Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Senin, 16 Oktober 2017

ULAMA JAWA DAN ILMU MAKRIFAT ISLAMI

ULAMA JAWA DAN ILMU MAKRIFAT ISLAMI

Pamulange saking susah saha kasangsaraning sesami ganjarane hayu saha bingahing sasami. – Pelajarannya dari susah dan kesengsaraan hidup sesama manusia dan hadiahnya adalah kebaikan dan kebahagiaan sesama manusia. R.M.P.Sosrokartono. Beliau kaka kandung R,A.Kartini.                                           


Kakek beliau adalah ulama dari desa Mayong Kudus. Ibundanya adalah putri seorang Kiai, didaerah bekas Kerajaan Demak Bintoro, yang didirikan oleh para Wali pengembang Agama islam, dengan infra strukture persawahan rawa  luas Demak, menggunakan teknologi Mesopotamia. ( idesubagyo.blogspot,com.)                                                                                 R M.P Sosrokartono adalah intelektual modern Jawa, cucu seorang ulama islam dari desa Jawa pada abad ke 15 – dengan kasultanan Islam yang pertama Demak Bintoro. Diperistri secara polygamy oleh bupati Jepara. Beliau dikenal sebagai intelektual modern kerena sudah menyelesaikan kuliahnya di negeri Belanda .  Telah menguasai 23 bahasa ,  sesudah studinya selesai, beliau menolak tawaran menjadi Pegawai Tinggi dalam Pemerintahan Hindia  Belanda, lebih memilih menjadi koresponden Koran Amerika dan mendapat gaji dari sana, berkeliling Europa sebelum Perang Dunia I. Menetap sebagai wartawan di  Serikat Bangsa Bangsa di Swiss, selama perang.  Menjelang Perang Dunia II beliau pulang ke Hindia Belanda,  mengabdikan dirinya sebagai “Penyembuh” penderita sakit.,  berkeliling sampai Sumatra Utara dan Aceh,mengobati orang sakit hanya dengan air putih rendaman  secarik kertas bertuliskan huruf Alif – gratis, insya Allah pada waktu itu banyak penderita penyakit aneh aneh dari segala penjuru dan segala suku bangsa jadi sembuh. Beliau tidak kawin dan menetap di Bandung – Di lokasi  perpustakaan dan Sekolah Taman Siswa,  karena beliau mengajar disana– nama rumah beliau Darussalam. Dari riwayat beliau saya memberanikan diri menyebut beliau Ulama, meskipun beliau tidak mengajar ngaji dan tidak punya murid, disamping karena perilakunya yang zuhud, juga memang beliau juga ilmuwan. Hati beliau telah  dibanjiri dicuci oleh air mata penderitaan rakyat jajahan, yang  derajad kesejahteraannya kala itu masih sangat memrihatinkan – maka dari itu beliau memilih jadi penyembuh meskipun bukan dokter.                                                                     
Jadi kelembutan hati beliau oleh siraman air mata penderitaan rakyat jajahan Hindia Belanda.  Kejadian bocah Arab yatim piatu di Makkah zaman jahiliah, cucu warga Makkah yang dihormati karena perilakunya, kakeknya yang mulia hatinya Abdul Mutholib.                                                                                        
Bocah yatim piatu  ini hatinya dikeluarkan  dari dadanya dan dicuci oleh malaikat atas perintah Allah. Kemudian dewasanya beliau adalah Rasulullah Muhammad salallahu allaihi wassalam. Kepada beliau yang umi ( buta huruf) dan bukan sastrawan bahasa Arab, diwahyukan kalamullah  dengan perantaraan malaikat Jibril. Semua orang yang tahu bahasa Arab, sangat hormat dan mengagumi susunan dan pilihan kosa kata bahasa wahyu Illahi ini sehingga  kaum yahudi menganggapnya pasti  dikarang oleh ahli bahasa  Arab kelas wahid.                                                                                 Meskipun kejadian di Hindia Belanda pada zaman modern, hati RMP Sosrokartono dan hati lain para Perintis Kemedekaan hanya secara simbolis/ lambang  saja dicuci disiram  air mata rakyat yang terjajah, sedangkan  tujuh belas abad yang lalu ada kejadian yang mirip, tapi pencucian hati ini adalah benar  mu’jizat Allah. Prilaku jahilliah penguasa dan masyarakatnya sama, kedua manusia unggul ini  yang hatinya dicuci,  pada zaman modern ini hanya simbolis/lambang, sedangkan pada zaman lain adalah karunia Allah, tapi  hidup beliau beliau sangat zuhud.    Saya yakin yang hatinya dicuci malaikat sebagai karunia Allah adalah Sang Pribadi  murid, manusia pilihan, rasulullah murid kinasih dari sang GURU,   yang kedua, di zaman ini yang hatiya dibanjiri oleh air mata penderitaan rakyat yang terjajah selama ratusan tahun adalah si murid, sang Pribadi muridnya GURU.  Dalam  teka teki  RMP Sosrokartono nulisnya dibalik, “Murid gurue Pribadi, guru muride peribadi”, sebenanya mengingatkan pada sumber ajaran islam yaitu Al Qur'an dan Al Hadist,  sehingga banyak membingungkan orang. Dirancang demikian supaya rakyat kecil tidak gaduh, digunakan untuk propokasi oleh mereka yang menggandakan dalil dalil baru jauh sesudah sang Pribadi muride GURU wafat, dipakai sebagai sumber salaf demi mempekuat  khilafah/politik kekuasaan mereka saja. 
