MENAFSIRKAN MA’IYAH,
SIARAN CAK AINUN NAJIB
DARI RATUSAN
JUDUL CERAMAHNYA, DI YOU TUBE.
Bagi mereka yang tertarik untuk
menyelami apa makna dari ratusan tayang
ulang ceramah Cak Nun dengan kidung do’a dengan ansambel instrument Kiai Kanjeng, saya coba tulisan
ini, untuk membantu mereka yang secara acak nenemukannya di you tube.
Bukan saya kuminter, tapi bagi mereka yang kebetulan mencermati ceramah ceramah yang sangat banyak
itu, yang memang di tayangkan di youtube secara
acak sering kemudian hanya diresapi oleh originalitas, keberanian khasnya, lucunya. Memang
penyusunan letak judul ceramah menurut
saya, belum di susun menurut waktu dan isinya, juga konsistensi menggunakan
kosa kata untuk menjelasan ide ma’iyah dalam
pembicaraan dengan berbagai kalangan pendengar.
Yang Cak Nun nampak bebas memilih
kosa kata , baik dalam bahasa
Ingris, kosa kata Indonesia, maupun jawa.
di kalangan dokter atau mahasiswa dengan
para dosennya terasa lebih pas, nampak diwajahnya yang berkonsentrasi, merangkai penjelasannya. Tapi sayangnya
memang topiknya bukan perkara ma’iyah,
hanya terasa ada ma’iyah disitu.
Sedangak di ceramah yang diberi
judul tayang dengan ma’iyah sering di selang
selingi dengan guyonan yang agak menyimpang dari keseluruhan topiknya karena
audience nya nampak kurang meresapi inti
judulnya yang tertera di you tube. Sedang
kita, pelajar penjelajah you yube lagi metentheng. Karen ide ma’iyah ini penting, apalagi implementasinya dalam hidup
kita bangsa Indonesia disisi kaum santri,
sedang jangka panjangnya hidup manusia Indonesia dan manusia seluruh dunia, untuk mendampingi rokh
dari ide ad dien yang didambakan umat islam.
Maka penjelajah dunia maya harus
mendengarkan semua judul ceramah yang tercantum di you tube, yang sangat
memerlukan waktu ketelatenan, dan niat yang baik.
Terus terang, saya click you tube
untuk mendengarkan ceramah ini, terlebih dahulu harus saya petani diantara judul judul yang
banyak, yang menyangkut ajaran para wali islam di tanah jawa, sejak enam abad
yang lalu.
Contoh: Cak Nun dengan enteng menyebut dalam ceramahnya,
bahwa umur Gajah Mada mencapai umur 100 tahun, bagi saya tidak soal, bisa saja
demikian. Memang tersebut dari sumber
tradisional Sang Mahapatih, masih
mendampingi raja Majapahit Hayam Wuruk tertera
dalam perang Bubat yang tragis. Sedang saya, dalam dongeng untuk cucu saya
sendiri, cucu saya yang sekarang belum lancar
membaca (baru umur 10 tahun) . Gajah Mada sudah di Majapahit pada saat
pembangunan ibu kota Wilwatiktapura, sejak perang Peregreg dan terbunuhnya
rakryan Ronggolawe, penguasa Tuban,
sepupu dari Kertanegara, mertua dari Rahadyan Wijaya. Kok masih menjadi Mahapatih waktu cucu R
Wijaya, saya dicerca dikritik berani beraninya mengubah sejarah, oleh seorang Benerbit
buku dari clan kelurga pengarang kenamaan. ( dongeng Matahari terbit di Wilatiktapura di blog ini
postingan th 2013 saya bangun imaginasi saya meniru cerita silat Kho Ping Ho – untuk cucu cucu
saya – seperti The Pirate of Caribia - terutama saya dongengkan lebih masuk akal, sedikit yang gaib gaib)
Lha cak Nun, mengemban ide ma’iyah, yang
teramat penting, tidak seperti saya cuma situa yang lancang, kok berani beraninya bikin dongeng pada cucunya di blog yang dibaca
orang banyak, bisa menurunkan reputasi Benerbit, bila dia terpincuk menjadikan dagangan buku
seperti karangan SH Mintarjo, “Api di Bukit Menoreh”, tahu 70 han, sedang dia mengemban idealism yang agung, mesti belum pernah membaca "Api di bukit menoreh" semoga ma’iyah tidak bernasib demikian.
Jadi, menurut tafsiran saya, yang dimaksud
cak Nun, menjalin keseimbangan antara
manusia dan Tuhannya – dimana dipakai istilah keseimbangan yang oleh penanya pada ceramahnya kemudian, diulangi beberapa kali oleh penanya, gimana bisa imbang wong debu disanding matahari, sebenarnya mungkin maksudnya adalah “timbal balik” hubungan antara Allah dan ciptaanNya
yang paling ditinggikan Allah, lebih tinggi dari Malaikat dan Jin. Manusia.
Azas ilmu ini
istilah dalam ilmu Agama, menurut pepatah jawa, ”bisa diringkes dhadi sak mrica
binubud, yan digelar bisa ngabaki jagad”
Si
metentheng, pingin tahu ma’iyah itu apa, jadi kurang sabar, mendengarkan
ratusan ceramah yang dikemas di you tube. Saya coba menafsirnya, sebab di islam,
menafsir ini boleh.
Adapun
Cak Nun menggelar ngebaki jagad dengan penampilannya di you tube, dalam nafas
islam, yang dinamainya ma’iyah,
adalah satu khazanah berharga bukan saja untuk umat islam, yang harus dimaknai
manurut azasnya yang pokok, tapi juga jangan terpaku ucapan yang tak berarti, pada
guyonannya. Apalagi gelarnya ilmu ini bisa memenuhi dunia –
yang isinya macam macam – inti sarinya
adalah keseimbangan firman Allah dan
harkat manusia – maksudnya timbal balik,
dengan misi utama manusia menjadi rakhmatan lil alamin, kebaikan
kepada seluruh alam – dibawah sorotan sinar islam, dan agama lain, ini
seluruh ceramah Cak Ainun Najib jadi ma’iyah *) semoga tidak keliru.
0 comments:
Posting Komentar