INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA
Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata
This is default featured post 5 title
Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan
This is default featured post 3 title
Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk
Sabtu, 24 Februari 2018
Rabu, 21 Februari 2018
MH AINUN NAJIB, MENCERMATI KEKUASAAN DI REPUBKLIK INI. TH 2015
M.H. AINUN NAJIB MENCERMATI KEKUASAAN DI REPUBLIK INI.
Di you tube, Cak Nun menandai bahwa yang “berkuasa” di Republik ini bukan
Jokowi dan bukan Megawati. th 2015
Ya jelas, Republik Indonesia, mulai founding fathernya,
Bung Karno, sudah dalam pusaran percaturan politik dan ekonomi dunia.
Lebih jelasnya, politik diplomasi, bahkan peperangan, memang
sejak dulu ya alat dari percaturan ekonomi masyarakat manusia, Bung Karno dan rakyat
pendukung setianya, PKI, sudah disapu bersih th1965, karena merintangi penguasaan sumber daya alam. l Negara ini oleh Amerika. akhirnya sibawqah prwsiden HM jandrasl Suharto sudah itu memang gunung emas di Papua dibongkar, juga
logam logam langka ada di sana ( sangat perlu ntuk bahan baku chips electronic canggih) Jadi cak Nun benar sekali.
Cak Nun juga bilang, Pak Jokowi ini sebagai Presiden yang
melakukan seluruh tugasnya, bukan dari kemauan hatinya sendiri semuanya. Bila
pendahulunya penuh ragu, Pak Jokowi ini tidak mengerti apa yang harus membuat dia
ragu dan apa yang harus membuat dia tegas. Jama'ah ma’iyah pada gaduh, tertawa.
Saya tidak, hanya prihatin, memikir ini motifnya apa
budayawan islam yang menampilkan dirinya kental dengan kesufian “sepi hing pamrih” ini kok ngomong begitu.
Cak nun menyambung supaya seluruh jamaah ma’iyah
mendo’akan pak Jokowi mendapat pertolongan Allah bisa terbebas dari kuatnya
belitan percaturan politik global, supaya
bisa mengemudikan Negara ini dengan baik dan selamat senegara, sejahtera
sekeluarga, saya menjawab dalam bathin amiin, kepada tayangan face book ini,
yang sudah terlambat 3 tahun.
Sedangkan secara
ekonomi kebutuhan pokok rakyat sudah sangat tinggi nilainya dibandingkan dengan
kemampuan produktivitasnya, akibat policy devaluasi rupiah terhadap US dollar, turun
terus secara sistimatis. Sulit dibendung karena digerogoti dari dua sisi, dollarnya sudah turun nilainya karena diinflasikan, diikuti rupiah, karena
penerimaan harga comoditas export kita tidak naik, sedang nilai US dollarnya
turun. tanpa devaluasi rupiahnya, malah harga perdagangan kertas dollar US ini tambah
tinggi, karena dibutuhkan oleh Negeri
yang harus membangun infra structurnya.
Dari pendapat saya :
“Meskipun sudah dipilih sasaran pembangunan yang komponen
bahan dalam negerinya banyak, seperti pasir, slagsteen, semen dan lonjoran baja
beton. E, yang ini ya melur kayak
gulali, akibat ngirit, (atau sabotase) mburu margin keuntungan, karena tenaga
kerja makin mahal, nilai take home pay nya tergerus sampai ke UMR tidak cukup
buat beaya pemenuhan kebutuhan sembako. Kualitas pekerja makin turun karena
tergoda bersikap masa bodoh dan pragmatis, apapun dicuri, dikurangi, kuli
bangunan sampai pengawas lapangan dan managers sampai inspektur konsultan menomerduakan
prinsip teknologi dan etos kerja.
Selanjutnya dari gambaran diatas merambat keseluruh
kegiatan ekonomi, barang konsumsi dalam
kemasan, dikurangi jumlahnya ( isi sachet repellant nyamuk jadi sedikit, susu
kental manis jadi encer dan kurang manis, Travel Buro berlomba menipu jemaah
umroh tabungannya diembat, nanti keluar penjara harta jarahan masih banyak
masih bisa bayar mahar untuk jadi pejabat partai lagi. ” hanya bondho mukenah dan baju koko", begitulah dari saya.
Selanjutnya cak Nun
bercanda, meskipun dia sisipkan canda dari khazanah bahasa Arab perkara
bicara “uslub” yang sangat multi tafsir, tapi cak Nun memberi isyarat uslub ini
bicara diplomasi tingkat tertingi. Nggepuk lor keno kidul, saya mulai berpikir lagi.
Selanjutnya lagi Cak Nun bicara Indonesia, ekonomi didalam
negeri kita, kintir di pusaran ekonomi dunia, menghadapi “jahudi timur” dan
“china barat”- yang sudah berkomplot, tandanya dollar yang selalu naik kursnya
terhadap rupiah, berapapun export diupayakan sebagai imbangan, tapi disisi lain
sedotan beaya ditambah ihtikar internasional yang konspiratip antara naga dan
gurita, ditambah Tyranosaurus rex.
Selanjutnya lagi, tinjauan Cak Nun menandai bahwa mereka jadi tamu kita
sejak abad 13 yang lalu, dan sekarang 6 abad kemudian sudah menjadi kaya raya, bukan saja
ukuran local tapi ukuran global. Tapi dia merkata: mengingatkan eling dieling, jangan pethakilan macam macam – pesan dalam bahasa jawa
“ojo wani wani, mbawah mrintah Indonesia, mbahu dendho hanyokrowati, lenggah
jegang ngedangkrang”, dumeh sudah berkonspirasi dengan bala Rahwana, Indonasia tidak seperti yang engkau tahu, semua jenis manusia ada disini, ada petapa yang waskita, ada ksatrya yang ndak doyan harta benda dunia, bertekat baja menghilangkan nestapa kaum du'afa, tidak terima mereka di rampas rezekinya oleh China dari Barat dan Jahudi Timur. Semua orang jawa, sebagai indikator perasaan
penghuni seluruh Nusantara, sudah ngerti bahwa sekian abad ini mereka turun
temurun lahir mati disini ini, hidup mukti bandha bandu disini, tanpa membuat
jalan umum semeterpun, tanpa membuat jembatan yang terpendekpun, meski rumah
sakit iya, satu dua, dengan perhitngan ROI 25 % membuat hotel dan kondominium Maikarta di OTT oleh KPK nyuap Nyonya Bupati Bekasi , yang diucapkan oleh Raja kayu pulp Sukanto tanoto, untuk nyedot balik uang gratifikasi yang secara royal ditebar, pebangunannya seret sengaja melanggar perizinan sudah dibangun, alasan buat dihentikan, menilep uang muka yang asalnya juga dari dia gratifikasi,istilah yang sangat menggiurkan balik lagi, bonusnya si Ummi dikandang di gedung gratis.
Sampai sekarang mereka yang terpelajar ; isi hati, keseharian hidupnya dan perasaannya masih sebagai tamu, jauh di lubuk hatinya sendiri juga begitu. ” Buktinya minta dikubur di Singapura, harta bendanya dipindah ke Panama, anak cucunya punya rumah dan green card Amerika, ternyata tak seberapa beayanya. centeng si Nipar, jongos si Kromo, mayor domo Safaqudin, anak selir si Miah yang dipanggil akarab makco sudah setia tiga keturunan merawat the House of Samcacat -nya..
Harta beranak harta. ing,ing, yukde pigi Amelika..
Menurut saya: Prilakunya “ngambang di awang awang, dengan mental bandoro, berangkulan dengan penguasa, dalam bahasa jawa dilukiskan “prabowo saloko rukmi, kabeh kabeh mung marono tingalira”- (Serat Kalatidha oleh R Ng Rongowarsito, pujangga Kraton Surakarta 1895) tergiur perak emas semua penguasa pandangannya mengincar kesitu.
Sampai sekarang mereka yang terpelajar ; isi hati, keseharian hidupnya dan perasaannya masih sebagai tamu, jauh di lubuk hatinya sendiri juga begitu. ” Buktinya minta dikubur di Singapura, harta bendanya dipindah ke Panama, anak cucunya punya rumah dan green card Amerika, ternyata tak seberapa beayanya. centeng si Nipar, jongos si Kromo, mayor domo Safaqudin, anak selir si Miah yang dipanggil akarab makco sudah setia tiga keturunan merawat the House of Samcacat -nya..
Harta beranak harta. ing,ing, yukde pigi Amelika..
Menurut saya: Prilakunya “ngambang di awang awang, dengan mental bandoro, berangkulan dengan penguasa, dalam bahasa jawa dilukiskan “prabowo saloko rukmi, kabeh kabeh mung marono tingalira”- (Serat Kalatidha oleh R Ng Rongowarsito, pujangga Kraton Surakarta 1895) tergiur perak emas semua penguasa pandangannya mengincar kesitu.
Hemat saya, belum pernah
secara total mereka menyatu diantara anak bangsa lainnya, bisa ikut “ngrungkrebi”
bhumi pertiwi, syukur alhamdulillah satu
dua sudah membhumi. Keadaan ini
tersindir oleh ucapan dalam pertemuan
dengan teman teman ma’iyah cak Nun. Sudah di release oleh you tube dan face
book, saya matur nuwun sekali sudah lega, baru sekarang hilang rasa sesak dada saya, sebab ini gawat, ewuh aya ing
pambudhi. Sentimen global anti
diskriminasi “sara” marak di Amerika, bisa dibuat tudung mereka dengan tertawa tawa. perkara ras. Sebab warga sembilan Naga
dan Rahwana Global sudah berkonspirasi, mengharu biru menanamkan kepentingan
dominasi ekonominya di Republik ini. ” Sambil masih mengerutu secara public di
TV, Hartati Murdaya Poo bilang dengan cynical “Apa apa semua tidak boleh”, maunya
dibolehkan bebas menggunduli pulau luar,
bukan dengan Amran Batalipu thok tapi juga dengan yang lain masih ngantri. Yang
macam dia ini mestinya jama'ah ma’iyah aktip mengadakan picket gerak geriknya.
Menurut saya: Jahudi Timur dan China Barat ( ungkapan Cak
Nun ini kiasan lho, bukan letak geografis). kondisi ini bukan terhadap pak Jokowi
saja, tapi berlanjut sampai para penggantinya nanti siapa saja, sampai kapan
saja. Barang siapa pemegang kemudi kapal
Republik ini ini harus tidak dengan maunya sendiri, penuh konsentrasi hati
hati, seperti menarik rambut dalam tepung. Maunya kepentingan para tamu ini
tidak tergerus, karena ditambahi infrastructure baru, rakyat tetap makan ( repotnya kebutuhan rakyat sekarang bukan
sekedar makan thok kayak zaman VOC, tapi lingkungan hidup sehat tanpa polusi dan
pendidikan. Yang ini biayanya semakin terkatrol naik, nyaris tak terjangkau). Wong
rakyat masih tetap berlindung kepada
Allah, untungnya masih ada ma’iyah. Cak Nun sendiri bilang seperti meniti
sirotol mustakim. wong maunya ya hanya massa yang mengambang, sampai mateng untuk dikomando oleh siap lagi ? “Ingat, betapa sulitnya pak Jokowi berusaha mencegah pembakaran lahan gambut, yang asapnya mencekik negara kota Singapore, beberapa propinsi Malaysia, mereka menyumpah nyumpah, padahal mayoriritas pembakarnya investor dari sana yang bandel bandel",
Preanisme, sekarang sudah sangat reda, memperalat orang setempat yang masih bangsa kita yang masih mengandalkan kepalan dan parang.
Preanisme, sekarang sudah sangat reda, memperalat orang setempat yang masih bangsa kita yang masih mengandalkan kepalan dan parang.
Saya percaya manusia model Pak Jokowi, jangankan hanya
diangkat jadi aggauta kehormatan tentara satu korps elite ( Uslub ?) diterima
dengan ikhlas sambil tersenyum, bahkan andaikata diangkat jadi penunjuk jalan
kehormatan peleton penjaga perbatasanpun, pasti akan diterima dengan ikhlas, ndak
usah digegerkan, karena tidak melanggar etika
ketentaraan itu sendiri. Jadi bila
ketika pak Jokowi blusukan di ranah perbatasan negeri ini, bila bertemu dengan
danton pengawal perbatasan yang lagi patroli,
beliau diangkat jadi penunjuk jalan kehormatan, Pak jokowi pasti berfikir ini menyangkut semangat keteguhan mental, tuntunan
kearah jalan yang benar, pasti dilayani, sebagai penunjuk jalan satu
peleton pasukan, beliau masih berkonsultasi dengan Allah, saya yakin bukan
maunya sendiri meskipun beliau Panglima
Tertinggi Angkatan Darat Angkatan Laut dan Angkatan Udara Republik ini, rakyat
yang milih. Dia anak rakyat sangat peduli kepada
keselamatan prajurit, yang juga anak rakyat, tidak memandang satu
prajurit atau satu peleton. Seorang
Panglima Tetinggi Presiden RI, yang dipilih langsung oleh rakyat, harus ikut cawe
cawe, kapan dia bisa menggunakan chains
of command, apa tidak. Menembus segala protocol dan taboo, seperti lakonnya
film Amerika “Saving private Ryan” Panglima mandala Amerika,yang manarik pulang
prajurit Ryan dari kancah pertempuran ratusan ribu tentara pembebasan Europa
dari cengkeraman Nazi Jerman, karena dia sendiri yang masih hidup dari tiga
bersaudara dua yang sudah gugur di
medan laga, demi menjaga ibunya yan sudah tua, ini Pangima Tetinggi Amerika serikat, mandala Europa. Lha
Panglima Tertinggi Indonesia, Pak Jokowi, apalagi hanya menerima satu posisi kehormatan,
sebagai penunjuk jalan satu peleton pasukan penjaga perbatasan umpamanya.. Sebab kita belum punya drone mata mata yang
bisa nguping kersaning Allah, kayak cak Nun (uslub). Masa mengambang pun punya hati nurani, hati hati cak.
Saya memberikan saluut setinggi tingginya kepada Panglima
Tertinggi kita yang satu ini, bagaimanapun dia diremehkan oleh jendral
professional siapapun, secara terang maupun ungkapan uslub yang rumit. Yang ini, Jokowi bertindak pasti sudah
diawali dengan bismillahirakhmanirakhim, malati,
karena beliau bertindak sebagai symbol, sebagai jimat, Presiden panglima
Tertinggi pilihan langsung dari rakyat. Saya harap cak Nun ngerti artinya kuwalat,
Prilaku seorang pemimpin, bukan karena bebal berkulit tebal.
Cak Nun bilang sebelum tahun 2024, ya belum habis tugas
tukang sapu sampah pesta demokrasi ini. Berbahagialah warga ma’iyah, KPK masih diberlakukan. Sebab ingat betapa keras upaya wakil wakil rakyat di DPR RI, menggerakkan hak anket mereka, untuk melemahkan KPK, lagi pula anda belum bisa picket
di depan istananya oknum Eksekutip Pusat apalagi Daerah, Istana oknum Judikatip
Pusat maupaun Daerah , dan istana oknum Legislatip Pusat dan Daerah, apalagi
Benteng markas ABRI. Mosok mereka di
dalam negeri tidak tinggal di istana super mewah dan hidup disorga dunia, kok
anda ndak tahu ?. Mbok iya, namu namu kayak cak Nun namu bercanda ria
dengan pak Harto apa namu Tomi di Penjara Cipinang dibasani pisan sama mas Tomi,
waktu dipenjara. Saya maklum anda ndak
tahu istananya mereka yang diluar negeri
kayak istananya Harliemvanto, yang mati katanya bunuh diri. Halah, wong sudah
jadi warga Amrik, tinggal opererasi plastic, celekkan matanya yang sipit, ganti nama Donald Cuck Kirick, nanti sambil nyambi kerja untuk Indonesia lagi, nolong
Setia si hooping. Dia bukan yang pertama, Andi Nurdin Halid pernah dipenjara karena
korupsi di Bulog, pikirnya partai golkar ga apa apa, melanjutkan sebagai ghanimah menang memerangi kaun kafir, tetap jadi pimpinan Partai Golkar, Jendral Park Chung Hee bekas
Presiden Korea Selatan, memperoleh dukungan hibah dollar dari Pemernatah
Amerika Serikar, berkat para Congressmen dan Senator AS, karena dibawakan oleh
oleh suap buaanyak, bebas OTT dan penyadapan ( kok nasih ketahuan ya ?). ini
kan klop dengan scenario konspirasi china barat dan jahudi timur. Jadi andaikata
dia risih bingung dan malu karena sesudah anda picket ?
Siapa tahu ma’iyah sudah bang bang rahina,
Hyang aruna kadi netrane ogha rapuh
sabdaning kokila,ring kanigoro
SAKETER WUWUSING WINIPANCA
BINARUNG PUDYANIRA KIAI KANJENG.
menciptakan gaibnya suasana,
sabdaning kokila,ring kanigoro
SAKETER WUWUSING WINIPANCA
BINARUNG PUDYANIRA KIAI KANJENG.
menciptakan gaibnya suasana,
si
durjana tahu rasa,
anda
anda sudah picket disana,
dengung
Kiai Kanjeng do’a rakyat yang sengsara,
tetep
nempel ditelinganya
Mau
lari kemana ?
Ini petunjuk juga
terhadap pelajar ma’iyah, masih ada Jahudi Barat (misalnya seperti Michael Moore dengan Occupation
Wall Street nya –OWS ) dan China
Timur ( yang ngerti sekali sengsaranya di injak injak Bholo Rahwana, pasti ada ratusan juta mereka merindukan ma’iyah,
mau sama sama merampas kembali sajadahnya yang sudah jadi ke`se`t , kan sudah diinjak injak syaithan?).
Harus segera membuat tambak meruntuhkan Alengkapura. Tahukah
anda satu hukum alam yang bisa kita baca atas anjuran wahyu Illahi surah Al Alaq
– Iqrok……., bahwa bila ada seratus jahudi
timur bisa nangkring di puncak sistim materialistik penduduk dunia, di Davos,
atas pengorbanan enam tujuh puluh juta Jahudi timur dan barat yang kalah bersaing tersingkir
dari sumber rezekinya karena lebih ngrumangsani dan jujur diantara mereka ? Ada
China Barat sembilan disini sebagai personifikasi Naga yang sangat berkuasa disini, itu pasti
sudah merebut kesempatan rezeki merampas hajad hidup wajar dari ratusan juta
China Timur dan Barat dengan tipu daya ditunggangi posisinya dengan sangat
lihai ?
Seperti anda anda sendiri disini, kan juga jadi korban kartel
gelap sembako, kerja sama ordebaru dan sisa sisanya dengan menerima ghanimah kemenangan
aliansi dwifungsi dengan Kammi Kappi
berupa Badan Usaha Logistik Rapublik ordebaru, mulai berdiri sampai tumbangnya,
dengan siapa mereka membangun kartel gelap - ihtikar. bahkan sampai orde
reformasi. Hanya pada masa Presiden Gus Dur baru dibersihkan olah Menteri Rizal
Ramli?
Hidup dengan robot cerdas, yang tidak tidur dan istirahat, segalanya bisa
dicukupi.
Ini bisa
jadi scenario jalan sesat atau scenario jalan rakhmatan lil alamin, sudah dekat
sekali.
Dengan lahirnya masyarakat ma’iyah, merupakan pertanda
zaman, kita mohon kehadirat Allah subhanahuwata’ala dengan sesungguhnya supaya terhindar
dari jalan sesat dan jalan yang dimurkai Allah. Wahai ratusan juta rakyat Indonesia milyaran rakyat dunia
- korban atau calon korban konspirasi jahudi timur dengan china barat dan para
materialis pragmatis Indonesia, alias koruptor alias nyai Blorong, alias oportunis ular kadut penilep
anggaran, belut listrik yang pasang muka cengengesan, pemakan suap birokrasi
pemerintahan, alias petugas partai, alias gurita istana
- rumah keramat, kalian akan lebur oleh ratusan
juta manusia ma’iyah yang telah mesu budhi dengan laku puasa lahir bathin kesadaran picket, “anteng
mantheng sugeng jeneng” bukan massa yang mengambang tungu komando saja, tapi elite pembelajaran disetaip desa (kalimat pesan peninggalan RMP Sosrokartono alm)
dan sodhakoh tanpa pitung alias "sugih tanpa bondho" ( bentuknya nurut arahan ulama alim yang
orientasi hidupnya melulu jadi rakhmatan lil alamin, apa saja yang
berguna bagi masyarakat, niat
ajeg tanpa pitung ikhlas sampain jerohan ). Ini tuntutan zaman. yang
akan mendatangkan ma’unahe para santri
karomahe para Wali, mu’jijate para Nabi, berwujud rakhmat Allah, harapan
makhluk manusia sedunia, semoga kali ini, Allah mengijabahi*)
Jumat, 16 Februari 2018
INI BARU KETEMU MA'IYAH ITU APA, LANSUNG DARI SUMBERYA
Asalamu'alaikum ww.
Maaf pembaca blog ini, saya baru ketemu keterangan mengenai ma'iyah di you tube, ternyata ada ratusan tayangan ulang penampilan Cak Nun, menyinggung mengenai ma' iyah, wong tayangan nya unik, maka saya anjurkan pembaca blog saya membuka sendiri di you tube, sebab ternyata tayangan ulang di you tube ada ratusan, yang saya dengarkan lansung sesudah saya petani baru beberapa, kok definisinya ma'iyah malah ndak ketemu. Jadi karena sudah terlanjur saya recommend-asikan pada pembaca saya, saya sendiri kok baru nggagapi makna dengan tafsir sejatine ma'iyah itu apa. Wong ini penting, jadi untuk memudahkan pengertian teman teman saya pebaca blog ini ya saya tafsir, wong Al Qur'an saja boleh di tafsir kok. Jadi tafsir saya dibawah suluh dari mbah mbah saya yang pernah saya dengar, dari para wali islam tanah Jawa dari ulama inelectual Jawa RMP Sosrokartono,cucu seorang ulama Jawa, dari desa Mayong Jepara, kakak kadung RA Kartini. E ndelallah kok nyenggol, tidak meleset jauh, hanya overexpectant, Ketemunya nanya di mbah Google, sya ketik MH Ainin najib. Ternyata kata kunci : caknun.com saya copy paste dibawah ini, Teriring permohonan maaf, apabila masih ada ganjelan dari semua teman teman masyarakat ma'iyah. Wasalamulaikum WW
qoute:
Izro’u Fi Jannatil Maiyah
Maaf pembaca blog ini, saya baru ketemu keterangan mengenai ma'iyah di you tube, ternyata ada ratusan tayangan ulang penampilan Cak Nun, menyinggung mengenai ma' iyah, wong tayangan nya unik, maka saya anjurkan pembaca blog saya membuka sendiri di you tube, sebab ternyata tayangan ulang di you tube ada ratusan, yang saya dengarkan lansung sesudah saya petani baru beberapa, kok definisinya ma'iyah malah ndak ketemu. Jadi karena sudah terlanjur saya recommend-asikan pada pembaca saya, saya sendiri kok baru nggagapi makna dengan tafsir sejatine ma'iyah itu apa. Wong ini penting, jadi untuk memudahkan pengertian teman teman saya pebaca blog ini ya saya tafsir, wong Al Qur'an saja boleh di tafsir kok. Jadi tafsir saya dibawah suluh dari mbah mbah saya yang pernah saya dengar, dari para wali islam tanah Jawa dari ulama inelectual Jawa RMP Sosrokartono,cucu seorang ulama Jawa, dari desa Mayong Jepara, kakak kadung RA Kartini. E ndelallah kok nyenggol, tidak meleset jauh, hanya overexpectant, Ketemunya nanya di mbah Google, sya ketik MH Ainin najib. Ternyata kata kunci : caknun.com saya copy paste dibawah ini, Teriring permohonan maaf, apabila masih ada ganjelan dari semua teman teman masyarakat ma'iyah. Wasalamulaikum WW
qoute:
Izro’u Fi Jannatil Maiyah
CAKNUN.COM • 22 Nov 2016Esai, Tajuk
Bercocok
tanamlah atau nandur-lah di kebun Maiyah. Itulah pesan Cak Nun yang
disampaikan kepada kita semua di Majelis Ilmu Padhangmbulan 14 November 2016.
Malam itu Cak Nun memperkenalkan sesuatu yang baru yaitu menyebut JM bukan
dengan Jamaah Maiyah sebagaimana biasa tetapi dengan sebutan Jannatul Maiyah
(singkatannya tetap JM). Terdapat gagasan yang hendak Beliau sampaikan dengan
frasa baru itu. Dalam bahasa Arab, Jannah berarti kebun. Jannatul Maiyah
artinya kebun Maiyah.
Di
dalam kebun Maiyah itu, Jamaah Maiyah mendapatkan bermacam-macam buah-buahan,
mulai dari buah berupa ilmu, sikap hidup, keseimbangan dan penyeimbangan,
pembelajaran, kebahagiaan, solusi, jawaban atas kegelisahan, keberkahan,
pandangan hidup yang dinamis dan meluas, alternatif-alternatif sudut pandang,
nikmat kebersamaan, kuatnya kemesraan satu sama lain, olah kesehatan, doa,
dzikir, pembangunan mental, gugahan kesadaran, hingga detail-detail lain yang
dirasakan sebagai anugerah dari Allah di dalam Maiyah.
Sama-sama
kita ketahui bahwa semua buah-buahan itu sudah terpetik sejak 23 tahun lebih
yang lalu, dan ke sini semakin banyak yang turut mendapatkannya melalui
berbagai cara dan media. Lingkaran-lingkaran baru yang memetik dan menikmati
buah-buahan itu lahir dan tumbuh di berbagai tempat dengan segala tahap dan
karakeristiknya.
