PARA PEMERHATI
KEMANDIRIAN BANGSA, WASPADALAH
Teknologi moderen telah menghasilkan komoditas komersial
masal yang memabokkan, bukan memabokkan
dalam arti mabok khamar/minuman keras atau madat/narkotik, yang sudah
jelas pelanggaran hukumnya, baik Hukum Negara maupun Hukum Agama. Tapi mabok
produksi masal teknologi maju Tekhonomicoholic,
mabok produk technology barang produksi masal, yang
menggerakkan ekonomi Negara maju. Misalnya HP, sudah mencapai generasi ke IV, jenis android, merupakan perbaikan dari HP
generasi ke III yang dijuluki smartphone.( google Wikipedia kata kunci Hand Phone)
Tapi
yang ini memabokkan gaya hidup, mabok yang ini bukan pelanggaran,
hukumnya tidak ada, baik dari sisi
ajaran agama maupun dari sisi Hukum formal. Ujung ujungnya mengacaukan
prioritas belanja anggauta masyarakat yang lagi mabok, yang income-nya sebatas
tetap ditera secara konvensional UMR – padahal
pengeluarannya meroket, apalagi di metropolitan Jakarta. Masih banyak produk
tekhnologi canggih, yang dijadikan kebutuhan yang memabokkan, sejenis itu.
Misalnya pengusir bau mulut, bau badan, pemutih kulit dsb, mobil dan sepeda
motor yang harganya ndak murah karena segenap asessory canggih dipasang disana, pembuatnya robot, konsumen yang membeayai. Memadati jalan jalan, barang barang
ini bingkil local tidak bisa menangani tanpa alat alat, suku cadang harus asli – dram, sensor dan IC, harganya selangit
bahannya dari dram ( dynamic random access memory) dan plastic murah dan mudah,
hanya presisinya cuma robot yang bisa menangani di pabriknya sana, semua ini sudah menjadi kelengkapan hidup modern,
harus ada pada si pemabok. Transporasi
masal cepat masih dibangun. Suami istri harus kerja sehari, lha anaknya dikemanain? Main game, membuka situs situs
yang meragukan pengaruhnya terhadap jiwa anak.
Jadi jalan keluarnya yang paling logis ya korupksi dengan
pelanggaran hukum yang sudah jelas, sementara relatip aman dianggap kelalaian
yang tidak disadari, ya memang lagi mabok, dengan hukuman ringan. Tidak bicara perkara pelanggaran moral, dan
akibatnya pada kehidupan di masyarakat, karena si koruptor masih bisa jadi
Petinggi Partai, businessnya tambah canggih. Malah dia yang masih sanggup
menjerit dia difitnah, dia di-kriminal-isasi,………… apa nggak tragis ?
Makanya, mari bangsa ini mengerahkan semua potensi warganya,
pemerintahannya, untuk mendidik generasi
muda melatih dengan sungguh sungguh, merangkai sendiri alat apa saja terutama
electronic, untuk dipakai di pasar dalam negeri. Misalnya dynamo kecil dan
pompa air wiper mobil dan aquarium, kipas angin bilah bamboo, speaker dan semua
barang yang terdiri dari kumparan kawat dengan isolator dan magnet jenis baru, mungkin
dynamo untuk pembangkit listrik ukuran kecil sungai deras di pedesaan, mebel
karton, karena DRAM, SRAM, EDORAM dll, dan
IC dijual dalam jumlah besar sendiri sendiri. Rangkai sendiri detector
kerapatan populasi ikan dilaut, wong dari monitornya, sampai IC dan DRAM
dan keluarganya, oscilator gelombang sonar gelombang electromagnetis , laser
lemah dijual lepasan, malah untuk mainan anak anak, pointer, semua import. contohlah
Taiwan. Masak detector dini tsumani saja beli dan malah hilang. http://notebase.blogspot.co.id/2014/#. Juga membuat alat alat pertanian seperi
pisau occulasi yang bermutu tinggi,
autoclaves ukuran industry comersial, blender, ukuran ukuran idustri
banyak alat alat pengolah panen yang bisa dibuat di dalam negeri atas bimbingan
Departemen Perindustrian. Sampai sekarang Departemen ini berurusan dengan
pemilik toko supaya tahu jualan yang ambilnya murah jual mahal, sedikit sekali
dengan pelatihan yang terarah. kepada pramuka, murid SMU, mahasiswa. Semua
mereka sehari delajar disekolah, nambahi income lembur guru gurunya, mutu dan daya
gunanya embuh. Sama sama bayar mahal, belajar di kursus lebih baik. Apalagi diawasi
dan disubsidi(kalok bisa) sebenarnya les bahasa Inggris diluar lebih intensip dan ada hasil
nyata dari full day school sekolahan. Membayar les akan lebih beguna daripada mainan smartpone.
Kalau ada smartphone ya browsing ilmu yang berguna, blog yang baik, bukan untuk nge-game berjam jam. Gunakan sebaik baiknya, mumpung pulsanya masih terjangkau. Hanya beberapa tahn lagi, yang bisa menggunakan teknologi IT hanya orang yang berduit, yang nggak berduit jadi zombie, ganti jadi robot, selalu diperalat sebab tidak bisa mikir lagi.
Akibat dari situasi yang baru ini, korupsi dengan cepat merambah golongan menengah dan golongan bawah, mereka jadi zombie, secara otomatis menuntut tambahan ongkos jasa ( atas paksaan kekuasaannya menghambat business) dari siapa saja kapan saja dan dimana saja. Jadi petugas partai maupun jadi petugas jasa yang sangat vital, mereka ini digaris depan, seperti sopir truck container barang export/import, sipir penjara, hamba hukum, petugas segala loket peraturan pemerintah dan semua yang langsung berhadapan dengan public. Digaris belakangnya adalah mereka yang langsung melayani masyarakat yang dalam kedaan lemah fisik dan mental misalnya orang sakit dan pemilik tanah yang belum di sertifikatkan, pasangan yang mau nikah, orang mau ziarah dan menunaikan umroh – tidak saya sebut tukang perasnya, koruptornya sebab pembaca sudah hafal, bila disebut disini, bisa viral (kok GR), didakwa fitnah. Digaris ketiga, duduk di posisi yang lebih tinggi dan beaya yang lebih besar, naik keatas semakin jauh hubungan langsungnya dengan public – pembuat keputusan dan pembuat peraturan, yang semakin besar ongkosnya dan semakin banyak akal untuk melancarkan sumber korupsinya, langsung dari anggaran Negara atau dari business yang menyangkut anggaran Negara, 5,6 triliun, yang separo di embat rame rame, pemasukan Negara dibajak pegawai pajak, A'la Gayus atau harga bahan pokok objek ihtikar kartel gelap, a'la PT Ibu. a'la Lutfi Hasan Ishaq. Arab Saudi, contoh khas korupsi pada sistim feodal masyarakat zaman lampau, yang ditaulad sampai kini. Padahal ajaran agamanya Islam Wahabiah yang sangat ketat, kok malah pangeran pengeran itu tidak dipotong kukunya ya ?
Akibat dari situasi yang baru ini, korupsi dengan cepat merambah golongan menengah dan golongan bawah, mereka jadi zombie, secara otomatis menuntut tambahan ongkos jasa ( atas paksaan kekuasaannya menghambat business) dari siapa saja kapan saja dan dimana saja. Jadi petugas partai maupun jadi petugas jasa yang sangat vital, mereka ini digaris depan, seperti sopir truck container barang export/import, sipir penjara, hamba hukum, petugas segala loket peraturan pemerintah dan semua yang langsung berhadapan dengan public. Digaris belakangnya adalah mereka yang langsung melayani masyarakat yang dalam kedaan lemah fisik dan mental misalnya orang sakit dan pemilik tanah yang belum di sertifikatkan, pasangan yang mau nikah, orang mau ziarah dan menunaikan umroh – tidak saya sebut tukang perasnya, koruptornya sebab pembaca sudah hafal, bila disebut disini, bisa viral (kok GR), didakwa fitnah. Digaris ketiga, duduk di posisi yang lebih tinggi dan beaya yang lebih besar, naik keatas semakin jauh hubungan langsungnya dengan public – pembuat keputusan dan pembuat peraturan, yang semakin besar ongkosnya dan semakin banyak akal untuk melancarkan sumber korupsinya, langsung dari anggaran Negara atau dari business yang menyangkut anggaran Negara, 5,6 triliun, yang separo di embat rame rame, pemasukan Negara dibajak pegawai pajak, A'la Gayus atau harga bahan pokok objek ihtikar kartel gelap, a'la PT Ibu. a'la Lutfi Hasan Ishaq. Arab Saudi, contoh khas korupsi pada sistim feodal masyarakat zaman lampau, yang ditaulad sampai kini. Padahal ajaran agamanya Islam Wahabiah yang sangat ketat, kok malah pangeran pengeran itu tidak dipotong kukunya ya ?
Apa
pelayan masyarakat kita, dari sisi Agama
atau Pendidikan generasi muda, Pendidikan masyarakat, Pembina Partai, Pemerhati
Hukum, sudah siap dengan situasi ini ? Kok malah pamer conformisme, bukan membuka kursus ketrampilan perangkat IT gratis pada kader mudanya ? malah diloloh Nazi isme. Apa bakal efektip cara
repressive dan dengan pengawasan berlapis dan ketat atau persuasive untuk menangkal kebocoran, kebohongan, mal
praktek dalam pekerjaan (bukan dokter lho) yang ini di kehendaki oleh sementara mayoritas anggauta
DPR RI, mengekor mentornya yang di Saudi Arabia, menahan di hotel bintang lima kouptornya iya ?
Tanpa
dikendalikan sumber penyebabnya, saya kira, para koruptor besar dan kecil
(tapi jumlahnya menyemut) akan patah tumbuh hilang berganti. Wong mereka mabok. consumerisme.
Manusia
mengexpresikan dirinya dengan berkomunikasi, ini juga jadi kebutuhan pokok.
Kenyataan
wujud sebagai satu species, ini kebutuhan pokok hidup dalam arti aktivitas
asimilasi dan disimilasi juga berkembang biak tentu saja dengan berkomunikasi
dulu – meskipun pada tumbuhan juga berkomunikasi degan sesama tumbuhan, ini
bisa lewat akar, ranting dan daun, sedang komunikasi khusus antar satu species,
dengan tepung sari yang disebar trilyunan secara acak, hanya berusaha
berkomunikasi dengan bunga lain dari species yang sama atau dekat tata susunan diagram
bunganya, satu famila, OK.
Contoh:
Saya
mempunyai HP, waktu harga pulsa masih murah, saya obral berkomunikasi dengan
teman dan kerabat yang tinggal jauh yang secara fisik sulit terjangkau. Lalu
kebiasaan berkomunikasi dengan HP menggunakan SMS jadi kebutuhan pokok yang bisa dipenuhi dengan
murah. Sekarang harga SMS naik drastis, pulsa cepet habis, senar pancing sudah
ditarik, bisa bisa tidak terjangkau untuk SMS yang kurang perlu. Seperti
mengirim telegram zaman dulu, kebanyakan berita kematian saja.
Jadi
seperti yang dicontohkan Mahatma Gandhi, dengan janteranya menenun dari benang pintalannya
sendiri, karena India sangat tergantung dari textile buatan Inggris dengan alat
tenun mesin yang bisa memenun untuk seluruh India, kapasya dari Amerika tanamnya
dan penennya dengan tenaga budak, jadi komoditas kapas dari Amerika sangat
bersaing murahnya. Akhirnya harga dagangnya menjadi seperti harga pulsa HP
mengandalkan pengeluaran rakyat rakyat kecil pemabok, karena itu tenun India mati, tidak
bisa bersaing “range” mutu dari harga
sesuai dengan “range” kualitasnya.
Sekarang
saya mengerti dan bungkam, tidak berkomunikasi dengan SMS lagi. Kabutuhan pokok
berkomunikasi, saya salurkan meniru tumbuhan, berkomunikasi secara
tumbuhan, menyebar tepung sari,
senyampang saya, si pohon tua yang masih bisa berbunga, meskipun ranting dan
cabang saya sudah tidak selebat dulu, meskipun bunga saya tidak indah lagi,
yang penting beguna bagi manusia sesama hidup.
Maka
hidup saya kembali wutuh berasimilasi, berdisimilasi dan berkomunikasi – dengan
menyebar tepung sari tulisan ini ( masih ada 560 posting sejak tahun 2011).
Sangat irit sesuai dengan kemampuan pengeluaran saya, meniru Gandhi. Hanya bedanya,
bila SMS selalu dengan saudara dan teman karib jauh secara fisik, gembira bisa
tahu keadaannya. Maka sekarang dengan tepung sari ini, saya tidak bakal tahu
bunga mana dari species saya, penerima tepung sari saya dimana dan bagaimana,
pokoknya content dan originalitas dipertahankan sehingga berguna bagi
pembacanya, sering mengambil informasi dari sumber dengan teknologi yang sama,
tepung sari gratis dari kemajuan teknologi alat ini. Saya harus sudah ikhlas.
Saya yakin kebutuhan hidup berkomunikasi cara ini lebih bisa menyebar luas tanpa batas kuno, puak dan filial, sahabat dan kenalan, yang menjadi murah dalam jangka technology IT berkembang dengan harga promo sampai beberapa tahun mendatang. Malah bisa menembus semua batas existensi manusia lebih cepat, sementara beayanya masih terjangkau di umur saya yang sudah tidak produktip ini sudah 80 tahun ini.
Teman seunur saya malah bangga jadi gaptek, masih mengisi waktu dengan arisan arisan.
Pasti kebutuhan ini dimasa yang akan datang harus ditebus dengan produktivitas kerja, demi menghasilkan komoditas yang seimbang nilainya, supaya imbang harganya dengan pendapatan bangsa kita, yang berkembang di wilayah tropis basah ini. Ayo expor beras, mencetak sawah dari tanah rawa. Ndak aga back hoe ya pake sekop, pakai sarap.
Saya yakin kebutuhan hidup berkomunikasi cara ini lebih bisa menyebar luas tanpa batas kuno, puak dan filial, sahabat dan kenalan, yang menjadi murah dalam jangka technology IT berkembang dengan harga promo sampai beberapa tahun mendatang. Malah bisa menembus semua batas existensi manusia lebih cepat, sementara beayanya masih terjangkau di umur saya yang sudah tidak produktip ini sudah 80 tahun ini.
Teman seunur saya malah bangga jadi gaptek, masih mengisi waktu dengan arisan arisan.
Pasti kebutuhan ini dimasa yang akan datang harus ditebus dengan produktivitas kerja, demi menghasilkan komoditas yang seimbang nilainya, supaya imbang harganya dengan pendapatan bangsa kita, yang berkembang di wilayah tropis basah ini. Ayo expor beras, mencetak sawah dari tanah rawa. Ndak aga back hoe ya pake sekop, pakai sarap.
Lha
begitu juga kebutuhan hidup yang dijejalkan oleh teknologi modern, diciptakan
untuk merubah menjadi gaya hidup beaya tinggi, dengan membuat mabok masyarakat pada
techonomiholic. Saya juluki dengan mabok techonomiholic yang kapitalistik.
Sedang manusia akhirnya harus bersaing dengan robot menurut azas egoisme neo
liberalisme. Yang tidak kuat mental ya jadi koruptor, trus, siapa yang kuat ?
Buah
yang paling pahit bagi masyarakat, bila segala kebutuhan pokok hidup kualitasnya
ditawar murah – juga menyangkut keselamatan umum. Makanan berformalin, makanan dengan pewarna
textile, bumbu masak berlebihan, pengawet dan pemanis buatan, Polusi udara, polusi lingkungan, kualitas air
penghidupan, kualitas ruang hidup umum –dari sampah dapur– sampai sampah rumah
sakit, sampah nuklir seperti Fukusima, dari crane ambruk untuk manipulasi ongkos, (ternyata pemborongnya kroni dari pangeran Arab sampai puluah biliun dollar) demi nombokin harga tanah lahan kota disekitar Ka’bah, sesudah dimark up,
seperti lahan sekitar pulau pulau buatan di Jakarta, bangunan umum- dari ruang
kelas SD dipelosok, atau hunian kota di pojok - sampai beton bertulang, girder dan trowongan dimana mana
ambrol – saking korupsi juga, kalok
bukan pelaksanaan, ya konstruksinya ditawar, ya bahannya –misalnya air untuk pencuci
pasir beton pratekan, logikanya air pencuci ini harus bebas dari endapan, tidak terlalu asam terlalu basa atau
air kali keruh ? Kayu jinjing untuk kuda kuda, kan harganya lebih murah ? pengawas ya ndak tahu, beda harga beton
ijser, kan baja tertentu, untuk tulang
beton perlu olahan bijih besi dengan panas peleburan khusus , lain dari beton
ijser yang besi biasa sebab bila sudah
di cor ya ndak ada yang tahu, sampai ambrol, disemua toko bangunan ya beton
ijser ini, melur kayak gulali. Semua toko bangunan ini bisa jadi agen dengan
jaminan pabrikan, bangsat petualang kayak Artalita , Hartanonhati Murkaya, bisa dapat keagenan, lantas bikin sendiri beton ijser dipablik asal asalan, dicampur sama bikinan Princpal yang sudah punya nama stadard mutu Indones (SNI), lantas dioplos, siapa mau ngecheck ? Pekerjaan pengurukan bila dipadatkan menurut aturan kan “rugi”
jadi ya dipadatkan sedikit saja, tumpukan tanah urukan ditegakkan beberapa derajad masih berpori
menyerap air, ambles, menekan kesamping,
beton pratekan-pasirnya kotor, meskipun semen tidak dikurangi (pakai truck
cement mixer langsung dari pabrik semen) tapi kualitas kebersihan pasir, proses
pengadukan, beton ijser kualitas rendah karena cari murah, apa tidak membuat
ambrol ? Ini kan beton iser "oplosan" ?Wong pemasoknya sebagsa Artowati, Hartanpahati Murkaya, Anggodo, Lady Karsakuwatwati Harliemvanto, Ditambah orang kecil digaris depan ini ya korupsi, bukan yang diatas saja.
Karena gaya hidupnya yang sudah dicetak oleh azas kapitalisme, pokoknya untung
untuk membeayai gaya hidup pemabokan techonomicoholisme.
Apa
penjaga perilaku kehidupan rokhani, guardian
kecerdasan otak dan keteguhan bathin bersih, seperti guru, ulama, pendeta,
bhiksu, idepadanda, pastur, pendiri partai, seniman, RT/RW, Lurah sudah siap menangkal
desakan yang menggebu gebu dari tukang bangunan, pabrikan kapitalis yang
mencari untung sebanyak banyaknya dengan mencetak pola hidup yang memabokkan
yang ujung ujungnya harus dibeli – atau dengan ikut mabok sekalian, RT/RW pekas koruptor, kan masih bisa dapat imbalan atas timbunan material bangunan di pinggir jalan
diwilayahya? Kan gampang bikin KTP aspal ? Bikin untuk urusan bank mencuci uang haram OK ? Dia bisa lebih kuasa dari walikota, lebih kaya dari dokter bedah. pokoknya mabok saja. Tahukah anda bahwa semua SNI itu pernah secara periodik di check di lapangan ?. Ataupun samples products nya diambil acak di tempat tapi disodorkan oleh pabrikan ? Ya plus kantong uang tentunya. Di semua super market besar kecil sudah ndak nampak timbangan untuk check berat dagangan yang sudah dalam kemasan !!!
Inilah
makna larangan mabok dari ajaran agama islam, bersinggungan dengan cairan ber
alkohol saja haram. Mabok yang ini biangnya korupsi. Karena sejatinya larangan
mabok apa saja bakal diberlakukan kepada manusia seluruh dunia, percayalah, seperti larangan sex bebas, menularkan HIV, menetaskan AID yang sangat mematikan. *)
0 comments:
Posting Komentar