Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 14 Februari 2018

CAK NUN DAN PECINTANYA DI YOU TUBE

MENAFSIRKAN MA’IYAH,  SIARAN CAK AINUN NAJIB
 DARI RATUSAN  JUDUL CERAMAHNYA, DI YOU TUBE.
Bagi mereka yang tertarik untuk menyelami  apa makna dari ratusan tayang ulang ceramah Cak Nun dengan kidung do’a dengan ansambel  instrument Kiai Kanjeng, saya coba tulisan ini, untuk membantu mereka yang secara acak nenemukannya di you tube.
Bukan saya kuminter,  tapi bagi mereka yang kebetulan  mencermati ceramah ceramah yang sangat banyak itu, yang memang di tayangkan di youtube secara  acak sering  kemudian hanya diresapi oleh originalitas, keberanian khasnya, lucunya.  Memang penyusunan  letak judul ceramah menurut saya, belum di susun menurut waktu dan isinya, juga konsistensi menggunakan kosa kata untuk menjelasan ide ma’iyah dalam  pembicaraan dengan berbagai kalangan pendengar.
Yang Cak Nun nampak bebas memilih kosa kata , baik  dalam bahasa Ingris,  kosa kata Indonesia, maupun jawa. di kalangan  dokter atau mahasiswa dengan para dosennya  terasa  lebih pas, nampak diwajahnya yang berkonsentrasi, merangkai penjelasannya. Tapi sayangnya memang topiknya bukan  perkara ma’iyah, hanya terasa ada ma’iyah  disitu.
Sedangak di ceramah yang diberi judul tayang dengan ma’iyah sering  di selang selingi dengan guyonan yang agak menyimpang dari keseluruhan topiknya karena audience nya  nampak kurang meresapi inti judulnya yang  tertera di you tube. Sedang kita, pelajar penjelajah you yube lagi metentheng.  Karen ide ma’iyah ini   penting, apalagi implementasinya dalam hidup kita bangsa Indonesia  disisi kaum santri, sedang jangka panjangnya hidup manusia  Indonesia dan manusia seluruh dunia, untuk mendampingi  rokh dari ide ad dien yang didambakan umat islam.  
Maka penjelajah dunia maya harus mendengarkan semua judul ceramah yang tercantum di you tube, yang sangat memerlukan waktu  ketelatenan,  dan niat yang baik.
Terus terang, saya click you tube untuk mendengarkan ceramah ini, terlebih dahulu  harus saya petani diantara judul judul yang banyak, yang menyangkut ajaran para wali islam di tanah jawa, sejak enam abad yang lalu.
Contoh:  Cak Nun dengan enteng menyebut dalam ceramahnya, bahwa umur Gajah Mada mencapai umur 100 tahun, bagi saya tidak soal, bisa saja demikian.  Memang tersebut dari sumber tradisional  Sang Mahapatih, masih mendampingi raja Majapahit  Hayam Wuruk tertera dalam perang Bubat yang tragis. Sedang saya, dalam dongeng untuk cucu saya sendiri,  cucu saya yang sekarang belum lancar membaca (baru umur 10 tahun) . Gajah Mada sudah di Majapahit pada saat pembangunan ibu kota Wilwatiktapura, sejak perang Peregreg dan terbunuhnya rakryan  Ronggolawe, penguasa Tuban, sepupu dari Kertanegara, mertua dari Rahadyan Wijaya.  Kok masih menjadi Mahapatih waktu cucu R Wijaya, saya dicerca dikritik berani beraninya mengubah sejarah, oleh seorang Benerbit buku dari clan  kelurga pengarang kenamaan. ( dongeng Matahari terbit di Wilatiktapura di blog ini postingan th 2013 saya bangun imaginasi saya meniru cerita silat Kho Ping Ho – untuk cucu cucu saya – seperti The Pirate of Caribia -  terutama saya dongengkan lebih masuk akal, sedikit yang gaib gaib)
 Lha cak Nun, mengemban ide ma’iyah, yang teramat penting, tidak  seperti saya cuma situa yang lancang, kok berani beraninya bikin dongeng pada cucunya di blog yang dibaca orang banyak, bisa menurunkan reputasi Benerbit,  bila dia terpincuk menjadikan dagangan buku seperti karangan SH Mintarjo, “Api di Bukit Menoreh”,  tahu 70 han, sedang dia  mengemban idealism yang agung, mesti belum pernah membaca "Api di bukit menoreh" semoga ma’iyah tidak bernasib demikian.
Jadi, menurut tafsiran saya, yang dimaksud cak Nun, menjalin  keseimbangan antara manusia dan Tuhannya – dimana dipakai istilah keseimbangan yang oleh penanya pada ceramahnya kemudian, diulangi beberapa kali  oleh penanya, gimana bisa imbang wong debu disanding matahari,  sebenarnya  mungkin maksudnya adalah “timbal  balik” hubungan antara Allah dan ciptaanNya yang paling ditinggikan Allah, lebih tinggi dari Malaikat dan Jin. Manusia.
 Azas ilmu ini istilah dalam ilmu Agama, menurut pepatah jawa, ”bisa diringkes dhadi sak mrica binubud, yan digelar bisa ngabaki jagad”
Si metentheng, pingin tahu  ma’iyah itu apa, jadi kurang sabar, mendengarkan ratusan ceramah yang dikemas di you tube.  Saya coba menafsirnya, sebab di islam, menafsir ini boleh.
Adapun Cak Nun menggelar ngebaki jagad  dengan penampilannya di you tube, dalam nafas islam, yang dinamainya ma’iyah, adalah satu khazanah berharga bukan saja untuk umat islam, yang harus dimaknai manurut azasnya yang pokok, tapi juga jangan terpaku ucapan yang tak berarti, pada guyonannya.  Apalagi gelarnya ilmu ini bisa memenuhi dunia – yang isinya macam macam – inti sarinya adalah keseimbangan  firman Allah dan harkat manusia – maksudnya timbal balik,  dengan  misi utama  manusia menjadi rakhmatan lil alamin, kebaikan kepada seluruh alam – dibawah sorotan sinar islam, dan agama lain, ini seluruh ceramah Cak Ainun Najib jadi ma’iyah *) semoga tidak keliru.





0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More