2:16 PM
IDE SUBAGYO
DARI EMPAT ILMU YANG DIAJARKAN ISALAM, ADA DUA YANG MENGENDALIKAN NAFSU
AMARAH DAN NAFSU LAWAMAH.
Nasfu amarah yang sampai membakar rumah ibadah yang dianggap bid’ah dan musyrik, melempar batu dan membunuhi orang. Penawarnya adalah ilmu syari’ah sendiri yang
istiqomah dan benar untuk meluruskan kesalahan maslim lain dengan ajaran dan
tindakan yang komplit penuh “reasonning” dan sabar.
Nafsu lawamah yang memincuk orang untuk beguru pada ulama palsu yang mengajarkan
dzikir sampai mabok, trans, yang mengajari penggunaan atribut tetentu, gerakan sandi
tertentu, ucapan rahasia tertentu tentu saja dengan mahar yang besar. Wong mencari jalan mendekatkan diri ke Allah, karena permohonannya banyak agar cepat kesampaian, nafsu ini akan tawar dengan ilmu tarikat yang sesungguhnya, yang artinya “jalan”
pendekatan kpada ALLAH, orang Jawa bilang selalu ingat kepada kehehadiranNya.
( ELING ). Ulama palsu ini biasanya
menggunakan ilmu laduni dari bakat, atau ilmu sulapan dari akal, atau
dari iblis, mempromosikan kedekatan dirinya dengan Allah. Biasanya mengumpulkan uang secara tidak
bertanggung yawab.
Bahasa moderenya berdzikir, adalah mengingat Allah saja, kapan saja, dimana saja tanpa diketahui orang
sekitarnya kecuali tingkah laku dan bathin yang baik.
Adapun nafsu mutmainah, nafsu menuju ke kebaikan, bisa ditawarkan dan
dikendalikan dengan ilmu hakikat – ini ilmu kebenaran yang sejati hasil
dari perenungan yang dalam, dalam wakktu yang lama. Hanya Allah yang member hidayah. Mengapa
mesti dikendalikan wong ini nafsu menuju ke kebaikan ? Ya karena setiap manusia itu harkatnya
belajar sepanjang hidupnya, hanya Allah memberi
dia hidayah, sedang nafsu kita mungkin bisa menimbulkan kesalah terima’an,
seperti Nabi Haidir meninggalkan Nabi Musa. Kebenaran sejati hanya kepunyaan
Allah.
Nafsu supiyah, nafsu yang penuh daya dan semangat mengajak kejalan yang
benar. Selama namanya masih nafsu, masih ada unsur demi “hidup
manusia” di alam ini. Ilmu makrifat
ini ditandai dengan jari telunjuk kanan kita luruskan diatas lutut waktu bersimpuh tawarukh, sambil berseru dalan hati "ashadualahilahailallah wa ashadu anamuhammandarasulullah" adalah ilmu alam perbatasan, diseberang sanapun juga lingkup Allah, yang kita tidak tahu persis. Disana kita hanya
mohon dituntun ke jalan yang benar. Benar yang bagaimana ? Kita serahkan kepada
Allah – seperti jalannya mereka yang telah mendapat petunjuk, bukan jalannya mereka
yang sesat dan dimurkai Allah.
Jadi mempelajarinya setiap individu harus mendapat hidayah dari Allah, Ajaran
apapun bisa tidak cocok dengan keperluan individu lain jadi dalam tataran ini
orang harus menahan diri terhadap
individu lain. Harus sangat sabar karena dalam tataran ini, hidup ini hanya bercanda. Semoga
berguna*)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar