MENGAPA SHOLAT SUBUH DUA RAKA'.AT SAJA
PERTANYAAN DARI SEORANG JAWA MUSLIM YANG SUDAH BERUMUR 83 TAHUN.
Dalam rangka silaturahim, kami orang tua tua berkunjung ke teman seumur kami di pojok kota sebelah utara yang jauh. Namanya Bapak Karso.
Dengan suara yang keras (mengerti bahwa kami kurang pendengaran), mendadak saja beliau mengajukan pertanyaan mengapa sholat subuh itu hanya dua roka’at.
Saya baru brumur 78 tahun, sambilan pengisi waktu ,saya nulis di blog saya, tentang apa saja, sebisa mungkin sesuai dengan UU IT. Petanyaan yang aneh, kok sampai kesitu ?
Bagi orang Jawa mengemukakan pendapat kepada orang tua itu bila tanpa diminta dengan sungguh sungguh, agak kurang sopan, sepertinya menggurui, apalagi kami dalam rangka silaturakhim bulan Romadhon. Saya menjawab Pak Karso ini istilahnya dalam bahasa Jawa “ ngangsu apikulan warih, golek geni anggowo obor” berkali kali. ( artinya dalam bahasa Indonesia orang mengambil air sudah berpikulan berisi air, orang cari api kok sudah membawa obor). Kami mohon diberikan penerangan saja, kena apa sholat subuh kok hanya dua rokaat. Beliau tidak menjawab.
Setiap Ustadz/Kiai akan menjawab dengan jawaban yang norrmative menurut mereka saja, misalnya sehabis solat subuh orang harus bekerja keluar rumah, tanah Arab sangat panas, jadi makin awal orang mulai kerja makin baik tidak ketimpa sinar matahari yang panas. Itupun bila mereka para kiai/ ustadz berkenan menjawab, bila tidak berkenan mereka akan menjawab itu sudah aturannya, nas-nya, titik.
Sebetulnya bila pertanyaan itu diajukan di google sudah ada banyak sekali jawaban yang begus begus sudah disajikan, baik dari sudut bioretmik kehdupan manusia, maupun dari sudut mempersiapkan fisik dan mental. Tapi belum ada yang memandang dari sudut manusia sebagai bagian dari seluruh alam dengan hukum yang sama, mau atau tidak mau manusia harus menjadi bagian hukun "dua hal yang bertentangan tak terpisahkan" dalam menghadapi kenyataan hidupnya. Hukum ini pasti berlaku pada hari hari kehidupannya, baik yang dia sukai maupun yang dia tidak senangi, diluar perintah dan larangan Allah. Mungkin bagi orang Jawa , sudah menyadarinya dari kebudayaan yang sudah tua, lebih mengena. Hari hari yang dihadapi manusia bisa dengan suasana cerah dan menyenangkan tapi bisa juga medung hitam pekat, angin kencang yang menuakutkan, tapi dipinggiran mendung hitam itu selalu ada sinar ke-perak-an, Inilah yang ditanamkan dalam para muslim melakukan sholat subuh dua raka'at, selalu ada pertolongan Allah disaat yang paling genting bagi yang peka, sehingga dia bisa selalu bersyukur.
Kebetulan saya juga pernah mempunyai pertanyaan serupa itu, tapi saya redam sendiri, toh para muslimin muslimat tidak akan mempunyai pertayaan semacam itu, kan sudah aturannya? ?
Tapi dikala ngaggur, saya mulai befikir, bahwa apapun perintah Islam kepada manusia itu mesti ada alasan atau keterangannya, yang berguna bagi manusia.
Lha iya, subuh adalah permulaan kegiatan hidup, alam dan hidup bersifat mendua, yang tak terpisahkan ( di Al Qur’an juga tertera begitu), jadi yang akan dialami sehari itu, ya menurut kaidah mendua tak terpisahkan itu, maka manusia dipersiapkan buat menghapinya.