Dalam
kenyataan dan perkembangan seperti itu Jannatul Maiyah atau Kebun Maiyah itu
tak lain adalah sebuah surga, sebagaimana kata Jannah itu berarti sendiri juga
berarti surga. Di dalam surga Maiyah, para Jamaah Maiyah mendapatkan
pemenuhan-pemenuhan atas kebutuhan jiwanya. Bahkan pemenuhan itu tidak hanya
berlangsung pada ranah jiwa, melainkan mewujud dalam perubahan objektif pada
kondisi hidup mereka.
Pertanyaan
kita selanjutnya, mengapa Cak Nun meminta agar kita bercocok tanam atau tandur
terus di kebun Maiyah?
Pertama, dengan terus bercocok-tanam di kebun Maiyah itu,
pohon-pohon yang ada di dalamnya akan semakin berbuah banyak dan terus memberi
manfaat serta berkesinambungan abadi. Kebun Maiyah sebagai surga akan terus
berlangsung tatkala para jamaah aktif menggali tanahnya, menanaminya dengan
benih-benih baru (ijtihad, kreativitas, penataan, pengolahan, dan
implementasi-implementasi), merabukinya dan menyiraminya terus.
Kedua, Cak Nun meminta kita untuk bercocok-tanam di kebun
Maiyah, sebab pekerjaan ini adalah pekerjaan harian Jamaah Maiyah di dalam
kebunnya sendiri, dan boleh jadi kita lupa terutama ketika perhatian kita
terseret dan diseret oleh arus peristiwa yang sedang berlangsung. Seperti
situasi nasional Ummat Islam Indonesia yang
dalam satu bulan ini eskalasinya meningkat dengan momentum “Al-Maidah 51” dan 4
November 2016 yang hingga saat ini terus menggelinding bolanya. Para Jamaah
Maiyah berupaya memahami dan mempelajari semua peristiwa itu, namun tetap tak
boleh lupa akan tugas utamanya berkebun di kebun Maiyah.
Ketiga, kesadaran bercocok tanam atau tandur itu makin kuat untuk
disadari justru pada saat Maiyah menemukan dirinya belum tentu mampu
menyumbangkan sesuatu bagi merespons peristiwa-peristiwa yang berlangsung
hari-hari ini, misalnya peristiwa 411 semestinya melahirkan perasaan dan
pengertian akan perlunya seluruh umat Islam Indonesia bersatu duduk bersama,
bermusyawarah, merumuskan diri, dan bergerak menuju Ummatan Wahidah, ummat
yang satu alias solid.
Untuk
kemungkinan gagasan itu, Maiyah melihat kesulitan-kesulitan terutama karena
kelompok-kelompok di dalam umat Islam sendiri belum tentu berpikir ke arah sana
dan tercerai-berai ke dalam berbagai kepentingan. Pelbagai kondisi atau
prasyarat ke arah sana belum cukup terpenuhi.
Di
tengah keadaan belum tentu sanggup melakukan sesuatu itu, Maiyah menegaskan
diri ke dalam: Izro’u Fi Jannatil Maiyah. Kesadaran ini pun diletakkan secara
dialektis. Artinya, tidak sekadar menjadi titik berat bagi aktivitas sehari-hari
Jamaah Maiyah, melainkan dipahami seperti ini: Ke dalam, pilihan lelakunya
adalah nandur terus di dalam kebun Maiyah. Ke luar, pilihan
tindakannya adalah berpuasa dan atau bershadaqah.
Berpuasa?
Ya. Ini ada kaitannya dengan bagaimana Maiyah menganalisis situasi-situasi yang
tengah terjadi. Pada hemat Maiyah, apa yang sedang menimpa bangsa kita adalah ganasnya keserakahan global.
Keserakahan yang hendak menjadikan tanah air bangsa Indonesia sebagai hidangan
bagi keserakahan itu, dan untuk mencapainya berbagai tipudaya yang canggih, penjajahan,
dan penguasaan politik mereka lakukan. Jamaah Maiyah tak boleh menghadapi
keserakahan itu dengan ikut masuk ke dalam arus keserakahan. Jamaah Maiyah
harus berpuasa. Bentuk-bentuk puasa itulah yang saat ini perlu mereka temukan.
Bershadaqah?
Betapapun dalam berbagai keadaan maupun kehidupan sehari-hari, Jamaah Maiyah
bersentuhan dengan beragam lingkungan, dari yang paling kecil di kampung hingga
yang lebih luas yaitu bangsa dan negara Indonesia. Seperti yang sudah lama
menjadi pemahaman di Maiyah, seluruh kegiatan atau apa-apa yang mereka lakukan
dalam ranah yang lebih luas itu seyogyanya diniati untuk shadaqah, artinya
melakukan sesuatu bukan karena kewajiban fiqhiyah, melainkan karena ada nilai
kemuliaan di dalamnya. Kemuliaan itulah yang melandasi langkah kaki Jamaah
Maiyah.
Dengan
bercocok tanam di kebun Maiyah sendiri, istiqamah berpuasa, dan akurat niat
saat bershodaqah, para Jamaah Maiyah mengolah dan mendialektikakan dirinya agar
Kebun Maiyah dan manfaatnya berkesinambungan lestari. Dengan tiga langkah
itulah Jamaah Maiyah menjelma diri menjadi Jannatul Maiyah.
Yogyakarta,
22 November 2016
JAMAAH MAIYAH NUSANTARA
Di tengah keadaan belum tentu sanggup
melakukan sesuatu itu, Maiyah menegaskan diri ke dalam: Izro’u Fi Jannatil
Maiyah. Kesadaran ini pun diletakkan…
CAKNUN.COM merupakan salah satu sub unit
dalam lingkaran aktivitas Emha Ainun Nadjib yang dikelola oleh Progress sebagai
sarana informasi dan komunikasi.
Bagikan. unquote
MENAFSIR MA'IYAH-NYA CAK NUN DARI YOU TUBE KE II
MENAFSIRKAN MA’IYAH, DARI PENYADARAN CAK NUN DI YOU TUBE –
TAFSIR SAMBUNGAN KE II – DENGAN BEKAL JEMBATAN PEMIKIRAN ULAMA JAWA.
Allah sudah berfirman bahwa dunia diciptakan-Nya berpasang
pasangan. Hidup pasangannya mati. Benda
(materi – matter) pasangannya rokh dua duanya ada dalam hidup Manusia, tidak
terpisahkan. Sebaliknya, dalam hidup
tumbuhan dan binatang ada materi, sebagai wadag/badan, dan jiwa yang temasuk code dari materi yang tidak kasat mata, code satu program. Jiwa mengatur seluruh cyclus
hidup tumbuhan dan hewan, yang semakin tinggi derajad hidup semakin complex
jiwanya, sehingga pada manusia bisa sebagian fungsinya keluar rel, yang kita namakan
sakit jiwa. Gejala ini tidak ada pada tumbuhan dan hewan yang code programnya
sederhana. Kecuali disebabkan oleh kerusakan benda otak msalnya oleh invasi
virus Rabies, maka anjing disebut anjing gila, bisa menular ke manusia, tidak
desebut gila tapi sakit rabies.
Singkat kata, manusia mempunyai dua sisi hidupnya yaitu
sisi duniawi badan wadag dan sisi rokhaniyah/ ukhrowi.
Di sisi duniawi ini, syaithan mengharu biru sejarah khidupan masyarakat
manusia sejak Nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bhumi.
Sampai pada utusan Allah yang
terakhir, Rasulullah Muhammad salallahu allaihi wassalam, sebagai imbangan di sisi duniawi ini karena sudah di injak injak oleh syaithan untuk menjesatkan manusia, memang diizinkan
Allah begitu. Justru Rasulullah membimbing manusia, dengan izin Allah
menyiarkan islam kedunia dengan tujuan satu satunya menjadikan manusia sadar
akan tugasnya, malah dibekali Allah dengan energy yang luar biasa, untuk jadi
rakhmatan lil alamin, dari sisi bhatiniahnya, memembus ke materi sebagai alat hidup yang diridhloi Allah, direbut kembali dari kesetnya syaithan.
Tentu saja shaithan mengharu
biru sisi duniawi, sebab sisi ini sudah dihibahkan Allah kepada khalifahnya di
bhumi – ya manusia – sisi duniawi ini disebut Cak Nun sebagai sikap dan sifat matarialis dan pemikirannya
disebut materialisme – yang keduanya memang unsur dari hidup manusia.