 Dari sini nyata bahwa hati yang bersih, sangat memudahkan orang menandai  isyarat isyarat untuk mengenali ajaran Hakikat islami dan Makrifat islami diantara khazanah Syari’at islami  dan Tarikat islami yang kasat mata. Juga menggelarnya hingga memenuhi alam.
Maka tongkat estafetnya yang disampaikan ya sama  --LEBIH  SEDERHANA DARI HAKIKAT ISLAMI – IALAH MAKRIFAT ISLAMI,  yaitu yang di-isyaratkan dalam sholat, sebagai bacaan wajib setiap akhir rekaat  kedua.   “Makrifat islami” ini  lebih singkat dan sederhana dari ummul Qur'an surah Al Fatihah.. Sebab memang dirancang untuk seluruh umat manusia.                   Begitu khidmatnya sang ulama jawa ini meneladani  Pribadi agung, guru beliau sehingga terinspirasi menuliskan syair dalam bahasa jawa:  Nrimah mawi pasrah-Waktu Rasululluah SAW bejuang baru sendirian bersama istri tercinta beliau, diantara kaumnya  yang kafir dan jahiliyah di Mekkah, dimana beliau dihina dan dicerca beliau menahan diri sambil berserah diri kepada Allah. Langgeng tan ana bungah tan ana  susah- Rasulullah SAW menghadapi kekejaman kaum qurays yang kafir dan jahiliyah   dengan sangat mengekang emosinya. Tanpa pamrih tebih ajrih- Rasulullah SAW berjuang menyiarkan wahyu Illahi tanpa pamrih apa apa, makanya tidak pernah takut. Anteng manteng sugeng jeneng- Rasulullah SAW waktu diam beliau berzikir mengingat Allah, sedangkan waktu bergiat  bekeja sangat memegang prinsip ajaran islami yang beliau amalkan. Demikian kagumnya RMP Sosrokartono kepada sikap  Rasulullah SAW terhadap tugasnya melakukan dakwah dan syi’ar Islam dalam kepungan warganya sendiri yang menentangnya dengan kebencian, digambarkan oleh syair RMP Sosrokartono sebagai : Sugih tanpo bondo-   Dari usia sangat muda, sebelum mendapat wahyu Allah beliau memang sangat pemurah memberikan saran perbuatan baik, berbagi pengetahuan, suatu yang tak bisa bekurang walau dibagikan dengan murah kepada masyarakatnya.                   Rasulullah sangat terbuka menolong orang Makkah meskipun hartanya nyaris habis. Digdaya tanpa aji- Rasulullah  SAW sakti tanpa bantuan dari alam ga’ib,  menolak bantuan malaikat yang ingin membantu saking gemasnya. Penolakan ini ada alasannya, supaya umatnya nanti tidak  mengandalkan barang ga'ib, sebab sangat rentan jadi permainan syaithan. Nglurug tanpa bala- Menyerbu kubu musuh  nyaris tanpa memperhitungkan jumlah pasukan sendiri, yang  tak seimbang dengan pasukan lawan. Menang tanpa ngasorake- Akhirnya Mekah sebagai benteng kaum musyrikin dan kaum kafir yang jahiliyah dikalahkan oleh kaum muslim tanpa   kemegahan perampasan sebagai pemenang.  RMP Sorokartono mengambil sebagai tauladan permulaan perjuangan Kanjeng Nabi. Syair  ini adalah hasil penjabaran dari perjuangan Rasulullah SAW menurut  azas ilmu hakikat  islami yang digelar untuk diteladani. Jadi ilmu hakikat islami juga untuk menggelar suatu isyarat dari perjuangan Rasulullah demi memenuhi semangat perjuangan  si murid unggulan  ini, RMP Sosrokartono meskipun tulisan ini jauh dari khazanah buku buku pondok pesantren tingkat tinggi tempat berkumpulnya kiai khos tapi orang jawa terpelajar 80% tahu.
     Benar to ? Wong sesuai dengan riwayatnya yang sudah tercatat rapi
Makrifat islami sederhana dan dapat dicerna seluruh umat manusia diseluruh  dunia dengan mudah, yaitu bacaan waktu telunjuk tangan kanan yang harus diluruskan waktu atahiat akhir artinya menunjukkan bahwa :ASHADUALA ILA HAILULLAH  WA ASHADUANAMUHAMMADARASULULLAH. itulah makrifat islami. Sebab mencakup  semua  inti sari ajaran pokok Islam. Isyarat ini, menurut azas ilmu makrifat islam, masih bisa digelar hingga memenuhi alam, dengan merenungkan kedaan jari telunjuk yang harus diluruskan dan jari yang tiga lainnya ditekuk sampai kelingking, bila awas, melambangkan urutan empat ilmu islami.  Pengamatan seperti ini akan  mudah sekali dicap klenik oleh sang almkharom al habib. Tapi katimbang dengan apa yang ditemukan Al Bana dari Ilhwanul Mesir, sangat lain, yang disana keras lokal  digunakan untuk pengerahan masa berani berjibaku, yang disini untuk seluruh umat manusia yang berjuang mulai dari dirinya pribadi, bukan terburu hafsu, malah menuntut keberanian yang sebenarnya.
Jangan salah, ini bulat sempurna  ringkas sebesar mrica binubut, bila digelar memenuhi alam semesta, iya apa enggak.?   Bila para ulama menyadari adanya isyarat ini pasti menjadi pribadi yang sangat sabar dan bisa memberi tuntunan kearah semua kebaikan  dengan ilmunya, pemicu utamanya adalah kebersihan hatinya , bukan hadigang hadigung, apalagi santrinya yang masih hijau, wong yang sudah gondrong penuh uban saja malah petentang petenteng membawakan ilmu kebenaran preman pasar, tapi mencla mencle hujahnya seperti yang kita saksikan di TV – semoga sadar*) Wasana nyumanggakaken.








































































0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More