Dalam sholat dua rakaat itu Surah Al Fatihah adalan mutlak harus diucapkan, Saya menebak surah Al Fatihah reka’at pertama adalah tuntunan orang hidup, dan dalam raka’at kedua adalah tuntunan orang yang menghadapi maut (nazak), salah satu dari dua sisi yang tak perpisahkan, bisa terjadi pada hari itu, dan setiap hari lainnya.
Al Fatihah adalah permohonan untuk dituntun ke jalan yang benar, Benar seperti apa ? Kaum muslim tidak mendiskripsi panjang lebar kebenaran yang dia mohon, hanya menyatakan dalam surah itu seperti orang orang yang telah Kau beri petunjuk, bukan jalannya mereka yang sesat dan mereka yang mendapat murka. dari Allah.
Ini tentu saja berhubungan dengan “mengapa” kok sholat magrib itu tiga reka’at ? Dua reka’at yang petama mrnggambarkan awal- akhir hari itu, disela oleh atahiat awal, dan satu reka’at pada sesi terakhir, duduk bersila tawarukh yang pasti dengan disusul dengan atahiat akhir. Dengan jari telunjuk kanan diluruskan kedepan diatas lutut, sambil manyatakan Tiada sesembahan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Jadi bacaan Al Fatihan pada ulangan kedua yang hanya satu reka’at. artinya waktu senja penutup hari, penutup kegiatan hidup itu hanya satu, tidak berpasangan, menghadapi situasi tidur, yang dalam islam sama dengan mati.
Tapi karena bagi orag hidup, disela sela tidur orang hidup masih ada sholat wajib "isya" empat roka'at dan sholat sunah, witir dan tahajud dan sholat hajat diseparo kedua tengah malam, sholat tidak wajib.
Pemohonannya adalah tetap dituntun ke jalan yang benar, karena di alam sana kami tidak tahu apa apa – untung untung kita sudah kenal dengan yang ADA di alam sana dan alam mana saja ?
Tentu saja ini hanya tulisan saya yang awam dan pelamun, untuk memperkuat iman saya sendiri, mudah sekali dibantah dan dianulir oleh para jamhur Agama Islam, bahkan oleh Pak Karso yang provokatip, mudah mudahan ini sama dengan jawaban beliau yang masih beliau simpan*)
PERTANYAAN DARI SEORANG JAWA MUSLIM YANG SUDAH BERUMUR 83 TAHUN.
Dalam rangka silaturahim, kami orang tua tua berkunjung ke teman seumur kami di pojok kota sebelah utara yang jauh. Namanya Bapak Karso.
Dengan suara yang keras (mengerti bahwa kami kurang pendengaran), mendadak saja beliau mengajukan pertanyaan mengapa sholat subuh itu hanya dua roka’at.
Saya baru brumur 78 tahun, sambilan pengisi waktu ,saya nulis di blog saya, tentang apa saja, sebisa mungkin sesuai dengan UU IT. Petanyaan yang aneh, kok sampai kesitu ?
Bagi orang Jawa mengemukakan pendapat kepada orang tua itu bila tanpa diminta dengan sungguh sungguh, agak kurang sopan, sepertinya menggurui, apalagi kami dalam rangka silaturakhim bulan Romadhon. Saya menjawab Pak Karso ini istilahnya dalam bahasa Jawa “ ngangsu apikulan warih, golek geni anggowo obor” berkali kali. ( artinya dalam bahasa Indonesia orang mengambil air sudah berpikulan berisi air, orang cari api kok sudah membawa obor). Kami mohon diberikan penerangan saja, kena apa sholat subuh kok hanya dua rokaat. Beliau tidak menjawab.
Setiap Ustadz/Kiai akan menjawab dengan jawaban yang norrmative menurut mereka saja, misalnya sehabis solat subuh orang harus bekerja keluar rumah, tanah Arab sangat panas, jadi makin awal orang mulai kerja makin baik tidak ketimpa sinar matahari yang panas. Itupun bila mereka para kiai/ ustadz berkenan menjawab, bila tidak berkenan mereka akan menjawab itu sudah aturannya, nas-nya, titik.