Kedua kenyataan benda, ini memang sudah jadi kesetnya shaithan, tapi ini masih
milik Allah dan di hibahkan kepada manusia. Jadi bicara emosipun tidak bisa
memusuhi materi atau materialisme, karena keduanya adalah belahan manusia hidup, yang
sudah jadi kesetnya syaithan, yaitu satu niyat pitung/memilih bondho donyo
sebagai penolong utama hidupnya, satunya lagi mengutamakan kekuasaan bondho bondho donyo diatas segalanya. Derajatya akan sama dengan menggeluti ajaran mengendalikan nafsu dari Utusan yang terkhir, hanya unutk mengharapkan materi yang melimpah - mestinya hanya untuk memenuhi tugasnya sebagai rakhmatan lil alamin, makanya do'a yang harus dibaca 17 kali sehari ya permohonan untuk dituntun ke jalan yang benar, seperti apa wong sudah pinter hafal ayat ayat suci di Al Qur'anul karim hafal Al Hadist yang shoheh kok masih tanya, ya kan do'a itu untuk dilantunkan manusia sedunia yang sibuk sampai sekarang. Allah cinta pada ciptaaNya yang ini, sedang kebenaran adalah milik Allah - yang dicantumkan di ayat ayat suci dan perilaku Rasulullah salalahualaihiwassalam kan satu bukti yang nyata - pedoman menghadapi kenyataan di situasi jahilliah yang exstreem, buahnya nyata. Lha Allah sangat dekat dengan manusia - sudah diberi tahu terang terangan, mintalah kepadaNya. sebagai timbal balik kesayangan Allah. Rakyo gitu maksudnya Cak Nun.
Materi
seperti apa adanya, sebagai
perkakas atau sebagai pemikiran, bukan dibela atau dimusuhi, karena merupakan
dasar dari ilmu pengetahuan, dari tekhnologi, ekonomi dan sejarah manusia, yang merupakan separo dari kehidupan
manusia hidup di alam dunia ini. Didapat dari olah pikir, buahnya kayak yang
dicapai oleh Dr. Bhaiquni alm,
Drs Mohammad Hatta, Ir Sukarno. Ir. Sutami, Mr. Yap Thiam
Hien. Gandi, Ho Chi Minh, dan Meneer Dr Snuck Horgronje. Mulane pada masa lalu para santri berpandangan cupet,
dikira ilmu pengetahuan itu
ke`se`t nya syaithan, harus dijauhi, tapi malah lekat pada kebendaan, tidak kenal ikhlas drengki srei
jail sisanya ada sampai sekarang.
Sejarah kakek moyangnya tidak ditinjau dari kepedulian
beliau beliau mengenai keadilan structure ekonomi masyarakat sebelumnya, karena itu
metodanya orang komunis, takut sekalian di cap komunis yang anti Tuhan, tapi
hidupnya diliputi kebodohan dan kelicikan. Ma’iyah mengembalikan harkat
dunia/materi/donyabrana/teknologi seperti apa adanya, gampang diikhlaskan, bukan sesembahan, apalagi penolong. Bukan sesembahan dan
bukan penolong dalam arti rokhaniah yang energinya luar biasa, tapi penolong ragawi, bisa jadi bom nuklir, bisa mengambil energi Thorium yang bisa memenuhi kebutuhan energi manusia sedunia sampai ribuan tahun lha kok direwangi pethentengan saling menista saing membunuh ? – menurut ikrar manusia sndiri – ashadualaila hailollah wa ashaduana muhammadarasulullah yang menupakan azas pokok ilmu makrifat islami, penyadaran para wali islam
tanah Jawa. Sesederhana ini. Ya memang harus sederhana karena di design oleh Allah untuk seluruh peningkatan derajad rokhaniah manusia sak ndonya, supaya bisa kuat mengemban 2/99 energi yang dihibahkan oleh yang MAHA KUAT, MAHA TEKNOLOGI. Sehingga bondho donya bahkan tekhnologinya sekalian yang dirapatkan diseminarkan di Davos itu hanya mainan dibandingkan dengan yang ini.
Para wali islam tanah jawa telah bekerja bermodal “Atas
nama Allan yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih”, mencetak sawah di rawa rawa
muara Bengawan Solo di Lamongan dan Manyar, ratusan hectare, mungki ribuan
hectare, dilanjutkan di rawa Demak Bintoro sampai dua tiga ribuan hectare – ini
semua memakai ilmu pengendalian materi, dengan keringat, tidak memakai energy
adhikodrati seperti Nabi Sulaiman menaklukkan kerajaan ratu Bilkis, ma’iyah juga
memakai benda, yang kekuatannya menjadi pondasi ekonomi Kerajaan islam yang pertama,
yaitu materi tempat manusia bermasyarakat. Mana ada sejarawan, atau ulama yang berfikir kesitu dan mencari bukti bukti kebenaran
atau artefaknya ? Paling bakal ketemu sarap dan talempak semacam sekop atau tombak pendek bermata
lebar untuk menggali lumpur rawa menjadi
saluran dan tanggul. sampai kini sarap digunakan membuat laban dan menggali
pelataran sawah tambak untuk pangonan ikan air payau –bandeng dan udang, bedanya yang sekarang dari
kayu di plipit besi ditepi tajamnya,
lebih enteng. Sedang talempak dari besi sampai gagangnya disepuh jadi baja pada
sisi tajamnya, tombak pendek bermata lebar ini bisa dimainkan jadi senjata.
Bukan keris kiai
Sangkelat, Atau Nyai Setan Kober. Itu tandanya bahwa para wali tanah jawa itu
menguasai ilmu dunia, ilmu materialisme/kebendaan, dan digunakan sebagai alat
untuk mencapai derajad manusia rakhmatan lil alamin, ini juga jadi teladan ma’iyah-nya
cak Nun.
Para Wali menggunakan teknologi dari Mesopotamia yang
disempurnakan oleh Al Haitham ulama islam Arab, akhli optika prototype dari
teropong Geodesi teodolit. Sunan bekerja, dengan energi 2/99 dari asma Allah (karena
asma Allah ada 99 dan termasuk 2 ,Ar Rakhman dan Ar Rakhim, paling tidak, bebas masuk angin
bebas pneumonia, anti malaria dan kemalasan. Bekerja berbasah basah saban hari dirawa dan
sungai, dilindungi dari malaria oleh dua dari asma Allah yang manusia boleh
mengandalkan), sampai menyandang julukan Kalijogo – sebab selalu meneliti, mengukur dan memetakan ratusan
km. bakal saluran pematus, tinggi dasar kali dari hulu sampai ke hilir dan rawa
yang merupakan akibatya. Kesadaran mengendalikan
materi alam inilah buah dari
llmu hakikat islam, pegangan para wali tanah Jawa, yang di timba dari ilmu syari’at islam dan tarikat islam,
mambaca alam, bahwa Allah mengajari
manusia dengan kalam, rezeki dicari dengan kerja. Begitu juga landasan satu
Negara, dengan mencetak sawah dari rawa, tanah yang diterlantarkan tapi hara
tanah, air waktu musim kering, hamparan lahan yang terhubung dengan kanal kanal JUGA BERGUNA BAGI TRNSPORTASI DAN UPAYA PASCA PENEN , ndak perlu jalan dan jembatan, langsung ke
pelabuah ada semua disana, para wali tanah jawa membuat sistim pengiran dan transportasi panen. Ini semua nampak dari makna bacaan Al Qur’an dan ibadah sholat, yang masih murni dari pamrih rendah, pasti tidak ada , sudah dikerjakan kasat mata sehari hari, ini
juga ma’iyah-nya yang dibuka oleh Cak Nun, sesederhana
itu.
Sedang separo yang lain adalah sisi rokhaniah, dimana oleh ma’iyah
dijadikan cantolan, supaya menangkal tidak jadi kesetnya setan, malah direbut kembali, cukup jadi keset ‘welcome’ saja.
Sisi
ukhrowi ma’iyah berdaya upaya supaya duniawinya
manusia diliputi oleh ar rakhman
dna ar rakhim menjadikan manusia rakhmatan lil alamin, dengan hubungan timbal balik dengan Sang
Khaliq, yaitu meluruskan tujuan
dan membimbing jalan ke keimanan sejati.
R.M. P. Sosrokartono alm. menandai
dengan kata bahasa Jawa “Tanpa
pamrih tebih ajrih”.Tanpa berkepentingan pribadi/egoisme jauh dari rasa takut.
Ma’iyah menuntun sikap pemikiran dan laku untuk mampu
mewujudkan dimana perlu energy adhikodrati yang luar biasa 2/99 dari Yang Tak
Terukur. Sebab di Papua, materi benda dunia, hutan dan rawa rawa raksasa,
menunggu supaya tidak dijadikan kesetnya syaithan, didayagunakan untuk alat,
menuju ke masyarakat rakhmatan lil alamin, oleh manusia Indonesia plus ma’iyah-nya.
Sesederhana itu.
