Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 06 Oktober 2017

SARAN SAYA KEPADA PAK BUPATI SIGI IRWAN LAPATA YANG SAYA HORMATI,

SARAN SAYA KEPADA KABUPATEN SIGI , PROPINSI SULAWESI TENGAH.

Pekerjaan saya adalah berkeliling seluruh wilayah timur indsonesia termasuk Sulawesi tengah. dari th 1978 -2005, sebagai Agronomist PMA supplier pestisida terutama mengunjungi petani  untuk member penyuluhan di wilayah yang  dikirimi oleh PT Perrtani,  produk pestisida perusahaan yang membayar saya,  agar jangan sampai ada kedcelakaan akibat penyalah gunaan  pestisida dan  dapat mengendalikan hama, terutama hama padi, wereng,  jalan darat dari kecamatan ke kecamatan. Timur Indonesia.
Saya sekarang sudah umur 80 tahun,  lima belas tahun yang lalu saya untuk terakhir kali, menyaksikan keadaan pulau Sulawesi, dari Takalar sampai ke Bitung,  Manado. Dari  Kendari Punggaluku sampai  Palu. Wilayah  pulau yang seperti pita sempit namun panjang sekali, yang agak tebal di wilayah  tengah, tapi yang dari Kuandang ke Gorontalo  setipis 40 km dari pantai utara ke pantai selatan, sudah  gundul bersih pula.  Dari Toboli Ke Donggala lebih tipis lagi namun punggung buktinya tinggi, bis 500-600 meter, artinya kayu hutannya lebih gampang digunduli dan dipelorotkan ke bawah untuk dinaikan ke tongkang jadi dagangan.                                                                                                                                                                                          Toh pada zamam rezim Orde Baru, perusahaan  penebangan hutan giat sekali di Sulawesi, karena mudahnya menggunduli hutan dan mengangkutnya ke laut sebab dimana saja di pulau  pita itu dekat pantai, kecuali di tengah  antara  Toli toli dan  Palu, antara Poso dan Masamba.                                   .                                                                                                                                      Jalan menurun sepanjang tebing jurang sungai Sa’dang yang gundul sangat dalam, antara  Makale - Enrekang.- Rappang  Inilah bencana  sekarang dan akan terjadi dikemudian hari. Karena nyairs dapat dihutankan kembali.                                                                                                                         Rupanya untuk bupati wilayah  pulau Sulawesi,  ada contoh yang amat bagus untuk dijadikan pelajaran bagi para penguasa wilayah pulau ini, lihat  sebangsa Amran batalipu kawasan semacam ini akan segera bertambah menyebar ke seluruh pita daratan ini. Sulit sekali untuk menghutankan kembali  lereng  terjal dari pulau tipis lereng pegunungan ini karena hujan yang tidak merata sepanjang tahun, ada masa kering lebih dari tiga bulan. Bali merupakan contoh bagaimana mengelola tahan lereng  gunung dan bukit itu  dengan terasering  yang berhasil, belum memelihara bibit tumbuhan hutan selama musim kering. Penggundulan Hutan, terutama di Sulawesi adalah dosa kepada keturunan kita bangsa Indonesia yang tidak ada taranya.
Saya menyaksikan acara Kompas TV hari Jum’at tg 6/10/2017  sekitar jam 9 pagi. Wawancara anatara pengamat Lingkungan Hidup dan hutan senior yang saya hormati Wimar Witular dengan Bupati Sigi, Propinsi Sulawesi tengah, Irwan Lapata, mengenai instruksi Presiden Jokowi  menyangkut penggunaan lahan hutan produksi untuk kebutuhan pertanian /perkebunan rakyat. Satu langkah Bupati, yang pantas dicontoh oleh bupati lain,  tidak peduli dari partai apa. Tapi sangat  membela kepentingan rakyatnya, dimana hutan masih merupakan lebih dari 74 % lahan. Dari sisi pemerintahan local, melindungi hak rakyat petani, untuk mengukuhkan hak garap tanah yang diberikan  Negara pertama kali dalam Pemerintahan Presiden  Pak Jokowi, dari hangkara murka elite captures localnya dan mereka,  yang merasa mendapat kewenangan dari Negara untuk mengukuhi haknya, malah menarik punglinya, rasanya seperti hak feodal modern saja. Baru sekali ini saya mendengar penguasa lokal yang menjadi  kebalikan dari Amran batalipu,  kroninya menguasai Buol dan menjual HGU di kabupatennya 75 000 ha kepada ratu penyuap hartati murdaya poo, dengan uang 2 milyar rupiah, kebalikan juga dari pahri ashari bupati musibanyuasin dan istrinya yang anggauta DPRD  sana.

