Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 20 Oktober 2017

ZAMAN MEMBERI PELUANG BESAR DAGANG SECARA I

ZAMAN MEMBERI PELUANG BESAR MENUNAIKAN SYARI’AT ISALAM DALAM HUBUNAN DAGANG.                                                                 

Belum sampai satu abad, kaum nomad Beduin dengan bebas ‘menelususi lembah sungai Nil di Mesir, dengan berdagang secara ajaran Islam,  bangsa Mesir sudah hampir semua memeluk agama islam. Kecuali kaum yang sudah memeluk Kristen Koptik, karena sesama  berasal dari Nabi Ibrahim, dan islam menghormati agama nabi Isa                                                                  Bangsa lain ( kaum fellahin Mesir) yang secara massif masuk islam semenjak khalifaursyiddin.  Bangsa  Romawi yang mendominasi lembah sungai Nil sejak   Julus Caear mengganti Pharaohnya.                                                                                                                                          Pasukan islam mengalahkan penjajah Romawi lewat padang pasir, langsung  ke pedalaman.  sejak itu kemajuan pasukan islam dibantu oleh kaum fellahin  orang hamied penggarap tanah, sampai penguasa Romawi keluar dari Mesir. Perilaku islami pada perang itu ,  menarik simpati penduduk setempat, karena pasukan arab islam  mengantarkan putri penguasa Romawi yang tertawan dengan terhormat, padahal adat beduin  sebelumnya,  ghanimah  sangat diincar diperebutkan pasukan Beduin padang pasir ini. Telah memberi kesan baik kepada kaum fellahin, bangsa hamied setempat, mayoritas petani penggarap  dan nelayan.                                                                                                                                              Tapi akibat kehilangan lumbung gandum ini orang Romawi, yang sebelumnya mendapat gandum hanya  “gratis” dari Mesir, setelah dibawah islam harus “beli” karena ganti penakluk, juga tidak pernah diceritakan. Saya yakin bagaimanapun, harga produces pertanian dari Mesir, mestinya tidak bergeser banyak. Toh gandum ini asalnya sama yaitu bagian si penguasa tanah, baik itu Konsul Romawi maupun Sultan dari bangsa Semiet, yang islam. Tapi saya yakin kemakmuran para fellahin ini lebih baik dengan perlakuan islami dari penakluk baru, setelah islam pasti tidak dianggap budak. Sedang selama jadi taklukan Romawi semua sejarawan tahu,  elite capture setempatpun  ditawan juga dianggap budak. Tidak tercatat dalam sejarah kemudian, setelah wilayah lembah sungai Nil yang subur ini jadi perebutan antara dinasti dinasti penguasa islam, bagamaina bagi hasil tanah ex milik  Firaun ini. Rupanya kaum fellahin tidak dilibatkan  dalam perebutan kekuasaan,  meskipun sudah jadi warga islam, dari tahun hijriyah puluhan sampai  lebih dari  dua belas abad kesultan Mesir .  Saya bayangkan ketentuaan perdagangan, jual beli menurut hukum islami masih dipertahankan selama itu. Apabila terjadi penindasan seperti ditempat lain di dunia, seperti di Perancis ( revolusi Perancis), Tiongkok ( pergatian dinasti dinasti melibatkan petani), Inggris ( lahirnya Magna Carta)  pasti ada diaspora atau pemberontakan petani, petani pindah kelain daerah atau Negara. Tapi saya sangat curiga, selam berabad abad tanah Mesir mengajari, bahwa gurun yang hujannya sedikit ini, waktu setelah banjir air menggenangi lahan pertanian, setelah air surut waktu tanam  nyaris bersamaan diseluruh wilayah yang sangat luas, jadi waktu panen mestinya dengan selisih waktu sedikit saja. Lha bagaimana keadaan pasar ? Menurut hukum ekonomi elementer supply & demand, ya pedagang gandum akan beli dengan harga murah dan menjual saat stock gandum sudah menyusut, harga naik – dinamakan oleh islam   “ihtikah” atau menimbun pangan,  ini diharamkan oleh islam. Akal manusia setelah sekian abad berdagang apa tidak tergoda ? Misalnya dengan akal dumping  waktu panen raya, dan lebih lama menahan stock. Tentu saja situasi perdagangan berbagai produces penting Mesir, seperti gandum, dan kapas juga lain, apalagi abad abad itu Benua Amerika dan Canada sebagai penghasil gandum dan kapas juga belum ada.  Ada baru adad ke 18  M.                                                                                                                                                                           Jadi kerena gandun Europa yang letaknya lebih ke utara, pasti tanamnya  lebih lambat jadi makin disimpan panen gandum Mesir makin  banyak dipasar gandum di Europa.  Hanya pembelian waktu panen raya saja,bisa langsung dijual ke Europa yang belum panen,  bisa mendatangkan keuntungan bila didagangkan di Europa segera,  tanpa  keuntungan yang berlebihan.  Lain halnya sesudah benua Amerika sudah banyak penghasil gandum dan kapas sesudah abad ke17-18.  Kemungkinan bermain stock kedua komoditas ini makin nyata. Pertanyaannya apakah pedagang bangsa semiet di Mesir terjangkit juga penyakit dagang bermain stock gandum dan kapas, bersama  juragan kapal layar sloop inggris dan kapal layar clipper Amerika ?  