Ini
adalah tuntutan zaman, membendung kekuatan syaithani yang sudah ora sebaene
(tidak wajar) terlalu besar dan kuat berkali kali lipat dari zaman yang
lalu, dari jin dan manusia yang khianat.
Semoga tafsir ini tidak salah *)
Rabu, 14 Februari 2018
CAK NUN DAN PECINTANYA DI YOU TUBE
MENAFSIRKAN MA’IYAH,
SIARAN CAK AINUN NAJIB
DARI RATUSAN
JUDUL CERAMAHNYA, DI YOU TUBE.
Bagi mereka yang tertarik untuk
menyelami apa makna dari ratusan tayang
ulang ceramah Cak Nun dengan kidung do’a dengan ansambel instrument Kiai Kanjeng, saya coba tulisan
ini, untuk membantu mereka yang secara acak nenemukannya di you tube.
Bukan saya kuminter, tapi bagi mereka yang kebetulan mencermati ceramah ceramah yang sangat banyak
itu, yang memang di tayangkan di youtube secara
acak sering kemudian hanya diresapi oleh originalitas, keberanian khasnya, lucunya. Memang
penyusunan letak judul ceramah menurut
saya, belum di susun menurut waktu dan isinya, juga konsistensi menggunakan
kosa kata untuk menjelasan ide ma’iyah dalam
pembicaraan dengan berbagai kalangan pendengar.
Yang Cak Nun nampak bebas memilih
kosa kata , baik dalam bahasa
Ingris, kosa kata Indonesia, maupun jawa.
di kalangan dokter atau mahasiswa dengan
para dosennya terasa lebih pas, nampak diwajahnya yang berkonsentrasi, merangkai penjelasannya. Tapi sayangnya
memang topiknya bukan perkara ma’iyah,
hanya terasa ada ma’iyah disitu.
Sedangak di ceramah yang diberi
judul tayang dengan ma’iyah sering di selang
selingi dengan guyonan yang agak menyimpang dari keseluruhan topiknya karena
audience nya nampak kurang meresapi inti
judulnya yang tertera di you tube. Sedang
kita, pelajar penjelajah you yube lagi metentheng. Karen ide ma’iyah ini penting, apalagi implementasinya dalam hidup
kita bangsa Indonesia disisi kaum santri,
sedang jangka panjangnya hidup manusia Indonesia dan manusia seluruh dunia, untuk mendampingi rokh
dari ide ad dien yang didambakan umat islam.
Maka penjelajah dunia maya harus
mendengarkan semua judul ceramah yang tercantum di you tube, yang sangat
memerlukan waktu ketelatenan, dan niat yang baik.
Terus terang, saya click you tube
untuk mendengarkan ceramah ini, terlebih dahulu harus saya petani diantara judul judul yang
banyak, yang menyangkut ajaran para wali islam di tanah jawa, sejak enam abad
yang lalu.
Contoh: Cak Nun dengan enteng menyebut dalam ceramahnya,
bahwa umur Gajah Mada mencapai umur 100 tahun, bagi saya tidak soal, bisa saja
demikian. Memang tersebut dari sumber
tradisional Sang Mahapatih, masih
mendampingi raja Majapahit Hayam Wuruk tertera
dalam perang Bubat yang tragis. Sedang saya, dalam dongeng untuk cucu saya
sendiri, cucu saya yang sekarang belum lancar
membaca (baru umur 10 tahun) . Gajah Mada sudah di Majapahit pada saat
pembangunan ibu kota Wilwatiktapura, sejak perang Peregreg dan terbunuhnya
rakryan Ronggolawe, penguasa Tuban,
sepupu dari Kertanegara, mertua dari Rahadyan Wijaya. Kok masih menjadi Mahapatih waktu cucu R
Wijaya, saya dicerca dikritik berani beraninya mengubah sejarah, oleh seorang Benerbit
buku dari clan kelurga pengarang kenamaan. ( dongeng Matahari terbit di Wilatiktapura di blog ini
postingan th 2013 saya bangun imaginasi saya meniru cerita silat Kho Ping Ho – untuk cucu cucu
saya – seperti The Pirate of Caribia - terutama saya dongengkan lebih masuk akal, sedikit yang gaib gaib)
Lha cak Nun, mengemban ide ma’iyah, yang
teramat penting, tidak seperti saya cuma situa yang lancang, kok berani beraninya bikin dongeng pada cucunya di blog yang dibaca
orang banyak, bisa menurunkan reputasi Benerbit, bila dia terpincuk menjadikan dagangan buku
seperti karangan SH Mintarjo, “Api di Bukit Menoreh”, tahu 70 han, sedang dia mengemban idealism yang agung, mesti belum pernah membaca "Api di bukit menoreh" semoga ma’iyah tidak bernasib demikian.
Jadi, menurut tafsiran saya, yang dimaksud
cak Nun, menjalin keseimbangan antara
manusia dan Tuhannya – dimana dipakai istilah keseimbangan yang oleh penanya pada ceramahnya kemudian, diulangi beberapa kali oleh penanya, gimana bisa imbang wong debu disanding matahari, sebenarnya mungkin maksudnya adalah “timbal balik” hubungan antara Allah dan ciptaanNya
yang paling ditinggikan Allah, lebih tinggi dari Malaikat dan Jin. Manusia.
Azas ilmu ini
istilah dalam ilmu Agama, menurut pepatah jawa, ”bisa diringkes dhadi sak mrica
binubud, yan digelar bisa ngabaki jagad”
Si
metentheng, pingin tahu ma’iyah itu apa, jadi kurang sabar, mendengarkan
ratusan ceramah yang dikemas di you tube. Saya coba menafsirnya, sebab di islam,
menafsir ini boleh.
Adapun
Cak Nun menggelar ngebaki jagad dengan penampilannya di you tube, dalam nafas
islam, yang dinamainya ma’iyah,
adalah satu khazanah berharga bukan saja untuk umat islam, yang harus dimaknai
manurut azasnya yang pokok, tapi juga jangan terpaku ucapan yang tak berarti, pada
guyonannya. Apalagi gelarnya ilmu ini bisa memenuhi dunia –
yang isinya macam macam – inti sarinya
adalah keseimbangan firman Allah dan
harkat manusia – maksudnya timbal balik,
dengan misi utama manusia menjadi rakhmatan lil alamin, kebaikan
kepada seluruh alam – dibawah sorotan sinar islam, dan agama lain, ini
seluruh ceramah Cak Ainun Najib jadi ma’iyah *) semoga tidak keliru.
Selasa, 13 Februari 2018
SURAT KEPADA ANAKKU SEORANG DOSEN ILMU FISIP, UNUTK ORIENTASI POSISI INDONESIA YANG BEDR PANCA SILA
DAUR ULANG POSTING TH 2013
Sejak diketemukan Benua Baru ini oleh Columbus,
ratusan tahun kemudian berbondong-bondong para
imigran dari Europa berlayar menyeberangi Samudra
Atlantik dengan perahu layar. Tujuan mereka
sebagian besar adalah bertani di tanah perawan
yang konon sangat sangat luas.
Tentu saja sebagian kecil adalah para Pemodal dengan
tujuan menguasai tanah seluas-luasnya seperti di Negeri asalnya.
Tentu saja usaha pertanian perorangan ini terbatas luasnya pada kekuatan otot
dan alat yang digunakan untuk mengolah tanah, terutama untuk menghasilkan
komoditas bernilai tinggi seperti tembakau di Virginia.Yang terkenal jadi lambang WASP adalah penumpanfg kapal layar mayflower.
Saya akan sepakat bila kaum ini adalan asal muasal
dari semangat Kaum Menengah di sana.
Tentu saja usaha tani, seperti terjadi sepanjang zaman
dimana-mana, sangat tergantung dari cuaca setiap musim. Dari cuaca yang
bervariasi setiap tahun, para Petani kaum menengah ini nasibnya tergantung.
Sebagian kecil dari mayarakat tani dengan semangat kaum menengah ini dapat
bertahan dengan bekerja sama satu sama lain membentuk masyarakat tani gotong
royong yang peninggalan relic bertahan sampai sekarang seperti masyarakat
Amish, masyarakat Mormon dan lainnya, dengan jumlah yang relatip kecil sekali
nyaris tidak berarti.
Ketergantungan pada alam dari usaha tani dapat disimak
dari dongeng/legenga yang populer pada jamannya tentang Pengacara Daniel Webster,
yang membela petani kaum menengah, saking putus asanya telah menggadaikan
nyawanya kepada si Devil, pembelaannya berhasil, karena para jurinya adalah
rokh kaum menengah Amerika juga, yang pada waktu hidupnya pernah gagal, malah
telah tergelincir jadi musuh masyarakat. Peralihan kepada industry adalah
keniscayaan, karena semua sarana ada, seperti yang digambarkan pada tulisan Tom
Paine “ The Land of Plenty”.
