Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 13 April 2016

ANTARA STEREOTYPE DAN NALURI

ANTARA STEREOTYPES DAN NALURI.

JADI PEMIMPIN, PAKAILAH INDIKASI UNTUK MENYARING INDIVIDU YANG DEKAT DENGAN ANDA.

Dalam kehidupan moderen, tidak bisa lain dari menjalin komunikasi dengan manusia lain, day in day aut.

Pembentukan pribadi manusia, sebagian besar untuk mengatasi persoalan ini. Pembentukan pribadi umumnya diberikan oleh pendidikan formal, mengenai disiplin masuk kelas dan mengakui dengan ihlas salah dan benar. Kemudian  pendidikan di rumahtangga diajari mengenai tugas dan kuwajiban  pribadi terhadap keluarga, kehidupn pribadi kepada masyarakat.

Mengenai sifat orang perorang atau kelompok pada jaman gelap, bisa dihubungkan dan di-generalisasi-kan dengan pertanda semua hal, temasuk hari kelahiran, letak tahi lalat bahkan termasuk pembawaan fisik. Sekarang di jaman yang terang benderang ini menandai sifat orang dengan Stereotypenya nyaris didakwa kejahatan terhadap masyarakat, sebab sama sekali tidak mencerminkan kebenaran. Jadi bagi orang Jawa jangan lagi mengetrapkan gambaran, terutama wajah  peraga pada wayang kulit, sebagai stereotype sifat manusia pada  kehidupan modern ini.

Lain halnya dengan NALURI.

Watak satu kelompok, bisa berasal dari kebiasaan berfikir kelompok itu. yang kita kenal dengan NALURI. Naluri adalah pengalaman mengamati pemikiran yang nantinya mengarahkan perbuatan kelompok atau individu berdasarkan kebiasaan menelad sikap prilaku masyarakat kecil disekitarnya. Yang jelas contoh yang menggelikan adalah naluri watak "bakul" pedagang kecil dari desa desa Jawa,  orang Jawa. Anda selalu mendapat jawaban yang sama dari "bakul'' apa saja, apabila kesalahan menanya satu barang yang kebetulan bukan barang dagangan "pegangan"nya yaitu..... o anda nanya ada payung ? wah habis ! Padahal seumur umur dia tidak pernah mempunyai payung sebagai dagangan. Naluri bakul selalu memelintir dan pelit informasi.

Ada satu suku bangsa kita yang nalurinya sangat kuat untuk berkomplot secara compact dalam hal yang buruk dalam  menyangkutkan hubungan internal  marga marganya, Kebanyakan mereka mangambil profesi sebagai  pengacara yang berhasil ( swasta) juga sebagai PNS,  mereka menggerombol tanpa malu malu secara nepotisme, di Badan Pengawasan Keuangan ( BPK) di  Pusat  maupun BPK Propinsi,  yang setiap Kabag Keuangan Kantor Pemerintah  dan staffnya dimana saja, sejak dominasi Orde Baru sampai sekarang pasti tahu tingkah lakunya. Ada satu suku bangsa kita yang mengkhususkan diri menjadi “squatter” pengguna liar lahan kosong dikota kota besar terutama lahan pinggir sungai pinggir jalan raya dan milik Negara. Ada satu suku pelaut yang membuat desa ditepi pantai dimana mana, di pulau pulau dan beralih menjadi petani yang rajin serta berhasil dan memagari lahannya supaya tidak diserang babi hutan dan ternak tetangga.  Ini hanya bisa terjadi bila mereka itu punya naluri kesana.

Lain dari stereotypes yang beraneka ragam dan tidak  ada signifikansi untuk menganalisa apapun, NALURI INI ADA TINGKAT TINGKATANNYA.

1.     Naluri egois, naluri kebinatangan yang masih tersisa pada manusia, sangat tipis pengaruhnya pada kehidupan sopan santun di level perorangan, tapi sampai kini merebak le level antar Bangsa dan antar Negara.   

2   Naluri melindungi filial dan yang menurunkan/parental, Naluri melindungi kepentingan keluaga, kelompok, sangat logis dimiliki dengan teguh pada suku suku minoritas pendatang, yang pasti punya “tong”, dengan segala komplotan jahatnya, makin menipis karena kebudayaan moderen seperti menipisnya Mafia dari orang Sicilia, apa kejahatannya ? Omerta ! Merata diantara mereka. Sekarang tidak lagi.