Sebab dengan adanya stock  yang didatangkan pada waktu panen ini, yang bisa dibuat dumping waktu panen di Mesir, sesudah itu waktu panen di Europa, memang perkerjaan dagang cara ini,  keuntungannya sangat menggiurkan,  saya juga ragu, apakah juridis formil  pedagang  semiet yang islam melanggar iftikah ? Wong hanya ikut menjual dagangan dari kapal Inggris dan Amerika, menjual gandum murah selagi para fellahin Mesir panen. Kan tidak menimbun ?  ( ini lantas ditiru Pak Bus dari Indonesia dengan Bulognya -32 tahun Pak harto berkuasa, dia jadi Ka Bulog 15 tahun)  Jadi seketika harga penen gandum kaum fellahin Mesir suku hamied ya anjlog. Bahwa ketaatan pada aturan dagang islam inilah maka pedagang bangsa semiet  dihormati di seluruh Kolam laut Mediterenean.  Meskipun  penguasaan dari tangan pertama barang dagangan dari Mesir,  penguasaan  dari  tangan pertama barang dagangan dari  muara jalan sutera di pantai timur Mediteranean ( Punisia, Lebanon,) ditangan bangsa Semiet / Arab islam. Ya pasti pedagang semiet ini bisa mendiktekan harga barang yang dari jalan sutera, sebab tidak ada saingannya. Lain dari gandum yang dijual sendiri oleh pedagang inggris dan Amerika ke Europa abad 18 M. Jadi konsumen di Europa sudah dari dulu mulai zaman romawi teruntungkan dari hubungan dagang  terutama dengan arab islam ini, sebaliknya  petani dan pemilik tanah kaum feodal  tidak bisa leluasa menentukan harga baik gandum maupun rempah rempah di muara jalan sutra, sebab sudah tangan kedua, sesudah pedagang arab.  Bila Paus kemudian mengajak seluruh feodal Europa menyerbu pantai timur Mediteranean, tanah Punisia  Lebanon dengan dalih membebaskan  tanah kelahiran nabi Isa, Jesus Kristus, tidak lain alias muara jalan sutra dan gandum awal panen dari Mesir, ya masuk akal mendapat sambutan hangat dari kaum feodal Europa, yang harga gandum bagiannya selalu rendah karena adanya gandum dari Mesir di pasarnya sebelum dia panen. Maka terjadilah perang salib sampai dua abad, abad ke 14 dan ke15 M, sembilan kali serbuan, guna merebut  posisi tangan pertama dagangan gandum dari Mesir yang sangat mengganggu kaum feodal pemilik tanah Europa dan rempah rempah dari timur benua Asia, namun gagal.  Setelah Vasco da Gama menemukan jalan laut mengitari Afrika (1498 M)  , sampai di Kalikut India setelah berbulan bulan, nyatanya di sana sudah ada pedagang arab yang islam. Terjadi perebutan tangan pertama dari produsen atau tangan pertama dari pasar lokal,  Vasco da Gama menbantai 800 kaun saudagar arab yang nensabotnya (google kata kunci Pelayaran ke timur oleh Vasco da Gama sampai Calicut India)                                                             Selanjutnya berabad abad sampai sekarang, dunia diwarnai dengan dagang monopoli, dagang berkartel,  perampasan dan penjajahan yang keji, selama berabad abad lagi, serta menciptakan kemiskinan dan kesengsaraan yang sebenarnya dilarang agama,  Dibungkus dengan segala macam akal ataupun  terror dan genocide telanjang, dibalik punggung agama agama mereka yang  membimbing manusia terutama penjajah, agama rakyat yang dijajah, terikut propagandanya. Kekejian  umat manusia didukung oleh kemajuan taknologi disemua bidang.                                                                                                                     Teknologi memberi rente sangat mencukupi, depergunakan didayagunakan Zaman ini sudah ada tanda tanda, orang sudah mengerti bahwa hajad hidup manusia bukan jalan mencari rente. Teknologilah yang akan mencukupi kebutuhan energy yang sangat banyak untuk kegiatan  hidup manusia, teknologi untuk  kesejahteraan bersama, jangan kuatir, kecerdasan manusia menjadikan manuisa tidak malas beramal soleh. Perlu infra structure yang memadai.                                                                  Sudah diselesaikan Perang Dunia ke II, dipertengahan abad ke 20 perang ini menelanjangi  kekejian  pengangkatan suatu bangsa jadi ras para tuan. Mereka sudah lenyap selamanya dengan puluhan juta nyawa sebagai korban. Ide yang diperjuangkan dengan baja dan darah  sampai tercapai bahwa ras para tuanlah yang berwenang mengatur hajad hidup manusia begitu saja. Menghapus perdagangan yang sudah dicemari oleh akal akalan, barabad abad. Diganti dengan perampasan oleh para Tuan, dan  pemberian kesempatan hidup atau tidak  pada ras lain sebagai  penukaran.  Itu maunya.                                                                                                                                                                                        Dilain sisi malah merangsang sasaran dari ras yang tejajah, bisa tumbuh membesar dengan korban ratusan juta nyawa dua tiga generasi warganya hilang,  juga selama 80 tahun berjuang dengan apa adanya,  berbarengan, kebodohan egoisme dan kecerdasan  kebersamaan . kekejian ketamakan dan empaty kemanusiaan   kanyataan kekuatan dengan penyesatan omong gede,  dari semilyar penduduknya. Dari sana menawarkan win-win solution  dalam  “perdagangan” hajat hidup  infra structure  demulai dengan satu dua diluar batas Negara.

