tokoh Sultan Hamid II, Kartalegawa,  Kanjeng Djuwito,  Anak Agung Gde Agung, KGPH Mangkunegoro,  Mr. Soumokil,  dan seluruh jajaran penikmat kemapanan dari setiap suku di Indonesia  kawan-kawan mereka yang dari semula setengah hati menerima proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan berjuang , secara  cepat ditandai track recordnya oleh rakyat.
Proses alami pergantian kepemimpinan Perjuangan Republik ini juga terjadi selama perjuangan tahun 1945 hingga 1950 sampai diakuinya kedaulatan Republik Indonesia  NKRI oleh masyarakat international. Muncul para patriot yang telah teruji kesetiaannya pada republik,  misalnya Ki Hajar Dewantoro dkk,  Raden Panji Suroso,  H Agus Salim,   kiai  Khasbullah, Dr. Sam Ratulangi, kemudian kesemuanya telah menua dan secara alami diganti oleh yang muda, masih dengan track secord yang sama baiknya, merekalah pendukung NKRI yang ber Panca  Sila, pejuang pembela rakyat,  meskipun telah tercampur dengan Pimpinan yang dibesarkan oleh Perebutan kekuasaan dari Penjajah  Nippon dan terpincuk oleh ketersediaan harta yang mudah terjangkau berkat  kekuatan senjata Revolusi itu. 
Seperti tokoh Sabaruddin di  sekitar  Mojokerto Pandaan  yang  menumpuk harta,  duduk di tahta Lasykar Rakyat dan membuat herem wanita indo yang tanpa pelindung dan sikap yang jelas,  telah  menteror  dan  merampok sesama pejuang. Ada militer yang  lulusan Pendidikan Bintara Lapangan Pribumi oleh Jepang (Peta) yang langsung kawin dan membeli villa di Tawangmagu dengan kerjasama  bekerja sama dengan  teman-temannya yang menjadi kroninya  kemudian pedagang cina, ada Pimpinan Laskar yang langsung kawin juga  dengan dirayakan besar besaran di Kota Malang  dan Selecta  tanpa perasaan risih dan lupa dengan janjinya tidak memotong rambnt hingga mengalahkan Belanda. Saya kira para warga senior Indonesia yang berusia 70-an tahun masih ingat (jika diijinkan Tuhan mengingat secara fisik). 

Track  record ini  kemudian ditukangi dibawa sampai jadi kroni Penguasa Orde Baru, dengan dukungan tangan besi Diktatot Dinamisator  Stabilisator   kekuatan senjata.  Tidak terhitung para pencari kesempatan dengan penenteng pedang samurai, berambut panjang dan berjuang jadi Staff  Komando  Laskar Daerah yang menguasai tinggalan asset eknomi  Nippon,  nongkrong di  Pusat Pemerintahan Republik  di Yogya kala itu, jadi adalah memang tokoh  karbitan bukan pejuang  membela nasib rakyat, ya tetap bodoh  meniknati nganggurnya selebriti. 

 Perjuangan Bersenjata Republik Indonesia juga melahirkan pemboceng-pembonceng yang jadi ulat dan rayap  sehingga ketokohan perjuangan untuk rakyat Republik ini  kropos,  dengan mengubah sejarah pribadinya sendiri jadi Pejuang  Tentara Pelajar di Pati Jawa Tengah dan mengubah sejarah menjadikan pemeran sentral   Pentolan Orde Baru dalam perjuangan bersenjata melawan Tentara Pendudukan Belanda KNIL. 
 Sampai sekarang kita rasakan  karyanya dengan dihapusnya  Hari  Pahlawan dalam Perjuangan Nasional   tanggal 10 Nopember sebagai tanggal merah Hari Pahlawan, Rakyat Surabaya diam, karena perjuangannya memang tanpa pamrih.  Kita semua mengenang, apalagi kata anak saya jaman SMA dulu tahun 1980-an hingga 1990-an buku sejarah wajibnya adalah dari sosok Profesor Doktor Nugroho Notosusanto  alm.  Seorang  sejarawan yang terang-terangan sangat membenci Proklamator Republik Indonesia  ketokohan Presiden Sukarno.  Anggapannya, kenapa sejarah Nasional ditukangi, karena hari Pahlawan 10 Nopember 1945 terlalu merakyat, arek arek  Surabaya.  Meskipun ini  merupakan  perlawanan rakyat yang luar bisa dan spontan MENYURAMKAN  JASA  KELOMPOK  YANG DIA  INGIN  DI  PLOTKAN BERPERAN SENTRAL  DALAM PALAGAN AMBARAWA YANG DILANJUTKAN OLEH  PERISTIWA YANG DITIUPKAN MENGGELEMBUNG – YOGYA KEMBALI DIPIMPIN OLEH  LETKOL SUHARTO, SEDANGKAN SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO  IX  SAJA HANYA PEMAIN TAMBAHAN.   
Bersamaan dengan itu dengan liciknya menghapus kisah nyata sejarah perebutan kota Solo dari Tentara Kerajaan Belanda oleh Letkol Tentara Pelajar Slamet Riyadi (semoga Alloh SWT menempatkan  Letkol Slamet Riiyadi dalam syurgaNya, Amin) selama lima hari sebelum  cease fire dengan Tentara Kerajaan Belanda.
Tentu saja, jasa TNI dalam perang kemerdekaan sangat besar berdampingan dengan rakyat.  Wajar juga dalam perjuangan ini terikut oknum-oknum pencari kesempatan,  kelicikan egoisme pribadi  yang materialistis dan sebagainya.  Tapi kerja sama bahu membahu antara Angkatan Bersenjata dan Rakyat  memang terjadi secara alami, makanya bisa menang terhadap tentara Pendudukan Belanda  tidak bisa dipungkiri, sebab tentara yang memanggul senjata kemana-mana itu adalah anak-anak rakyat.
Banyak tokoh  yang sudah berhasil dicuci secara sistimatis track recordnya selama perang kemerdekaan, selama Republik ini melawan Nekolim dengan  pimpinan Prresiden Sukarno, hilang saja  record penghianatannya, malah diangkat jadi Bhagawan Ekonomi,  setelah pulang dari  bersembunyi di Malaysia  selama konfrontasi dengan Nekolim.  Lho jangan marah loh, ini sejarah, bila kita sembunyikan toh ratusan tahun mendatang akan muncul. Saya percaya Sejarah Indonesia yang asli murni senyata-nyatanya bakalan muncul ratusan tahun mendatang jika teknologi sudah makin maju. Sembunyikan sejarah ini sekarang, toh 100 tahun lagi akan muncul dengan detail lebih jelas, dengan ragam media yang canggih dan bahasa yang lebih beragam.