3   Naluri untuk melindungi bangsa dimana dia dilahirkan, karena kecenderungan mempunyai nasib yang sama. Sering tersesat ke Nazi-isme yang chauvinistic, merasa sebagai das herrensvolk. Jangan kuwatir ini tidak dimiliki oleh mayotitas wakil rakyat pusat dan daerah, mereka simpan hartanya di Panama, dan Singapore. Wong naluri mereka masih di level puak dan kampung, paling seputar "sara" yang nyaman.

4   Naluri sebagai “ manusia”  amanah Allah, yang dimiliki oleh orang yang “eling” – semoga dia dilindungi Allah. inilah yang dikehendaki dari sorang pemimpin.                           

.  Tentu saja yang paling mempunyai nilai tinggi adalah naluri sebagai manusia, yang dalam agama kristiani diabadikan sebagai “the good Samaritan” dalam Agama Islam diexpresikan sebagai credo perjuangan “ bismillahirakhmanirrakhim”.  Perbuatan manusia dengan selalu mengingat satu satunya tugas khalifah Allah di dunia adalah baramal baik dengan rakhman dan rakhim. Artinya memperjuangkan dengan sekuat tenaga kepentingan manusia, orang banyak, masyarakat. Meskipun tanpa pendukung dari lingkungannya yang chronis, endemis rata rata para koruptors. Istilah RMP Sosrokatono "Nglurug tanpa bolo" masuk kancah "musuh" -koruptor manipulator, sendiri tanpa dukungan, melainkan Allah.

Anda sekarang lagi menyaksikan naluri anak manusia, yang satu memperjuangkan naluri filial dan kebaktian kepada orang tuanya yang mempunyai naluri preservasi keluarga yang sangat kuat dan berhasil – Yang satu  ini, berupaya mencegah dengan sekuat tenaga “kerugian” orang tuanya, dalam arti modal raksasanya yang ditanam orang tuanya dalam meciptakan pulau,  akan terancam bakal tidak akan kembali dalam lima tahun plus keuntungan 10% per tahun (ini sudah sangat kecil bila bibanding keuntungan dalam kerja dagang yang lain). Dia telah berhasil menjadi ”fixer” antara wakil dari berbagai fraksi partai berjumlah ratusan orang wakil rakyat di DPRDnya, DPDnya membuat aturan kontribusi kepada Exekutive Daerah, kebetulan seorang Gupernur demi bertanggung jawab atas kesejahteraan semua rakyatnya dengan nyata,  kontribusi si pengembang hanya 5% dari nilai pulau, bahkan dihapus sama sekali. Sehingga sang papa tidak "rugi", artinya balik pokok plus keuntungan dalam 5 tahun pasti kembali plus sisa lahan milik keluarga yang pasti nilainya semakin tinggi ( ini upaya menuruti naluri sedikit diatas derajad naluri egoistis hewani). Menurut Wakil Rakyat Daerah, Doktor Lulung, tidak ada dasar lukumnya minta retribusi 5% kok malah  Gupernur ini minta nambah 15% buat rumah nelayannya dan pasar ikannya. Bisa makan shushi disana sekalian. Dasar lukumnya apa ?


Melawan ketentuan Kepala Daerah Tingkat Satu – sang Gupernur,  yang bertanggung jawab pada Nelayan dan pencari kehidupan di pantai laut, nambah sebesar 15% lagi- muncul dari naluri kemnusiaan sang Gupernur saja – derajad naluri yang tertinggi yang bisa dimiliki oleh manusia modern.  Saya salut pada yang berani betanggung jawab berani melawan seluruh wakil DPRD, DPD, dan ahli  ligkungan uang, yang sudah jinak sama sang fixer,  Sunny boy. Gupernur ini malah  mengesampingkan hasil perjuangan mati matian si fixer yang sudah berkorban banyak lewat M Sanusi, malah minta kontribusi tambahan diatas 5% masih ditambah 15% . Apa pencetak pulau rugi ? Tidak juga, sebab di pulau D ada laut yang dibawahnya ada kabel tegangan tinggi dari PLN Muara Karang, pipa gas untuk generator, yang mestinya tidak ditimbun jadi pulau, jadi kanal,  lelebar 300 meter sepanjang pulau D harus tetap jadi kanal,  demi kelestarian PLN Muara Karang dan sanak familinya  engkong Ridwan Saidi, (yang  benci pada dia). Ikut ditimbun jadi tambahan tanah dagangan. Ini pelanggaran yang disengaja. Tidak menurut bestek. Nah siapa yang dikorbankan oleh Pengembang busuk ini, bila ketahuan seperti ini ? ( menurut facebook Rizal Ramli)

Ini ndak bisa dibikin alasan demi memberi tempat bagi orang Betawi yang nelayan, demi nalurinya sebagai manusia, Salut, semoga Allah member ijabah niat anda yang baik *)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More