Asalamu'alaikum ww.
Maaf pembaca blog ini, saya baru ketemu keterangan mengenai ma'iyah di you tube, ternyata ada ratusan tayangan ulang penampilan Cak Nun, menyinggung mengenai ma' iyah, wong tayangan nya unik, maka saya anjurkan pembaca blog saya membuka sendiri di you tube, sebab ternyata tayangan ulang di you tube ada ratusan, yang saya dengarkan lansung sesudah saya petani baru beberapa, kok definisinya ma'iyah malah ndak ketemu. Jadi karena sudah terlanjur saya recommend-asikan pada pembaca saya, saya sendiri kok baru nggagapi makna dengan tafsir sejatine ma'iyah itu apa. Wong ini penting, jadi untuk memudahkan pengertian teman teman saya pebaca blog ini ya saya tafsir, wong Al Qur'an saja boleh di tafsir kok. Jadi tafsir saya dibawah suluh dari mbah mbah saya yang pernah saya dengar, dari para wali islam tanah Jawa dari ulama inelectual Jawa RMP Sosrokartono,cucu seorang ulama Jawa, dari desa Mayong Jepara, kakak kadung RA Kartini. E ndelallah kok nyenggol, tidak meleset jauh, hanya overexpectant, Ketemunya nanya di mbah Google, sya ketik MH Ainin najib. Ternyata kata kunci : caknun.com saya copy paste dibawah ini, Teriring permohonan maaf, apabila masih ada ganjelan dari semua teman teman masyarakat ma'iyah. Wasalamulaikum WW
qoute:
Izro’u Fi Jannatil Maiyah
Maaf pembaca blog ini, saya baru ketemu keterangan mengenai ma'iyah di you tube, ternyata ada ratusan tayangan ulang penampilan Cak Nun, menyinggung mengenai ma' iyah, wong tayangan nya unik, maka saya anjurkan pembaca blog saya membuka sendiri di you tube, sebab ternyata tayangan ulang di you tube ada ratusan, yang saya dengarkan lansung sesudah saya petani baru beberapa, kok definisinya ma'iyah malah ndak ketemu. Jadi karena sudah terlanjur saya recommend-asikan pada pembaca saya, saya sendiri kok baru nggagapi makna dengan tafsir sejatine ma'iyah itu apa. Wong ini penting, jadi untuk memudahkan pengertian teman teman saya pebaca blog ini ya saya tafsir, wong Al Qur'an saja boleh di tafsir kok. Jadi tafsir saya dibawah suluh dari mbah mbah saya yang pernah saya dengar, dari para wali islam tanah Jawa dari ulama inelectual Jawa RMP Sosrokartono,cucu seorang ulama Jawa, dari desa Mayong Jepara, kakak kadung RA Kartini. E ndelallah kok nyenggol, tidak meleset jauh, hanya overexpectant, Ketemunya nanya di mbah Google, sya ketik MH Ainin najib. Ternyata kata kunci : caknun.com saya copy paste dibawah ini, Teriring permohonan maaf, apabila masih ada ganjelan dari semua teman teman masyarakat ma'iyah. Wasalamulaikum WW
qoute:
Izro’u Fi Jannatil Maiyah
CAKNUN.COM • 22 Nov 2016Esai, Tajuk
Bercocok
tanamlah atau nandur-lah di kebun Maiyah. Itulah pesan Cak Nun yang
disampaikan kepada kita semua di Majelis Ilmu Padhangmbulan 14 November 2016.
Malam itu Cak Nun memperkenalkan sesuatu yang baru yaitu menyebut JM bukan
dengan Jamaah Maiyah sebagaimana biasa tetapi dengan sebutan Jannatul Maiyah
(singkatannya tetap JM). Terdapat gagasan yang hendak Beliau sampaikan dengan
frasa baru itu. Dalam bahasa Arab, Jannah berarti kebun. Jannatul Maiyah
artinya kebun Maiyah.
Di
dalam kebun Maiyah itu, Jamaah Maiyah mendapatkan bermacam-macam buah-buahan,
mulai dari buah berupa ilmu, sikap hidup, keseimbangan dan penyeimbangan,
pembelajaran, kebahagiaan, solusi, jawaban atas kegelisahan, keberkahan,
pandangan hidup yang dinamis dan meluas, alternatif-alternatif sudut pandang,
nikmat kebersamaan, kuatnya kemesraan satu sama lain, olah kesehatan, doa,
dzikir, pembangunan mental, gugahan kesadaran, hingga detail-detail lain yang
dirasakan sebagai anugerah dari Allah di dalam Maiyah.
Sama-sama
kita ketahui bahwa semua buah-buahan itu sudah terpetik sejak 23 tahun lebih
yang lalu, dan ke sini semakin banyak yang turut mendapatkannya melalui
berbagai cara dan media. Lingkaran-lingkaran baru yang memetik dan menikmati
buah-buahan itu lahir dan tumbuh di berbagai tempat dengan segala tahap dan
karakeristiknya.
Dalam
kenyataan dan perkembangan seperti itu Jannatul Maiyah atau Kebun Maiyah itu
tak lain adalah sebuah surga, sebagaimana kata Jannah itu berarti sendiri juga
berarti surga. Di dalam surga Maiyah, para Jamaah Maiyah mendapatkan
pemenuhan-pemenuhan atas kebutuhan jiwanya. Bahkan pemenuhan itu tidak hanya
berlangsung pada ranah jiwa, melainkan mewujud dalam perubahan objektif pada
kondisi hidup mereka.
Pertanyaan
kita selanjutnya, mengapa Cak Nun meminta agar kita bercocok tanam atau tandur
terus di kebun Maiyah?
Pertama, dengan terus bercocok-tanam di kebun Maiyah itu,
pohon-pohon yang ada di dalamnya akan semakin berbuah banyak dan terus memberi
manfaat serta berkesinambungan abadi. Kebun Maiyah sebagai surga akan terus
berlangsung tatkala para jamaah aktif menggali tanahnya, menanaminya dengan
benih-benih baru (ijtihad, kreativitas, penataan, pengolahan, dan
implementasi-implementasi), merabukinya dan menyiraminya terus.
Kedua, Cak Nun meminta kita untuk bercocok-tanam di kebun
Maiyah, sebab pekerjaan ini adalah pekerjaan harian Jamaah Maiyah di dalam
kebunnya sendiri, dan boleh jadi kita lupa terutama ketika perhatian kita
terseret dan diseret oleh arus peristiwa yang sedang berlangsung. Seperti
situasi nasional Ummat Islam Indonesia yang
dalam satu bulan ini eskalasinya meningkat dengan momentum “Al-Maidah 51” dan 4
November 2016 yang hingga saat ini terus menggelinding bolanya. Para Jamaah
Maiyah berupaya memahami dan mempelajari semua peristiwa itu, namun tetap tak
boleh lupa akan tugas utamanya berkebun di kebun Maiyah.
Ketiga, kesadaran bercocok tanam atau tandur itu makin kuat untuk
disadari justru pada saat Maiyah menemukan dirinya belum tentu mampu
menyumbangkan sesuatu bagi merespons peristiwa-peristiwa yang berlangsung
hari-hari ini, misalnya peristiwa 411 semestinya melahirkan perasaan dan
pengertian akan perlunya seluruh umat Islam Indonesia bersatu duduk bersama,
bermusyawarah, merumuskan diri, dan bergerak menuju Ummatan Wahidah, ummat
yang satu alias solid.
Untuk
kemungkinan gagasan itu, Maiyah melihat kesulitan-kesulitan terutama karena
kelompok-kelompok di dalam umat Islam sendiri belum tentu berpikir ke arah sana
dan tercerai-berai ke dalam berbagai kepentingan. Pelbagai kondisi atau
prasyarat ke arah sana belum cukup terpenuhi.
Di
tengah keadaan belum tentu sanggup melakukan sesuatu itu, Maiyah menegaskan
diri ke dalam: Izro’u Fi Jannatil Maiyah. Kesadaran ini pun diletakkan secara
dialektis. Artinya, tidak sekadar menjadi titik berat bagi aktivitas sehari-hari
Jamaah Maiyah, melainkan dipahami seperti ini: Ke dalam, pilihan lelakunya
adalah nandur terus di dalam kebun Maiyah. Ke luar, pilihan
tindakannya adalah berpuasa dan atau bershadaqah.
Berpuasa?
Ya. Ini ada kaitannya dengan bagaimana Maiyah menganalisis situasi-situasi yang
tengah terjadi. Pada hemat Maiyah, apa yang sedang menimpa bangsa kita adalah ganasnya keserakahan global.
Keserakahan yang hendak menjadikan tanah air bangsa Indonesia sebagai hidangan
bagi keserakahan itu, dan untuk mencapainya berbagai tipudaya yang canggih, penjajahan,
dan penguasaan politik mereka lakukan. Jamaah Maiyah tak boleh menghadapi
keserakahan itu dengan ikut masuk ke dalam arus keserakahan. Jamaah Maiyah
harus berpuasa. Bentuk-bentuk puasa itulah yang saat ini perlu mereka temukan.
Bershadaqah?
Betapapun dalam berbagai keadaan maupun kehidupan sehari-hari, Jamaah Maiyah
bersentuhan dengan beragam lingkungan, dari yang paling kecil di kampung hingga
yang lebih luas yaitu bangsa dan negara Indonesia. Seperti yang sudah lama
menjadi pemahaman di Maiyah, seluruh kegiatan atau apa-apa yang mereka lakukan
dalam ranah yang lebih luas itu seyogyanya diniati untuk shadaqah, artinya
melakukan sesuatu bukan karena kewajiban fiqhiyah, melainkan karena ada nilai
kemuliaan di dalamnya. Kemuliaan itulah yang melandasi langkah kaki Jamaah
Maiyah.
Dengan
bercocok tanam di kebun Maiyah sendiri, istiqamah berpuasa, dan akurat niat
saat bershodaqah, para Jamaah Maiyah mengolah dan mendialektikakan dirinya agar
Kebun Maiyah dan manfaatnya berkesinambungan lestari. Dengan tiga langkah
itulah Jamaah Maiyah menjelma diri menjadi Jannatul Maiyah.
Yogyakarta,
22 November 2016
JAMAAH MAIYAH NUSANTARA
Di tengah keadaan belum tentu sanggup
melakukan sesuatu itu, Maiyah menegaskan diri ke dalam: Izro’u Fi Jannatil
Maiyah. Kesadaran ini pun diletakkan…
CAKNUN.COM merupakan salah satu sub unit
dalam lingkaran aktivitas Emha Ainun Nadjib yang dikelola oleh Progress sebagai
sarana informasi dan komunikasi.
Bagikan. unquote
0 comments:
Posting Komentar