Menurut saya pribadi, sejarah ummat manusia adalah hak Tuhan Yang Maha Esa, kita tidak mampu menyembunyikan sejarah, suatu saat akan terkuak. Jika tidak di Dunia yah apa boleh buat, di akhirat akan lebih clear kita tahu sejarah kita.

Dan kemudian kroninya mulai bermunculan sebagai tokoh pasca Orde Baru.  Banyak tokoh yang “pethakilan” selama  pergantian  Orde Baru ke  Orde Reformasi,  dan selama Orde Reformasi  menjual asset Negara, misalnya Cultuur School Malang,  pendukung inteligensia Pertanian,  karena  versatilities dari kurikulumnya, Jalan Kenari Surabaya,  konon menyelundupkan minyak keluar negeri dengan kapal nelayan asing,  minyak mentah atau BBM subsidi,  lalu apakah lolos jadi tokoh Bupati atau Gubernur di Era Reformasi ?, Apalagi  hanya korupsi  menjual artefak sejarah yang bernilai sangat tinggi secara budaya, sekarang malah berkibar-kibar menginjak injak rasa keadilan rakyat dengan money politiknya.
Kesadaran rakyat mulai nampak setelah Pilpres Juli 2014 – tanpa memandang track record dari kader-kader Patai Pendukung utama yang dekat  Sang Ibu, masih amburadul tidak nyata keberpihakannya kepada  Rakyat Negara dan Bangsa, kecuali egoisme primordial  mencari uang.  Meskipun Suryadi PDI sang oportunis bayaran sudah tidak laku Yusuf Merukh sudah tak berlalu,  Ny  Fatimah Ahmad  yang intel sudah berhenti karena malu.
Semoga waktu dan kesadaran rakyat bisa menyingkirkan  sebersih  bersihnya  mereka dari kekuasaan Pemerintahan hasil Pipres 2014,  sehingga KKN bisa sangat diperkecil dan  kemakmuran rakyat bisa maksimal diupayakan, karena rakyat semakin pintar. 
Ke depan, mulai tahun 2015 depan,  adalah waktu yang sangat berat menurut hemat saya, karena subsidi BBM  dan lain subsidi-subsidi lain dihapus atau sangat dikurangi sehingga mendekati harga ke-ekonomian/harga internasional.
“Harga Internasional”, pada hemat saya kata-kata inilah yang seharusnya menjadi jargon pemerintah kalau takdirnya BBM harus sama dengan harga dunia, dengan bangga (harus bangga, daripada nyesal), saya ulangi dengan bangga kita menjargon "Harga BBM kita adalah harga Internasional" ada nada kebanggaan di dalamnya meski pahit (little bit bitter) dan sarkastik paradoksal juga satir dan sedikit komik.  Jangan jargon “Subsidi dinikmati orang kaya” yang diulang-ulang oleh menteri ESDM, dan Menkeu, juga di-koorkan oleh segenap menteri KIB jilid II, Masya Allah ini jargon lapuk yang diulang-ulang sejak tahun 2008 silam. 

Karena kalau naik toh naik saja, karena tuntutan jaman Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan segera masyarakat Dunia, tak ada kuasa yang mampu membendung jaman. Saya perkirakan bensin jadi sekitar Rp.9000-an (sekarang masih Rp 6.500,-), Solar juga dekat dengan harga Internasional, sudahlah, tidak perlu diributkan, ini takdir jaman yang harus dilalui.
Asalkan republik segera bisa tanam pangan sendiri, meskipun research bidang pertanian ini sayangnya nol, fakultas Pertanian tidak laku dan SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas) sudah tutup lama.(*)

Ir. Subagyo, M.Sc status : mendukung pendidikan sejak dini kejuruan Pertanian di Indonesia, demi kemajuan sektor pertanian Indonesia.

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More