Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Selasa, 03 Oktober 2017

SISTIM PENJAJAHAN ZAMAN PASKA RENAISANANCE

 SISTIM PENJAJAHAN ZAMAN PASKA RE NAISANCE                                               

Penjajahan satu species terhadap species lain jamak di dunia flora dan fauna di dunia kita ini. Di masyarakat manusia ini juga sudah terjadi sejak zaman prasejarah.  Upaya yang sama dari si penjajah terhadap si terjajah, sejak pertama, yaitu mendapatkan sifat menyerah terhadap dominasi  yang menang, dalam menikmati lingkungan hidup dimana keduanya bersama sama hidup. Yang enak buat penjajah yang ndak enak buat si terjajah. Itu saja. Tentu saja penyerahan ini didapat semula dengan kekerasan, kemudian dengan pemeliharaan statusquo , menurut Hukum KOLONIAL, seperti perlindungan terhadap monopoli dan kartel penjajah dan kroninya.                                                                                        PERSIS  SEPERTI BATAS STATUSQUO ANTARA PETANI DAN SAPINYA ATAU HEWAN PIARAANNYA YANG LAIN.  Itulah kenyataan kejahatan penjajahan di dunia sekarang.        Sampai pada tingkat yang paling exstreem, yaitu perlakuan terhadap sapi di Jepang  di wilayah Kobe.  Si sapi dipiara begitu mewah dengan dipijat secara periodik, diberi makan sangat bergizi membangkitkan selera sapi, demi dagingnya untuk jadi hidangan steak thok.                       

Lha kok bangsa ini yang  pemelihara sapi Kobe,  juga melenyapkan satu existensi  identitas budaya dari bangsa lain  secara  kekuatan politik dan fisik maupun budaya terhadap bangsa lain, yang sama sama mendiami kepulauan Jepang, bangsa Ainu, yang hanya dalam  dua generasi sudah terintegrasi jadi bangsa Jepang Raya, waktu jepang dibawah rezim militerisme,  tanpa sisa secuilpun, kecuali legenda  dari mulut ke mulut, yang dengan cepat bungkam, karena tidak ada alasan ekonominya.  Itu yang disediakan buat bangsa Asia lain yang dia incar untuk dijajah, sayangnya sudah berjalan 3 tahun 1942-1945 – ribuan inteligensia cetakan Hindia Belanda sudah dilenyapkan, diganti dengan pendidikan horde militeris, yang membuat kejahatan masyarakat bekas jajahan kacau sangat lama kemudian, oleh murid murid ideologi militeris Nippon ini, juga  membunuh seniman ludruk Cak Durasim  dari Jombang.                                                                                     Tapi lain sekali dengan sistim penjajahan antar ras manusia dilain tempat, terutama sesudah zaman renaissance/ zaman kebangkitan fikiran manusia mengatasi takhayul dan  berfikir rasional.                                                