Sedangkan sebagian besar beralih profesi menuruti
gelombang raksasa industrialisasi ini. Karena sebagai pekerja di Pabrik dan
pekerjaan yang berhubungan dengan industri tidak tergantung dari perubahan
cuaca dan hama penyakit tanaman yang menggagalkan panen meraka setiap saat ada
kesempatan, tanah yang makin kurus, lingkungan petanian yang makin rusak.
Tentu saja industrialisasi yang melangkah sangat cepat
ini tanpa gangguan apa-apa, karena jauh dari pusaran dinamika masyarakat di
Europa. Industrialisasi terdukung baik dari sisi sumber bahan baku, sumber
energy maupun dari sisi tenaga kerja, karena dalam tahap awal khusus di Amerika
Serikat kaum Kapitalisnya masih berwatak egalitarian, meskipun segera saja
diganti dengan watak greedy/hangkara, dan makin “impersonal” yang ternyata
hingga sekarang.
Sedangkan watak kaum menengah yang oportunis dan
phragmatis (artinya tidak berprinsip) yang mewakili sebagian besar warga
Amerika, telah membentuk watak kaum menengah yang diwakili oleh kaum pekerja
kerah putih/white collar workers dan kerah biru/ blue collar workers, membuat
kaum Kapitalis yang greedy leluasa membentuk kartel dan mengarahkan APBN-
Amerika Serikat setiap tahun untuk membangunkan infra structures demi mereka
berkiprah.
Kaum Kapitalis berkerumun di wilayah bahan baku dan
energy tersedia murah buat mereka, jalan dan jembatan dengan sendirinya telah
terentang kesana semua dari APBN nya yang diarahkan oleh lobby terkuat kaum ini
di Senat, Konggres dan badan badan Otoritas untuk mnegerahkan Anggaran Belanja
Negara.
Sampai akhirnya sesak secara fisik dan perlu
istirahat, seperti ular yang perlu waktu untuk ganti kulit, yang artinya
pertumbuhan ekonomi dihentikan, para buruh dirumahkan karena overproduksi.
Sampai para pe lobby di Kongress maupun Senat
mendapatkan sebagian besar APBN-Amerika Serikat untuk membangun infra structure
baru bagi mereka, yang asumsinya adalah menciptakan lapangan kerja baru. Jadi negara adhdidaya ini sebenarnya hanya jadi alat bon bonan modal untuk membangun infra srucuture baru, yang kaum kapitalis besarnya yang sangat sedikit. ( bon bonannya ndak dibayar lagi, atau dibayar dari setiap pembayar pajak,
Pada upaya pembangunan infra structure oleh dorongan
penuh dari APBN semula adalah “infra structure tahap pertama”, yaitu
pengembangan sumber daya energy, sumber daya bahan baku, dan seluruh keperluan
hunian untuk tenaga kerja (tentu saja khusus yang ini mendapatkan porsi paling
kecil, karena tidak ada hubungannya dengan proses produksi yang menciptakan
keuntungan). Ini rupanya yang dulu memicu perang saudara, pajak federal dari export diciptakan oleh kondisi saat itu, bagian Selatan dengan produksi kapas
mendominasi Dunia menggunakan tenaga budak, akibatnya harga kapas Amerika
tidak tersaingi, tapi infra structure dibangun di Utara untuk keperluan
industrialisasi terutama sistim jalan kereta api, yang marak pada era itu.
Disana muatan selalu penuh dan lintasannya relatip lebih pendek dari daerah
pertanian di Selatan.
Sekarang ini mulailah saya memperhatikan tentang APBN
– AS ini.
Pertama telah menjadi pegertian umum, bahwa recesi
selalu tertolong oleh pembangunan infra structure industri perang.
Emangnya iya, sekarang Amerika Serikat lagi menyulut
perang dimana mana dengan mengaktifkan persenjataan super modern, berdasarkan
IT dengan rangkaian electronics yang mahal dan soft wares super canggih, harga
infra strukutre yang super canggih ini, harus dibayar oleh APBN – AS berkat
para lobbyist Cogressmen, yang mendominasi Sisitim Pemerintahan Amerika
Serikat.
Bukan saja industry ini harus dibangun dengan ongkos
yang tidak bisa di hemat, tapi kini industry perang dan semua sector industry
harus dibangun pula dengan infra strukutre tahap kedua yaitu otomatisasi
dengan dasar IT alias menuju ke penggunaan robot, jadi ongkos pertamanya sangat
tinggi, justru akan menyaingi pemakaian tenaga manusia.
Masih ada lagi, demi monopoly ladang ladang minyak
dunia, perang Penaklukan diembuskan di Timur Tengah. Dengan asumsi tentu
saja agar orang Amerika Serikat bisa bertahan hidup, kayak kebutuhan akan “Das
Lebensraum”nya Hitler. Padahal technology robot yang berfikir masih dalam
kontroversi akan “dimiliki” siapa public atau previlegi si
Kapitalis?
Boro-boro, wong kaum menengahnya malah ditipu kok, dibebani
pajak yang mestinya jadi beban Kapitalis super kaya, agar krasan dan mau
membuka lapangan kerja, sambil golongan menengah ini dianak-tirikan dari
penggunaan APBN-AS, sampai difisit, artinya merendahkan upah dan tabungan hari
tua buruh, tahun demi tahun jadi makin merosot, yang ini sekarang mulai
mereka rasakan.
Makanya semenjak Presiden Nixon,
Reagan, dan Obama, pajak orang kaya selalu mendapat potongan agar mereka
krasan/tetep tinggal da AS dan perangsang kredit, bahkan untuk ‘bail
out’ bank bank wall street yang bangkrut dan subsidi diberikan
dengan royal oleh Pemerintahan Presiden Presiden tarsebut agar mereka
membangkitkan industry Amerika Serikat dan menyerap tenaga kerja, begitulah
yang dipercaya.
Keserakahan Wall Street dalam
menguras APBN -AS ini sangat membuat figure kaum menengah seperti Micheal Moore
resah, membuat Profesor Ekonomi seperti Dr. Ravi Batra mengumumkan betapa
Presiden Presiden Amerika Serikat Mulai dari Richard Nixon, Ronald Reagan dan
Obama sekalipun memanjakan si Kapitalis yang super kaya tambah kaya, malah
menciptakan lapangan kerjanya hanya sedikit, dibandingkan dengan 3 billion
dollar yang mereka terima ( Simak tulisan Dr. Ravi Batra, simak kegiatan
Michael Moore dengan OWS (The Occupy of Wall Street), di Google dengan
kata kunci Dr. Ravi Batra mengenai The Occupy of Wall Street, yang merupakan
tanda tanda bangkitnya kepentingan kaum menengah yang seharusnya hidup
berkecukupan ini.
Dengan
meniru persis prilaku para Presiden Amerika Serikat sejak Richard Nixon sampai
Obama, kita punya Penggede berharap dapat dukungan dari Amerika Serikat, umpama
mem “bail out” bank Century jang 6,5 trilliun rupiah yang malah dimainkan oleh
penipu, bungkam terhadap adanya outsorching tenaga kerja, memberi kredit
dan hak ex territorial kepada Perkebunan HGU raksasa a’la Industri Gula di
Lampung, menghadiahi Hartati Murdaya Poo dengan 75 ribu hektare lahan di
Sulawasi untuk dikuasainya sebagai HGU termasuk menambang apa saja yang ada
disana, membiarkan Lapindo keluarga Bakri mengobral janji thok mengganti rugi
mereka yang tergilas lumpur. Apa kita bisa menyalahkan itu Penggede dan Party
yang dipimpinnya ?(*)
Simak Tulisan asli Dr. Ravi Batra yang menjadi
inspirasi bagi saya :
The Occupy Wall Street Movement and the Coming Demise
of Crony Capitalism
Tuesday, 11 October 2011 04:57By Ravi Batra, Truthout
| News Analysis
In 1978, to the
laughter of many and the derision of a few, I wrote a book called, "The
Downfall of Capitalism and Communism," which predicted that Soviet
communism would vanish around the end of the century, whereas crony or monopoly
capitalism would create the worst-ever concentration of wealth in its history,
so much so that a social revolution would start its demise around 2010. My
forecasts derived from the law of social cycles, which was pioneered by my late
teacher and mentor, P. R. Sarkar. Lo and behold, Soviet communism disappeared
right before your eyes during the 1990s, and now, just a year after 2010,
middle-class America, spearheaded by a movement increasingly known as
"Occupy Wall Street (OWS)," is beginning to revolt against Wall Street
greed and crony capitalism. Will the revolt succeed? It surely will, because
the pre-conditions for its success are all there.