Satu dua pemimpin bicara, semilyar rakyat melaksanakanya, membuat  menuang baja jadi  rel kereta. Loh terlalu banyak untuk apa ? Menuang baja sama onkosnya dengan meleburnya kembali  jadi kebutuhan lainnya, mending dijual, tetangga  yang membutuhkan ndak punya uang. Ya sudah win-win solution saja, tukar sama produces  anda, untungnya, mereka tidak kuwatir kita malas bekerja, menanam ubi ketela, ubi pohung dilahan  gambut sana, kopi   dan kelapa sudah biasa,  asal para petaninya dicukupi kebutuhan hidup sewajarnya, win anda jangan takar di pasar bursa, takar saja seharga keperluan hidup penanam-nya, pemeliharanya,   yang wajar saja, Tentu saja sangat ditentang oleh nabinya para pencari rente, yang perlu harga di arena bursa, bisa nol, karena duniaku tidak membeli,  kilahnya.  Ndak laku kopi ketela, di dumping dari Brazilia !. Karena propaganda si nabi palsu ini upaya direstui Tuhannya.

Allah merestui orang yang mau bekerja keras, didunia bebasnya, kilahnya. Sudah ketahuan berkali kali menipu di pasar modal. Untung tanpa kerja. Duitnya sudah di-inflasikan berkali kali dan duitmu duit anda terikut. Berarti tabungan rakyatmu larut. Sorry. Toh nabi kalangan maha jutawan dagang ini,  masih mewakili rakyatnya.



Saya hanya mohon saja kepada rakyat dan pemimpin bangsa ini, bangsaku Indonesia agar awas dan waspada, apakah win-win solution dari perdagangan, yang nyaris seperti apa yang dianjurkan agama islam bisa demengerti  dan ditaati dengan benar. Win (menang) bagi kita adalah bebas aktip dalam keutuhan NKRI, Panca Sila diamalkan dengan benar, dan kemakmuran yang berkeadilan – adapun Win bagimu, mitra “dagang” secara islami ini, pasti kita bisa mewujudkan – karena bahannya sudah ada, yaitu rakyat yang cerdas, bersatu untuk Negara, bangsa ber Panca Sila nengutamakan kebersamaan kan sudah diwahyukan dalan Al Qur’an. disunahkan Rasulullah SAW, berdaganglan dengan saling member kemudahan, barang kebutuhan. E,e, omong omong, kapan Edy Tansil di deportasi ?*)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More