Di Europa lebih cepat sedikit dari di Asia tenggara, terutama  dalam menenun  kain layar perahu. Di Europa menggunakan rumput flax/linen – Linum sativum  dan wool, sedang di tropic menggunakan serat tanaman lain –tanaman tropik basah dari pisang abaca, dari serat agave, rami, kenaf, dan  rosela, dengan hasil  tenun  melainkan  untuk decorative saja.  Di tropika kering serat kapas  bisa sangat panjang dan kuat ( di Mesir,  India dan pulau Barbados )                                                               Sedang di iklim dingin untuk mempertahankan hidup, penghangat tubuh, tenda, bersama dengan kulit berbulu dan wool biri biri.  Hanya persoalan menenun kain kayar ini, maka perkembangan perahu layar bisa lain  antara wilayah tropik dan wilayah sub tropik. Sedangkan sesama iklim sub tropic, di china bisa membuat layar yang ringan dan besar, tidak menyerap air, tapi peleburan besi tidak sampai ke pencetakan  “cannon” dengan peluru pejal dari batu atau besi tuang, sampai abad ke 15,  sedang jung jung china tidak dilengkapi dengan sederet cannon,  sampai abad itu.                                                             Cannon  yang beratnya bisa dua tiga ton ini bisa sampai ratusan di -broadside-nya (sisi sisi dinding  lambung perahu layar tipe  galleon Spanyol atau Portugis). Besar kapal kapal mereka tidak  dibatasi pada kemampuan luas layarnya, karena layar kanvas dari linen ringan dan kuat sehingga tiang agung layar bisa tinggi tanpa mengganggu stabilitasnya  walau dalam keadaan  basah, sedangkan jung china begitu juga, lebar layarnya bisa dikembangkan  dengan batangan   bamboo, sehingga angin lemahpun bisa ditangkap daya dorongnya, waktu dipasang menyerong. Tapi apa lacur keramik yang dibuat di china tidak sampai ke pencetakan batu bata tahan api untuk peleburan logam logam, terutama besi dan baja, melainkan bejana bejana besar semacam vase  raksasa dengan  tungku terbuka dibawah, sehingga kapasitas melebur  logam hanya cukup buat alat rumah tangga bukan untuk mencetak senjata cannon. Termasuk di Jepang yang kesohor dengan katana-nya. Aneh.                                                                                           Jadi selalu ada perang laut yang tidak seimbang caliber cannon-nya, sedangkan tidak ada benteng atu kubu kubu ditengan laut kecualai menuvrebilitas kapalnya nya.                                                                                                Maka dimulailah era penjajahan bangsa Europa terhadap bangsa bangsa lain di dunia, dengan metoda pengetahuan modern. Termasuk penyesatan sejarah bangsa yang terjajah.                                                                   SEMUA KEJADIAN SEJARAH UMAT MANUSIA SELALU DIRANGSANG DENGAN PERUBAHAN ATAU KEUNGGULAN TEKNOLOGI, YANG SIFAT NYA MATERI.                                                BUKAN BERFSIFAT  ADHIKODRATI  LENGKAP DENGAN TEKNOLOGINYA DALAM JANGKA SEJARAH YANG PENDEK,  PULUHAN ABAD.                                                                                                         SEDANGKAN TEKNOLOGI  MENGOLAH SIFAT MANUSIA, JUGA DALAM BENTUK MASYARAKATNYA  AKAN BERPERAN LEBIH BESAR, TAPI DENGAN JANGKA SANGAT PANJANG, HARUS DISERTAI DENGAN PERKEMBANGAN KECERDASAN BUKAN SAJA OTAKNYA TAPI JUGA  DORONGAN RASANYA. MESKIPUN BANYAK PEMIKIR YANG BERKESIMPULAN BAHWA RASA SETIAP INIDVIDU TERGANTUNG DARI KEDAAN JIWA, SENANG DAN KECEWA. TAPI ADA PELAJARAN YANG MENGUPAYAKAN SIFAT  MASYARAKAT  TIDAK MUDAH TERGONCANG. DALAM  BAHASA JAWA “MENEB” ( SEPERTI KEADAAN AIR DALAM WADAH YANG TENANG,  MENGENDAPKAN KOTORAN)                                                                                                    YANG INI DALAM MASYARAKAT MELAYU SEPERTI WATAK PETANI DI  RANAH PAGARRUYUNG DAN SUMATRA  BARAT,  SEPERTI  MALAI PADI BERNAS, DIBANDING DENGAN MASYARAKAT PENAKIK  KARET DI JAMBI  SUMATRA TIMUR DAN UTARA, TANAH BATAK YANG  EMOSIONAL, DANGKAL, TANPA PENAKAR, DENGAN DAYA BELI YANG TINGGI DARI HARGA KARET, BERPONDOK TERPENCAR PENCAR DIHUTAN RIMBA, MEREKA MEMAKAI  LEMARI ES SEBAGAI LEMARI PAKAIAN DI  ABAD YANG LALU. SEJARAH PERILAKU MASYARAKATNYA PASTI BERBEDA.

