MENAFSIRKAN MA’IYAH, DARI PENYADARAN CAK NUN DI YOU TUBE –
TAFSIR SAMBUNGAN KE II – DENGAN BEKAL JEMBATAN PEMIKIRAN ULAMA JAWA.
Allah sudah berfirman bahwa dunia diciptakan-Nya berpasang
pasangan. Hidup pasangannya mati. Benda
(materi – matter) pasangannya rokh dua duanya ada dalam hidup Manusia, tidak
terpisahkan. Sebaliknya, dalam hidup
tumbuhan dan binatang ada materi, sebagai wadag/badan, dan jiwa yang temasuk code dari materi yang tidak kasat mata, code satu program. Jiwa mengatur seluruh cyclus
hidup tumbuhan dan hewan, yang semakin tinggi derajad hidup semakin complex
jiwanya, sehingga pada manusia bisa sebagian fungsinya keluar rel, yang kita namakan
sakit jiwa. Gejala ini tidak ada pada tumbuhan dan hewan yang code programnya
sederhana. Kecuali disebabkan oleh kerusakan benda otak msalnya oleh invasi
virus Rabies, maka anjing disebut anjing gila, bisa menular ke manusia, tidak
desebut gila tapi sakit rabies.
Singkat kata, manusia mempunyai dua sisi hidupnya yaitu
sisi duniawi badan wadag dan sisi rokhaniyah/ ukhrowi.
Di sisi duniawi ini, syaithan mengharu biru sejarah khidupan masyarakat
manusia sejak Nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bhumi.
Sampai pada utusan Allah yang
terakhir, Rasulullah Muhammad salallahu allaihi wassalam, sebagai imbangan di sisi duniawi ini karena sudah di injak injak oleh syaithan untuk menjesatkan manusia, memang diizinkan
Allah begitu. Justru Rasulullah membimbing manusia, dengan izin Allah
menyiarkan islam kedunia dengan tujuan satu satunya menjadikan manusia sadar
akan tugasnya, malah dibekali Allah dengan energy yang luar biasa, untuk jadi
rakhmatan lil alamin, dari sisi bhatiniahnya, memembus ke materi sebagai alat hidup yang diridhloi Allah, direbut kembali dari kesetnya syaithan.
Tentu saja shaithan mengharu
biru sisi duniawi, sebab sisi ini sudah dihibahkan Allah kepada khalifahnya di
bhumi – ya manusia – sisi duniawi ini disebut Cak Nun sebagai sikap dan sifat matarialis dan pemikirannya
disebut materialisme – yang keduanya memang unsur dari hidup manusia.
Kedua kenyataan benda, ini memang sudah jadi kesetnya shaithan, tapi ini masih
milik Allah dan di hibahkan kepada manusia. Jadi bicara emosipun tidak bisa
memusuhi materi atau materialisme, karena keduanya adalah belahan manusia hidup, yang
sudah jadi kesetnya syaithan, yaitu satu niyat pitung/memilih bondho donyo
sebagai penolong utama hidupnya, satunya lagi mengutamakan kekuasaan bondho bondho donyo diatas segalanya. Derajatya akan sama dengan menggeluti ajaran mengendalikan nafsu dari Utusan yang terkhir, hanya unutk mengharapkan materi yang melimpah - mestinya hanya untuk memenuhi tugasnya sebagai rakhmatan lil alamin, makanya do'a yang harus dibaca 17 kali sehari ya permohonan untuk dituntun ke jalan yang benar, seperti apa wong sudah pinter hafal ayat ayat suci di Al Qur'anul karim hafal Al Hadist yang shoheh kok masih tanya, ya kan do'a itu untuk dilantunkan manusia sedunia yang sibuk sampai sekarang. Allah cinta pada ciptaaNya yang ini, sedang kebenaran adalah milik Allah - yang dicantumkan di ayat ayat suci dan perilaku Rasulullah salalahualaihiwassalam kan satu bukti yang nyata - pedoman menghadapi kenyataan di situasi jahilliah yang exstreem, buahnya nyata. Lha Allah sangat dekat dengan manusia - sudah diberi tahu terang terangan, mintalah kepadaNya. sebagai timbal balik kesayangan Allah. Rakyo gitu maksudnya Cak Nun.