Hanya sedikit saran, menggunakan tanah hutan Sulawesi harus sangat hati hati, sebab rata rata kemiringan tanahnya  besar,dan panjang,  harus meupakan terasesing/sabuk gunung,  upayakan tanaman keras  yang berakar dalam, bila tanam kopi berilah tanaman pelindung lamtoro,( Leuceana spp gunakan  tanaman penutup tanah, saya kira pekebun belanda sangat sadar akan hal ini dan dijadikan UU atau PGD (Perasturan Gupernun Jendral) zaman belanda. Tinggal baca. Di lahan miring ini lebih baik dibuka berselang seling dengan hutan alam beberapa  kilometer, melingkari lereng.  Hunian/desa jangan sampai di lahan yang  mudah longsor, ingat Ponorogo,  dagalakkan listrik dengan micro hidroturbine, sebab Sulawesi Tengah curah hujannya  ada yang tinggi sepanjang tahun, dilereng menurun panjang jangan sekali kali menanam singkong, dengan alasan apapun.  Jangan terpincuk pada penjualan kayu hitam, itu cagar alam yang belum di  budidayakan, artinya  ahli kita belum pernah membibitkan, boro boro mempelajari pembudi dayaanya.  Di Pulau Jawa saja di tambak tambak dan empang, sudah tidak dipiara ikan mujair  (Tilapia sp) ini. Telah diganti dengan ikan nila ( Oreochromis nilaticus asal dari Sungai Nil - google), yang tidak begitu ganas, dagingnya banyak kepalanya kecil. durinya sedikit.  Sebab ikan mujair sangat mendomisasi kehidupan  ikan piaraan, makan bibit bandeng ( Canos canos) yang disukai orang Bugis, dan orang Makasar. Tanamlah kedele lokal, supaya bibitnya tidak punah,  saya kira segera bibit kedele lokal di pulau jawa  akan punah, sebab petani hanya menanam jenis americana yang panennya tinggi tapi rasa produk dari jenis ini, tempe, tahu dan kecap manisnya sangat tidak enak, sedang di kabupaten anda ada aren, ada siwalan/tal ada kelapa yang masih bisa disadap niranya untuk gula aren, gula kelapa, gula enau/ siwalan/tal. bahan baku kecap manis, petani anda bisa export hasil industri rumahan ini ke pulau jawa. Di Pulau jawa bahkan gula kelapa sudah ditukangi habis babisan, tidak baik dikonsumsi, mengandung Mg tanpa takaran normal sangat bisa merusak ginjal, untuk mencegah meleleh bila  disimpan di udara terbuka, sebaliknya gula merah jenis "asli" harga ecerannya Rp 20 000/kg.Tanam kembali hutan sagu untuk anak cucu..
Belajarlah beternak sapi dari orang Madura, mau bibit perkawinan suntik ? Dinas Peternakan menyediakan semen beku varietas yang paling cocok, pemeliharanya  ada, orang madura  saya kira mereka sudah kapok, dari debacle di Kalimantan, petani meraka adalah peternak yang baik, hanya preman mereka sangat menyebalkan seperti Bupati Bangkalan, Fuad, iektur BUMD nya ya kena tangkap tangan,  yang pasti di vonis. Rajanya premanisme.  Selamat bekerja Pak Bupati Lapata dan wakilnya Ibu Paulina, semoga sehat selau jauh dari bahaya dan godaan syaitan  *)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More