9:05 PM
IDE SUBAGYO
ANTARA STEREOTYPES DAN NALURI.
JADI PEMIMPIN, PAKAILAH INDIKASI UNTUK MENYARING INDIVIDU YANG DEKAT DENGAN
ANDA.
Dalam kehidupan moderen, tidak bisa lain dari menjalin komunikasi dengan
manusia lain, day in day aut.
Pembentukan pribadi manusia, sebagian besar untuk
mengatasi persoalan ini. Pembentukan pribadi umumnya diberikan oleh pendidikan
formal, mengenai disiplin masuk kelas dan mengakui dengan ihlas salah dan
benar. Kemudian pendidikan di
rumahtangga diajari mengenai tugas dan kuwajiban pribadi terhadap keluarga, kehidupn pribadi
kepada masyarakat.
Mengenai sifat orang perorang atau kelompok pada jaman gelap, bisa dihubungkan
dan di-generalisasi-kan dengan pertanda semua hal, temasuk hari kelahiran, letak tahi lalat bahkan termasuk pembawaan fisik. Sekarang
di jaman yang terang benderang ini menandai sifat orang dengan Stereotypenya
nyaris didakwa kejahatan terhadap masyarakat, sebab sama sekali tidak
mencerminkan kebenaran. Jadi bagi orang Jawa jangan lagi mengetrapkan gambaran,
terutama wajah peraga pada wayang kulit, sebagai stereotype sifat manusia pada kehidupan modern ini.
Lain halnya dengan NALURI.
Watak satu kelompok, bisa berasal dari kebiasaan berfikir kelompok itu. yang
kita kenal dengan NALURI. Naluri adalah pengalaman mengamati pemikiran yang nantinya
mengarahkan perbuatan kelompok atau individu berdasarkan kebiasaan menelad sikap prilaku masyarakat kecil disekitarnya. Yang jelas contoh yang menggelikan adalah naluri watak "bakul" pedagang kecil dari desa desa Jawa, orang Jawa. Anda selalu mendapat jawaban yang sama dari "bakul'' apa saja, apabila kesalahan menanya satu barang yang kebetulan bukan barang dagangan "pegangan"nya yaitu..... o anda nanya ada payung ? wah habis ! Padahal seumur umur dia tidak pernah mempunyai payung sebagai dagangan. Naluri bakul selalu memelintir dan pelit informasi.
Ada satu suku bangsa kita yang nalurinya sangat kuat untuk berkomplot
secara compact dalam hal yang buruk dalam
menyangkutkan hubungan internal marga marganya, Kebanyakan mereka
mangambil profesi sebagai pengacara yang
berhasil ( swasta) juga sebagai PNS, mereka menggerombol tanpa malu malu secara nepotisme, di Badan Pengawasan Keuangan ( BPK) di Pusat maupun BPK Propinsi, yang setiap Kabag Keuangan
Kantor Pemerintah dan staffnya dimana
saja, sejak dominasi Orde Baru sampai sekarang pasti tahu tingkah lakunya. Ada
satu suku bangsa kita yang mengkhususkan diri menjadi “squatter” pengguna liar
lahan kosong dikota kota besar terutama lahan pinggir sungai pinggir jalan raya dan milik Negara.
Ada satu suku pelaut yang membuat desa ditepi pantai dimana mana, di pulau pulau
dan beralih menjadi petani yang rajin serta berhasil dan memagari lahannya
supaya tidak diserang babi hutan dan ternak tetangga. Ini hanya bisa terjadi bila mereka itu punya
naluri kesana.
Lain dari stereotypes yang beraneka ragam dan
tidak ada signifikansi untuk menganalisa
apapun, NALURI INI ADA TINGKAT TINGKATANNYA.
1.
Naluri egois, naluri kebinatangan yang masih
tersisa pada manusia, sangat tipis pengaruhnya pada kehidupan sopan santun di
level perorangan, tapi sampai kini merebak le level antar Bangsa dan antar Negara.
2 Naluri
melindungi filial dan yang menurunkan/parental, Naluri melindungi kepentingan keluaga, kelompok, sangat logis dimiliki dengan teguh pada suku suku minoritas pendatang, yang pasti
punya “tong”, dengan segala komplotan jahatnya, makin menipis karena kebudayaan moderen seperti menipisnya Mafia dari orang Sicilia, apa kejahatannya ? Omerta ! Merata diantara mereka. Sekarang tidak lagi.