Sebetulnya bila pertanyaan itu diajukan di google sudah ada banyak sekali jawaban yang begus begus sudah disajikan, baik dari sudut bioretmik kehdupan manusia, maupun dari sudut mempersiapkan fisik dan mental. Tapi belum ada yang memandang dari sudut manusia sebagai bagian dari seluruh alam dengan hukum yang sama, mau atau tidak mau manusia harus menjadi bagian hukun "dua hal yang bertentangan tak terpisahkan" dalam menghadapi kenyataan hidupnya. Hukum ini pasti berlaku pada hari hari kehidupannya, baik yang dia sukai maupun yang dia tidak senangi, diluar perintah dan larangan Allah. Mungkin bagi orang Jawa , sudah menyadarinya dari kebudayaan yang sudah tua, lebih mengena. Hari hari yang dihadapi manusia bisa dengan suasana cerah dan menyenangkan tapi bisa juga medung hitam pekat, angin kencang yang menuakutkan, tapi dipinggiran mendung hitam itu selalu ada sinar ke-perak-an, Inilah yang ditanamkan dalam para muslim melakukan sholat subuh dua raka'at, selalu ada pertolongan Allah disaat yang paling genting bagi yang peka, sehingga dia bisa selalu bersyukur.
Kebetulan saya juga pernah mempunyai pertanyaan serupa itu, tapi saya redam sendiri, toh para muslimin muslimat tidak akan mempunyai pertayaan semacam itu, kan sudah aturannya? ?
Tapi dikala ngaggur, saya mulai befikir, bahwa apapun perintah Islam kepada manusia itu mesti ada alasan atau keterangannya, yang berguna bagi manusia.
Lha iya, subuh adalah permulaan kegiatan hidup, alam dan hidup bersifat mendua, yang tak terpisahkan ( di Al Qur’an juga tertera begitu), jadi yang akan dialami sehari itu, ya menurut kaidah mendua tak terpisahkan itu, maka manusia dipersiapkan buat menghapinya.
Dalam sholat dua rakaat itu Surah Al Fatihah adalan mutlak harus diucapkan, Saya menebak surah Al Fatihah reka’at pertama adalah tuntunan orang hidup, dan dalam raka’at kedua adalah tuntunan orang yang menghadapi maut (nazak), salah satu dari dua sisi yang tak perpisahkan, bisa terjadi pada hari itu, dan setiap hari lainnya.
Al Fatihah adalah permohonan untuk dituntun ke jalan yang benar, Benar seperti apa ? Kaum muslim tidak mendiskripsi panjang lebar kebenaran yang dia mohon, hanya menyatakan dalam surah itu seperti orang orang yang telah Kau beri petunjuk, bukan jalannya mereka yang sesat dan mereka yang mendapat murka. dari Allah.
Ini tentu saja berhubungan dengan “mengapa” kok sholat magrib itu tiga reka’at ? Dua reka’at yang petama mrnggambarkan awal- akhir hari itu, disela oleh atahiat awal, dan satu reka’at pada sesi terakhir, duduk bersila tawarukh yang pasti dengan disusul dengan atahiat akhir. Dengan jari telunjuk kanan diluruskan kedepan diatas lutut, sambil manyatakan Tiada sesembahan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Jadi bacaan Al Fatihan pada ulangan kedua yang hanya satu reka’at. artinya waktu senja penutup hari, penutup kegiatan hidup itu hanya satu, tidak berpasangan, menghadapi situasi tidur, yang dalam islam sama dengan mati.
Tapi karena bagi orag hidup, disela sela tidur orang hidup masih ada sholat wajib "isya" empat roka'at dan sholat sunah, witir dan tahajud dan sholat hajat diseparo kedua tengah malam, sholat tidak wajib.
Pemohonannya adalah tetap dituntun ke jalan yang benar, karena di alam sana kami tidak tahu apa apa – untung untung kita sudah kenal dengan yang ADA di alam sana dan alam mana saja ?
Tentu saja ini hanya tulisan saya yang awam dan pelamun, untuk memperkuat iman saya sendiri, mudah sekali dibantah dan dianulir oleh para jamhur Agama Islam, bahkan oleh Pak Karso yang provokatip, mudah mudahan ini sama dengan jawaban beliau yang masih beliau simpan*)