Jadi, perubahan  dari masyarakat  atau  agama sebelumnya, yang berlandaskan produktivitas sawah berpengairan cara subak dengan kemiringan lereng gunung yang diciptakan oleh para brahmana dan ksatrya,  memang sudah punya dasar kuat tertanam. oleh para wali tanah jawa pasti terlebih dahulu mengenalkan  teknologi  padi sawah model lain yang lebih  banyak hasilnya untuk mereka penggarapnya,  bila perlu jadi milik mereka, petani yang ikut bersama membangun sawah  rawa/pasang surut, sama  produktivitas panennya dua kali setahun.  masih ditambah pupuk ganggang  pada musim banjir, ditambah dengan sistim transportasi  perahu berlambung nyaris datar dari anyaman bambu di olesi malam tawon atau  adukan nafta dan lempung atau kapur,  supaya draftnya beberapa jengkal saja sehingga bisa didorong dengan muatan padinya beberapa koyan sepanjang saluran dirawa rawa  sampai kali besar.( posting di blog  idesubagyo,blogspot.com  banyak postingan mengenai ini, antara  lain di Matahari terbit di Wilwatiktapura postingan th 2013 ada 24 seri- ini promosi  untuk baca gratis) . Lho yang ini para jumhur ulama aswaja harus tahu, dan mengembangkan bukti materinya, artefaknya, bukan dari kharomah melulu tapi  PARA WALI menciptakan sarana perdagangan yang lebih maju ( huruf arab gundul,angka huruf Arab untuk neraca lajur- karena agama sebelumnya melarang  kaum bawah belajar membaca kitab sucinya- hukumannya berat), sarana pertanian yang lebih baik. Ini  juga kerjanya para Wali, malah ada yang digelari  Sunan Kalijaga – kerjanya mengukur dasar  rawa dan kali untuk mengarahkan aliran kanal pematus rawa dan menurunkan permukaan air dari rawa rawa, sehingga bisa dipetak petak  ditanam padi kayak di Mesopotamia. (alat optik protipe todolit yang ditemukan orang Parsi disempurnkana olah ulama islam Al Haitham)
Persawahan dari sistim saluran pematus untuk mengendalikan permukaan air dirawa rawa sekitar Demak Bintoro mendangkal secara total karena endapan  vulcanik letusan gunung berapi, sesudah Kasultanan Islam Demak Bintoro diperintah  oleh tiga Sultan.                         Sultan yang ke empat Sutowijoyo memindah Ibu Kota Kerajaan ke Pajang, dengan sistim pemgairan sawah dari umbul Cokro, dan umbul atau sendang yang lain dilembah antara Gunung Merapi  Merbabu  dan Gunung Lawu, [pegunungan Kidul dan pegunungan Kendeng,  yang merupakan dataran rendah semacam wajan, jadi banyak mengandung sumber air. cukup untuk mengairi sawah 1500 Ha, Mngkin saat itu dipandang jauh lebih mudah daripada memperbaiki sistim saluran pematusan di Demak Bintoro yang mendangkal. secara menyeluruh, sama dengan membuat sistim saluran pematus baru. Sedangkan yang dibuat di muara Bengawan Solo, di Pamotan ( Sekarang Lamongan) pada era Giri Kedaton, malah  masih hingga sekarang menjadi sawah-tambak bandeng,  ( ditengah petak sawah ditanam padi, disekeliling petak lebih dalam untuk memelihara ikan bandeng - akibat dari pendangkalan oleh aliran lumpur dari bengawan Solo) dan bertambah luas ke timur sampai ke gosong gosong lumpur di selat Madura, utara  Gresik, daerah Manyar*) 
Dongenya ada di blog ini postingan th 2013 - "Matahari Terbit di Wilwatiktapura" ada 24 seri.








0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More