3 Naluri
untuk melindungi bangsa dimana dia dilahirkan, karena kecenderungan mempunyai
nasib yang sama. Sering tersesat ke Nazi-isme yang chauvinistic, merasa sebagai das herrensvolk. Jangan kuwatir ini tidak dimiliki oleh mayotitas wakil rakyat pusat dan daerah, mereka simpan hartanya di Panama, dan Singapore. Wong naluri mereka masih di level puak dan kampung, paling seputar "sara" yang nyaman.
4 Naluri
sebagai “ manusia” amanah Allah, yang
dimiliki oleh orang yang “eling” – semoga dia dilindungi Allah. inilah yang dikehendaki dari sorang pemimpin.
. Tentu saja yang paling mempunyai
nilai tinggi adalah naluri sebagai manusia, yang dalam agama kristiani
diabadikan sebagai “the good Samaritan” dalam Agama Islam diexpresikan sebagai
credo perjuangan “ bismillahirakhmanirrakhim”.
Perbuatan manusia dengan selalu mengingat satu satunya tugas khalifah
Allah di dunia adalah baramal baik dengan rakhman dan rakhim. Artinya
memperjuangkan dengan sekuat tenaga kepentingan manusia, orang banyak,
masyarakat. Meskipun tanpa pendukung dari lingkungannya yang chronis, endemis rata rata para koruptors. Istilah RMP Sosrokatono "Nglurug tanpa bolo" masuk kancah "musuh" -koruptor manipulator, sendiri tanpa dukungan, melainkan Allah.
Anda sekarang lagi menyaksikan naluri anak manusia, yang satu memperjuangkan naluri
filial dan kebaktian kepada orang tuanya yang mempunyai naluri preservasi keluarga yang sangat kuat dan
berhasil – Yang satu ini, berupaya mencegah dengan sekuat tenaga “kerugian” orang tuanya,
dalam arti modal raksasanya yang ditanam orang tuanya dalam meciptakan pulau, akan terancam bakal tidak
akan kembali dalam lima tahun plus keuntungan 10% per tahun (ini sudah sangat
kecil bila bibanding keuntungan dalam kerja dagang yang lain). Dia telah berhasil menjadi ”fixer”
antara wakil dari berbagai fraksi partai berjumlah ratusan orang wakil rakyat di
DPRDnya, DPDnya membuat aturan kontribusi kepada Exekutive Daerah, kebetulan seorang Gupernur demi bertanggung
jawab atas kesejahteraan semua rakyatnya dengan nyata, kontribusi si pengembang hanya 5% dari nilai pulau, bahkan dihapus sama
sekali. Sehingga sang papa tidak "rugi", artinya balik pokok plus keuntungan dalam 5 tahun pasti kembali plus sisa lahan milik keluarga yang pasti nilainya semakin tinggi ( ini upaya menuruti naluri sedikit
diatas derajad naluri egoistis hewani). Menurut Wakil Rakyat Daerah, Doktor Lulung, tidak ada
dasar lukumnya minta retribusi 5% kok malah
Gupernur ini minta nambah 15% buat rumah nelayannya dan pasar ikannya. Bisa makan
shushi disana sekalian. Dasar lukumnya apa ?
Melawan ketentuan Kepala Daerah Tingkat Satu – sang Gupernur, yang bertanggung
jawab pada Nelayan dan pencari kehidupan di pantai laut, nambah sebesar 15% lagi- muncul dari naluri kemnusiaan sang Gupernur saja – derajad naluri yang tertinggi yang bisa dimiliki
oleh manusia modern. Saya salut pada
yang berani betanggung jawab berani melawan seluruh wakil DPRD, DPD, dan ahli ligkungan uang, yang sudah jinak sama sang fixer, Sunny boy. Gupernur ini malah mengesampingkan hasil perjuangan mati matian si fixer yang sudah berkorban banyak lewat M Sanusi, malah minta kontribusi tambahan diatas 5% masih
ditambah 15% . Apa pencetak pulau rugi ? Tidak juga, sebab di pulau D ada laut yang dibawahnya ada kabel tegangan tinggi dari PLN Muara Karang, pipa gas untuk generator, yang mestinya tidak ditimbun jadi pulau, jadi kanal, lelebar 300 meter sepanjang pulau D harus tetap jadi kanal, demi kelestarian PLN Muara Karang dan sanak familinya engkong Ridwan Saidi, (yang benci pada dia). Ikut ditimbun jadi tambahan tanah dagangan. Ini pelanggaran yang disengaja. Tidak menurut bestek. Nah siapa yang dikorbankan oleh Pengembang busuk ini, bila ketahuan seperti ini ? ( menurut facebook Rizal Ramli)
Ini ndak bisa dibikin alasan demi memberi tempat bagi orang Betawi yang nelayan, demi nalurinya sebagai manusia, Salut, semoga Allah member
ijabah niat anda yang baik *)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar