Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Selasa, 24 Maret 2015

BHAIRAWA DAN ANORAGA

 
Sikap yang diperagakan oleh raksasa berwatak pendeta Bhagawan Bagaspati ayah dari Dewi Satyawati, yang kemudian diperistri oleh Prabhu Salya. Credo itu kemudian dipakai sebagai credo dari Divisi Brawijaya dari Jawa Timur, dengan menyatukan kedua sifat itu, setelah berkali-kali memenangkan pertempuran melawan kaum Penjajah dan para pemberontak PRRI Permesta yang bersenjata moderen dan lengkap dari Amerika Serikat.

Sedangkan Divisi ini hanya memakai senjata sisa Perang Dunia II dan rampasan dari bala tentara Dai Nippon yang sudah tidak tidak layak untuk melengkapi satu Divisi, apalagi Infantri. Sejarah mencatat, Divisi Brawijaya melakukan  pendaratan di pantai-pantai Sulawesi dan  kepulauan Maluku dan Saparua  hanya menggunakan drum-drum bekas yang dirangkai dengan tali dan papan-papan seadanya didayung ke arah pantai berbatalion-batalion. Walau demikian, selama perjuangannya, Divisi ini terutama prajuritnya dan bintaranya  yang sudah banyak makan garam dan pensiun tahun 70-han tetap rendah hati dan sederhana, karena selama dinasnya telah diadu dalam berbagai peertempuran demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), selalu banyak berpuasa, hidup prihatin dengan keluarganya, dan dengan khusyuk beritikaf merurut agamanya masing-masing. Saya tahu benar sejarah Divisi Brawijaya, karena saya adalah Arek Suroboyo yang senantiasa berusaha membaca sejarah apa saja di NKRI tercinta.

Jauh masuk  kedalam sejarah bangsa ini, dalam pendirian kerajaan yang telah mengangkat derajad Bangsa Nusantara menjadi bangsa yang tahu sejarahnya dan tidak mudah di taklukkan, Kerajaan Majapahit atau Wilwatikta telah didirikan sehingga mencapai puncak zaman keemasannya selama dua abad dan berjuang  melawan musuh dari dalam berbentuk sekte sewenang-wenang dari Kaum Hindu Jawa, guna mendapatkan kesempurnaan Dunia akhirat yaitu sekte Tantra Bhairawa, yang mengutamakan mendapatkan kepuasan duniawi liar yaitu melaksanakan pemuasan makan daging segala rupa hewan alias “Mamsya” memuaskan makan ikan alias “Matsya”, mabok-mabokan alias “Ma’argya” menari-nari hingga trance alias “Maudra” dan  akhir dari Ma lima ini adalah menyelengarakaan orgy sex terbuka dan gila-gilaan atau ”Maithuna”.

Untungnya kelak warga Kerajaan Nusantara ini yang beragama Islam dengan dipimpin oleh Wali Songo mampu menyelamatkan Negara muda yang baru ini dengan sikap Anoraga, artinya maskipun tetap teguh dan unggul namun tetap mantab menghadapkan lahir barthinnya kapada yang Tuhan Maha Esa.  Wali Songo terbukti mengalahkan Majapahit Hindu dan sekaligus Pajajaran Hindu.

Seperti sikap yang telah digunakan oleh keturunannya setelah lewat beberapa abad kemudian beberapa puluh generasi kemudian. Yaitu sikap hidup seorang intelektual Jawa untuk melawan kesewenang-wenangan kaum Penjajah Belanda yang sudah sangat tengik menjelang keruntuhannya.
Beliau adalah R.M. P. SOSROKARTONO.
Sikap Pengendalian pribadinya untuk dirinya sendiri:

Nrimah mawi pasrah :  Menerima kehendak  Allah dngan berserah diri
Tanpa pamrih tebih ajrih :  Tanpa pamrih jauh dari rasa takut
Langgeng, tan hana bungah tan hana susah : Teguh mantab menghilangkan rasa susah dan senang
Anteng mantheng, sugeng jeneng : Bila lagi tenang, teguh berserah diri kepada Allah Subhanahuwataalla, bila lagi menjalankan roda kehidupan tetap memegang erat prinsip hidup baik terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat yang sudah menjadi tekadnya.

Sikap Pengendalian  diri menghadapi masyarakat lingkungannya:  

Sugih tanpa bandha : Kaya rela memberikan miliknya tidak lekat dengan harta benda
Digdaya tanpa aji : Sakti fanpa bantuan kekuatan selain Allah
Nglurug tanpa bala : Menyerbu lawan tanpa menggunakan pasukan, melainkan bersendirian
Menang tanpa ngasorake : Memperoleh kemenangan tanpa mengalahkan menaklukkan lawan

Begitulah selama hidupnya RMP Sosrokartono hanya mengabdikan diri untuk mengobati orang sakit hanya dengan do’a dengan air putih, gratis, semua sakit mendapat perlakuan yang sama tanpa memandang nama penyakitnya tanpa pandang suku ras dan agama melulu demi kebaikan sesama hidup, alias melaksanakan Bisimillahirakhnanirakhim dengan bersikap ANORAGA.(*)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More