Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Sabtu, 24 Februari 2018

APA BUKAN LOBBYNYA KURANG KUAT - DAUR ULANG DARI ARTIKEL MENGENAI INFRA STRUCTURE

APA BUKAN LOBBYNYA KURANG KUAT ?

Industri  minta jalan bebas hambatan dari Krawang lewat Gunung Putri Tangerang trus ke Pelabuhan kalok bisa terus ke Ciegon ferrosteel ,  supaya Factories yang sudah terbangun disepanjang super high way ini bisa terintegrasi, kok yang dibuat fasilitas umum pencegah kemacetan ibu kota, trowongan, viaducts dan LRT, apa tidak gondok ?

Masyarakat  menjadi sadar. Persoalan murni teknis,  telah menjadi batu pondasi Politik, yang berarti dasar menyatukan kekuatan masyarakat dalam satu Negara, yaitu INFRA STRUKTUR. Tidak hanya  itu, tapi infra structure yang menyangkut kepentingan hidup orang banyak, kesejahteraan umum.  ALHAMDULILLAH, ini baru benar. Sebelum ini infra structure negeri ini hanya menjadi pembicaraan kaum Ekonom, karena malu diri lantas mereka menyebut dirinya kaum teknokrat. Segolongan dengan Ali Wardhana dkk, yang pengabdiannya hanya mencari keuntungan buat  Boss beserta croni-nya yang diktator militer thok, atau Corporate raksasa yang menyewanya thok. Malah sekarang, orang teknik yang tergabung dalam teknokrat Orde Baru, menjadi menteri kabinet koalisi reformasi,  menjadikan keilmuan teknik melebar ke politik dan kekuasaan seorang menteri, dia dan konco konconya menunggangi politik demi dukungan mencari uang fee satu juta dollar di Masela Maluku, yang dipertontonkan oleh mereka terang terangan, yang lantas diomeli oleh Menteri Rizal Ramli, karena mereka konco gang pencari kesempatan, malah sekarang mau jadi calon Gupernur .Ya nasib seluruh Propinsi dipertaruhkan, yang ini ngotot membela off  shore drilling yang lebih murah, demi membela Corporate dan mengesampingkan kepentingan rakyat buat nunut infra structure bila mereka bikin di inland drilling. Padahal seingat saya yang dari satpam apapun yang berbau BBM, mereka sangat galak, sebab sangat banyak yang disembunyikan dari publik, tidak akan mengizinkan infra strukure-nya di nunut oleh konvoi Militer sekalipun, itu pasti, melainkan setelah sekian puluh tahun kemudian,  sesudah sumurnya kering - baru jalan dan jembatan itu bisa di lewati rakyat umum. Lha gitu kok masih milih off shore yang tanpa pengawasan apa apa, berarti sudah siap pipa kencing sampai Australia !!

Seperti yang telah dianut oleh Amerika Serikat selama hampir tiga abad, infra structure di jejalkan pembangunannya oleh para senators, congressmen,  dengan beaya uang Negara, demi pemodal ganti kulit seperti ular, dilokasi baru dinegaranya sendiri membuat pabrik terintegrasi, otomatisasi, lebih canggih dengan lebih murah, sebab sudah disediakan  jalan dan jembatan, ratusan kilometer dilokasi yang penduduknya jarang, jadi tidak ada gangguan lingkungan hidup dan tanahnya masih murah,  air dan energy sudah tersedia oleh beaya Negara, dengan alasan penyerapan tenaga kerja. Rupanya ini yang dimaui oleh "ekonomist" model Berkely mafia.  Lokasi yang lama jadi kota hantu. Disana infra structure bukan jadi issue  kepentingan umum, tapi kepentingan teknokrat yang mengabdi kepada Corporasi raksasa, dengan motif hanya mencari keuntungan saja.  Raja Sihanouk dari Cambodia juga meniru falsafah ini, sedang rakyatnya terbelah antara orang Khmer yang badannya kecil kulitnya agak gelap matanya bundar, dengan elite dari keturunan dari campuran darah Asia Timur, ganteng dan cantik berkulit cerah, bermata sipit, mereka abai terhadap kehidupan saudaranya suku Khmer yang jadi pemelihar kerbau dan hidup subsisten di hutan hutan dan rawa. Apa yang terjadi kemudian? Peristiwa berdarah darah dari Khmer merah a'la Polpot.

Sedang dinegara orang lain para magnate business dari AS ini membongkar gunung, melenyapkan suku bangsa lain dengan perang, demi menguasai sumber daya alamnya. Edward Carnegy sudah wafat dan hartanya diwariskan kepada rakyat Amerika, tapi yang ini entitas modal, tidak bisa mati, tidak ada rasa, dia entitas modal yang abadi, kerjanya hanya mencari untung, bahkan mencuri warisan bangsa yang miskin, demi keuntugan.  Karyanya hanya membesar dan berganti kulit, hingga tubuhnya menggilas apapun. Sekarang mulai menggilas kaum menengahnya sendiri, Ini OWS ( Occupation Wall Sreet dari Roger Moore), sudah bertindak. 

Yang Mulia Mokhtar Riyadi, si raja uang  termasuk sepuluh orang terkaya di Indonesia, pernah diwawancara-i oleh TV yang pembawa acaranya nyaris menyembah saking hormatnya, bersabda dengan pelan jelas kata satu persatu supaya pemerintah Jokowi membuat infra structure jalan tol bebas hambatan  untuk muatan berat yang menghubungkan factory factorynya yang telah dibangun di Krawang, Gunung Putri dan Tangerang, supaya harga produksinya bisa murah dan bersaing di pasar bebas dunia masa kini, dan rakyat melihatnya bagaimana dia beruntung - juga off shore banks lengganannya. 

Saya menebak, yang dimaksud dengan infra structures oleh Kabinet pak Jokowi sekarang ini, adalah infra structures yang sangat dibutuhkan untuk membangunkan ekonomi kehidupan rakyat banyak.  Ndak heran mengalami banyak gangguan sampai sekarang, pada ambruk apa ndak curiga ?

Mulai jembatan gantung antar desa dan kota kecamatan atau sekolah, sampai saluran air untuk mencegah pengeringan lahan gambut dan menjadikannya  lahan pertanian dengan petaninya yang mempertahankannya dari kebakaran yang sekaligus hidupnya jadi lebih sejahtera, embung embung di NTT, dan penyediaan  hidro listrik dan mikro hidrolistrik  di Sulawesi tengah, sekaligus menarik investor industri pendinginan ikan dan pengolahan hasil  dari keramba raksasa di teluk Tomini, mengembalikan keberadaan perkebunan kelapa di sepanjang pantai  teluk Tomini, selang seling dengan hutan mangrove yang sudah digunduli dasana tanpa rencana, untuk tambak udang. Ini diserahkan kepada Daerah, lantas apa hasilnya ? Rencana jangka pajang dan pendek paling sedikit bahan kampanye KADA, tidak ada.  Itu saja lupa, yang diingat cuma bakar batu, mendatagkan artis seronok dari ibu kota.

Bagian Pemerintah Pusat, pengadaan kapal ternak besar yang berkeliling Nusantara bermuatan sapi kerbau, konsentrate, hay dan silage yang dipadatkan. Membersihan teluk itu dari limbah tambang emas. Ini semua infra structure yang terjangkau. Asal didaerah itu (Sumatra, Sulawesi, Maluku, NTT, Kalimantan) dibersihkan dari teroris dan penguasa setempat yang feodalistic  skala puak dan kampung. Jenis feodal ini malah petentang petenteng di Ibu Kota, saking tingkahnya yang kampungan dipecat oleh partainya e malah masih ningkring disana wakil ketua dewan perwakilan rakyat tanpa dukungan rakyat, cingurnya masih nongol di TV, astagfilullah, naudzubillah minzalik. Sebab di skala yang lebih besar para feodal ini sudah memenuhi Ibu Kota, jadi koruptor buaya malah Tyranosaurus rex yang makan cicak dan buaya, tanpa merasa salah, sedang diskala kampung dan puak para feodal ini sumber makannya jadi pemalak liar a’la pak Ogah, perdagangan narkoba a'la Bupati OKI tanpa merasa salah, pendukung teroris yang sesat dari tujuan nasional kita saja. E menterinya malah beli sertifikat paling layak tanpa cacat bersih dari BPKP, sambil berlagak koplo.

Tidak kalah penting adalah kepedulian di wilayah perbatasan yang sangat memerlukan infra struktur untuk menarik para calon “gafatar” yang pak Jokowi bisa menyulapnya jadi pahlawan pembela tanah air, asal ada infra structures yang cukup menghidupi ekonomi menengah saja, tanpa gencetan dan manipulasi dari feodal setempat, tukang bakar lahan gambut lagi. Dengan catatan, ini bukan kerja sepele,  ini pekerjaan kecil kecil dengan beaya tinggi, ditambah dengan penuhnya godaan lalat calon koruptor yang tidak bertanggung jawab dan politisi hanya cari obyek percaloan, yang gentayangan di DPR dan Partai Partai Politik dengan sikap sisa Orde Baru yang feodalistic, malah masih ningkring bukan wakil siapa siapa - dia bilang sudah sesuai dengan UU Perlindungan Anak Nakal, autis dan longong. Kok ndak ada yang nyuruh pulang , rakyat membayar ratusan juta rupiah, untuk gajinya dia bilang nunggu diusir Polisi, dikasih pesangon.

Kita butuh "Teman Pak Jokowi" yang mau kirim salawat di makam Marsinah. lebih dari 70% pemilih, sudah menunggu untuk menangkal godaan CIA dan iblis yang merasuki feodal feodal kita untuk cup de'etat oleh partai dan militer kayak biasanya dimana saja di dunia. Jutaan sukarelawan yang pandai dan tulus bekerja terutama kaum muda, dan warga ma'yah, sebab ini menyangkut hari depan mereka.  infra struktur yang ini sudah membuat Kabinet Pak Jokowi dan Pendukung nya sangat sibuk. Sedang elite captures yang kehilangan kesempatan korupsi berjama'ah malah cengengesan di TV, mengobati kekecewaan-nya dan makan hati, karena Pak Jokowi mendadak menyaksikan lokasi fisik kegoblokan kroni para sudrun yang dipiara oleh rezim yang digantikannya, trilyunan rupiah pemborosan di Hambalang, sekarang perkaranya saja masih mangkrak,apalagi fisik bangunan sampahnya.  

Wong sejak zaman beheula dikawasan itu desa saja tidak pernah didirikan sebab rawan longsor, kok dibangun bangunan bertingkat banyak. Dasar sudrun sudah menguasai ITA ITB, ITC sampai ITS, ITX, ITZ. sekarang saja sudah ambrol semua.  Sekian semoga Allah menganugerahkan  ijabah kepada bangsa ini *)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More