The first question
is this: Why does rising wealth disparity create poverty? My answer is that it
causes overproduction and hence unemployment and destitution. It is all a
matter of supply and demand. Inequality goes up when official economic policy
does not allow wages to catch up with the ever-growing labor productivity, so
that profits soar and rising productivity increasingly raises the incomes and
bonuses of business executives. I have detailed this process in an earlier
article. Then money sits idly in the vaults of bankers and big-business CEOs
and restrains consumer demand, leading to overproduction and hence layoffs. The
toxic combination of mounting layoffs and absent job creation raises poverty,
which, according to official figures, is now the highest in 50 years.
The next question
is: how has the government either restrained wages relative to productivity or
made the rich richer and the poor poorer? It is easy to see that almost all
official economic measures adopted since 1981 and contained in the following
list have devastated the middle class. The list includes:
1. The Reagan
income tax cut of 1981 that benefited the rich, but made it necessary to
sharply raise all other federal taxes, paid mostly by the poor and the middle
class, to finance that tax cut.
2. Unenforced
antitrust laws, leading to mergers among large and profitable firms, but
killing high-paying jobs in numerous industries.
3. Permitting the
oil industry mergers in the 1990s that are now preventing oil prices from
falling in the middle of the worst slump since the 1930s.
4. Permitting
relentless mergers among pharmaceuticals and health insurance companies, so
that America, far more than any other nation, now spends almost 15 percent of
its gross domestic product (GDP) on
health care that is mediocre by European and Japanese standards.
5. Unchecked use
of outsourcing that kills high-paying jobs in manufacturing and services.
6. Ignoring the
growth of the trade deficit that has destroyed our manufacturing base.
7. The 1999 repeal
of the Glass-Steagall Act under President Clinton that led to reckless lending
by banks and an unprecedented housing bubble, which collapsed in 2007 to
trigger the ongoing slump.
8. The Bush tax
cuts and bailouts that further benefited the rich while nearly doubling the
government debt.
9. And finally,
the decimation of the real minimum wage by President Reagan and other
Republicans. (In 1981 the hourly minimum wage bought $8 worth of goods compared
to $6 by the end of Reagan' presidency in 1988, and to mere $5.15 in 2006
under Bush.)
Looking at this
nine-point list, is there any government program that a big business CEO would
hate? Stated another way, is there any measure that has helped the middle
class? I can't think of any. Thus, over the past three decades whatever the
government did, ostensibly to help the people, actually ended up hurting them.
Mergers, outsourcing and free trade raise productivity, but also lower wages,
whereas the other provisions of the above list directly enrich the wealthy. The
nine-point list is really a list of exploitation.
Let us now look at
President Obama's record since January 2009 when he took office. The
president's first act was to engineer another bailout, Ã la George W. Bush. The
idea was that the $800 billion package of assisting banks and faltering
industries would save or create some four million jobs. Did the measure succeed
in its avowed purpose?
According to the
latest estimate from the Congressional Budget office, the bailout created
nearly 1.5 million jobs. Even if we accept the administration's claim of four
million, the bailout was extremely wasteful and enormously enriched the rich.
Dividing 800 billion by four million yields 200,000. In other words, the
government spent $200,000 to create one job. When the average wage is less than
$50,000 per year, where did the other $150,000 go? This suggests that companies
that hired those four million people received $150,000 for each job they
created. Thus, three-fourths of the bailout, or $600 billion, went to
businesses, and a mere one-fourth benefited the unemployed. This is the best
case for the Obama measure. It is clear that the bailouts, Bush's and Obama's,
were extremely wasteful and hugely enriched the opulent.
The fact is that
government deficits are not working and have always benefited the wealthy. Not
surprisingly, the fastest and the sharpest rise in income and wealth inequality
has occurred since 1981, when the culture of mega-deficits first began. Lasting
prosperity occurs only when wages rise in proportion to productivity, as was
the case through much of American history, especially from 1940 to 1980.
Whenever wages trail productivity, debt and profits soar, only to be followed
by overproduction and soaring poverty and misery for the middle class. Such was
the case in the 1920s and the 1930s and such again has been the case since
1981.
If President Obama
really wants to create millions of jobs, then all the economic measures adopted
since Reagan's presidency must be abandoned. Of course, the Republicans would
oppose him tooth and nail in this resolve; they would scream about the
president hurting job creators, who in fact are job destroyers. Big business
has decimated American jobs through mega-mergers, outsourcing, oil speculation
and by shifting factories to Mexico and China. The nation can only prosper if
the destructive ability of job destroyers is restrained through increased taxes
or the creation of free markets.
When the
government bails out mega banks and Wall Street firms, it amounts to shooting
the economy in the foot. Our president seeks to bring about change, which was
his campaign slogan. But once elected, he got sidetracked by thinking that
change is possible through compromise. This has never happened before. Never in
history have the exploited prospered by cooperating with the exploiter.
Compromise is what
produced the government's nine-point list of measures described above. The
Republicans were able to impose these measures whenever some Democrats
compromised with them. When Reagan raised the gasoline tax and excise taxes in
1982, it was through the cooperation of the Democrats, who cooperated again in
1983 when Social Security and self-employment taxes went up sharply to pay for
the massive income tax cut of 1981. The repeal of the Glass-Stiegel Act, the
Bush tax cuts and bailout were all the handiwork of Republican lawmakers and
right-wing Democrats.
America does not
need another dose of increased government spending, but a rational economic
policy that generates free-market capitalism to take the place of the current
monopoly capitalism. In 1776, the nation declared independence; coincidentally,
the same year Adam Smith, the father of modern economics, demonstrated how
small businesses generate lasting prosperity for all, not just a privileged
few. That is what we need again. It is well known that small firms have created
the bulk of American jobs in recent years. This is then the best argument for
breaking up business conglomerates not only to create jobs, but also to lower
the oil price and the cost of health care.
The government
should also adopt strong, not toothless, measures to eliminate the trade
deficit, which is now running at $500 billion per year. This alone will create
five million manufacturing jobs. Eliminating the trade deficit will raise US
GDP by the same amount, and to produce that much output, new workers will be
needed. Suppose it costs a business $100,000 to hire a worker, including
salary, benefits and profit. Dividing 500 billion by 100,000 yields five
million. In other words, eliminating the trade shortfall will generate five million
new jobs, paying the average wage and benefits.
The trade deficit
can be eliminated by setting up a low export-exchange rate, the way China and
other Asian nations have done. But first, the government must see the value of
balancing our trade and then proper economic policy can be devised to reach the
goal.
Outsourcing is now
the biggest job destroyer. The government should impose a hefty tax on this
practice. This way, if a company has to outsource some work, it will compensate
the nation for creating joblessness in the economy. Finally, we need to
eliminate the federal budget deficit. This can be done by repealing the Bush
tax cuts for the wealthy and by enacting a small tax on financial transactions,
while preserving crucial programs for the retirees. There is no reason to cut
Social Security and Medicare, because President Reagan raised taxes sharply to
guarantee the benefits to retiring baby boomers. In short, President Obama
should do away with the nine-point list of exploitation mentioned above. He
will then be able to bring about the change that he promised during the
election campaign in 2008.
Einstein once
defined insanity as doing the same thing over and over again and expecting
different results. By now, we should know that excessive government spending is
one such insanity. It creates very few jobs and primarily benefits the rich. In
fact, I have shown mathematically to some audiences that, under reasonable
assumptions, increased government debt goes completely into the pockets of the
opulent. As the latest piece of evidence, from September 2010 to September
2011, the deficit rose $600 billion, but only 400,000 jobs were added.
I call upon the
OWS movement to demand that the above nine-point list of exploitation be
repealed, so that a free-market capitalism of small firms is reborn. This will
strengthen the president's hand and enable him to face Republican lies and
tactics that are only meant to further weaken the economy and force the
president out of power. We need to make sure that Mr. Obama is re-elected,
provided he accepts the repeal agenda, because the Republicans always do the
same thing over and over, namely make the rich richer and the poor poorer.
Additionally, we should also work to defeat Republican incumbents and rightist
Democrats who will compromise to maintain the status quo and possibly cut
Medicare.
Our efforts are
bound to succeed. I am an economist and historian and made many forecasts in
the past about the economy and social change. While 5 percent of my economic
forecasts have been wrong, to my knowledge I have never made an error about
forecasting a revolution. My latest estimate is that monopoly capitalism will
go the way of Soviet communism by 2016.
O' brave
protesters of the OWS movement, your effort will not only shape the 2012
elections, they will also end, once and for all, the brutality of the rich and
powerful, who are responsible for the sorry state you are in. The change that
you are about to bring will be glorified as what Abraham Lincoln did for black
Americans. I hope that, with your support, Mr. Obama will be the harbinger of
that change.
unquote