Materi
seperti apa adanya, sebagai
perkakas atau sebagai pemikiran, bukan dibela atau dimusuhi, karena merupakan
dasar dari ilmu pengetahuan, dari tekhnologi, ekonomi dan sejarah manusia, yang merupakan separo dari kehidupan
manusia hidup di alam dunia ini. Didapat dari olah pikir, buahnya kayak yang
dicapai oleh Dr. Bhaiquni alm,
Drs Mohammad Hatta, Ir Sukarno. Ir. Sutami, Mr. Yap Thiam
Hien. Gandi, Ho Chi Minh, dan Meneer Dr Snuck Horgronje. Mulane pada masa lalu para santri berpandangan cupet,
dikira ilmu pengetahuan itu
ke`se`t nya syaithan, harus dijauhi, tapi malah lekat pada kebendaan, tidak kenal ikhlas drengki srei
jail sisanya ada sampai sekarang.
Sejarah kakek moyangnya tidak ditinjau dari kepedulian
beliau beliau mengenai keadilan structure ekonomi masyarakat sebelumnya, karena itu
metodanya orang komunis, takut sekalian di cap komunis yang anti Tuhan, tapi
hidupnya diliputi kebodohan dan kelicikan. Ma’iyah mengembalikan harkat
dunia/materi/donyabrana/teknologi seperti apa adanya, gampang diikhlaskan, bukan sesembahan, apalagi penolong. Bukan sesembahan dan
bukan penolong dalam arti rokhaniah yang energinya luar biasa, tapi penolong ragawi, bisa jadi bom nuklir, bisa mengambil energi Thorium yang bisa memenuhi kebutuhan energi manusia sedunia sampai ribuan tahun lha kok direwangi pethentengan saling menista saing membunuh ? – menurut ikrar manusia sndiri – ashadualaila hailollah wa ashaduana muhammadarasulullah yang menupakan azas pokok ilmu makrifat islami, penyadaran para wali islam
tanah Jawa. Sesederhana ini. Ya memang harus sederhana karena di design oleh Allah untuk seluruh peningkatan derajad rokhaniah manusia sak ndonya, supaya bisa kuat mengemban 2/99 energi yang dihibahkan oleh yang MAHA KUAT, MAHA TEKNOLOGI. Sehingga bondho donya bahkan tekhnologinya sekalian yang dirapatkan diseminarkan di Davos itu hanya mainan dibandingkan dengan yang ini.
Para wali islam tanah jawa telah bekerja bermodal “Atas
nama Allan yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih”, mencetak sawah di rawa rawa
muara Bengawan Solo di Lamongan dan Manyar, ratusan hectare, mungki ribuan
hectare, dilanjutkan di rawa Demak Bintoro sampai dua tiga ribuan hectare – ini
semua memakai ilmu pengendalian materi, dengan keringat, tidak memakai energy
adhikodrati seperti Nabi Sulaiman menaklukkan kerajaan ratu Bilkis, ma’iyah juga
memakai benda, yang kekuatannya menjadi pondasi ekonomi Kerajaan islam yang pertama,
yaitu materi tempat manusia bermasyarakat. Mana ada sejarawan, atau ulama yang berfikir kesitu dan mencari bukti bukti kebenaran
atau artefaknya ? Paling bakal ketemu sarap dan talempak semacam sekop atau tombak pendek bermata
lebar untuk menggali lumpur rawa menjadi
saluran dan tanggul. sampai kini sarap digunakan membuat laban dan menggali
pelataran sawah tambak untuk pangonan ikan air payau –bandeng dan udang, bedanya yang sekarang dari
kayu di plipit besi ditepi tajamnya,
lebih enteng. Sedang talempak dari besi sampai gagangnya disepuh jadi baja pada
sisi tajamnya, tombak pendek bermata lebar ini bisa dimainkan jadi senjata.
Bukan keris kiai
Sangkelat, Atau Nyai Setan Kober. Itu tandanya bahwa para wali tanah jawa itu
menguasai ilmu dunia, ilmu materialisme/kebendaan, dan digunakan sebagai alat
untuk mencapai derajad manusia rakhmatan lil alamin, ini juga jadi teladan ma’iyah-nya
cak Nun.
Para Wali menggunakan teknologi dari Mesopotamia yang
disempurnakan oleh Al Haitham ulama islam Arab, akhli optika prototype dari
teropong Geodesi teodolit. Sunan bekerja, dengan energi 2/99 dari asma Allah (karena
asma Allah ada 99 dan termasuk 2 ,Ar Rakhman dan Ar Rakhim, paling tidak, bebas masuk angin
bebas pneumonia, anti malaria dan kemalasan. Bekerja berbasah basah saban hari dirawa dan
sungai, dilindungi dari malaria oleh dua dari asma Allah yang manusia boleh
mengandalkan), sampai menyandang julukan Kalijogo – sebab selalu meneliti, mengukur dan memetakan ratusan
km. bakal saluran pematus, tinggi dasar kali dari hulu sampai ke hilir dan rawa
yang merupakan akibatya. Kesadaran mengendalikan
materi alam inilah buah dari
llmu hakikat islam, pegangan para wali tanah Jawa, yang di timba dari ilmu syari’at islam dan tarikat islam,
mambaca alam, bahwa Allah mengajari
manusia dengan kalam, rezeki dicari dengan kerja. Begitu juga landasan satu
Negara, dengan mencetak sawah dari rawa, tanah yang diterlantarkan tapi hara
tanah, air waktu musim kering, hamparan lahan yang terhubung dengan kanal kanal JUGA BERGUNA BAGI TRNSPORTASI DAN UPAYA PASCA PENEN , ndak perlu jalan dan jembatan, langsung ke
pelabuah ada semua disana, para wali tanah jawa membuat sistim pengiran dan transportasi panen. Ini semua nampak dari makna bacaan Al Qur’an dan ibadah sholat, yang masih murni dari pamrih rendah, pasti tidak ada , sudah dikerjakan kasat mata sehari hari, ini
juga ma’iyah-nya yang dibuka oleh Cak Nun, sesederhana
itu.
Sedang separo yang lain adalah sisi rokhaniah, dimana oleh ma’iyah
dijadikan cantolan, supaya menangkal tidak jadi kesetnya setan, malah direbut kembali, cukup jadi keset ‘welcome’ saja.
Sisi
ukhrowi ma’iyah berdaya upaya supaya duniawinya
manusia diliputi oleh ar rakhman
dna ar rakhim menjadikan manusia rakhmatan lil alamin, dengan hubungan timbal balik dengan Sang
Khaliq, yaitu meluruskan tujuan
dan membimbing jalan ke keimanan sejati.
R.M. P. Sosrokartono alm. menandai
dengan kata bahasa Jawa “Tanpa
pamrih tebih ajrih”.Tanpa berkepentingan pribadi/egoisme jauh dari rasa takut.
Ma’iyah menuntun sikap pemikiran dan laku untuk mampu
mewujudkan dimana perlu energy adhikodrati yang luar biasa 2/99 dari Yang Tak
Terukur. Sebab di Papua, materi benda dunia, hutan dan rawa rawa raksasa,
menunggu supaya tidak dijadikan kesetnya syaithan, didayagunakan untuk alat,
menuju ke masyarakat rakhmatan lil alamin, oleh manusia Indonesia plus ma’iyah-nya.
Sesederhana itu.
Ini
adalah tuntutan zaman, membendung kekuatan syaithani yang sudah ora sebaene
(tidak wajar) terlalu besar dan kuat berkali kali lipat dari zaman yang
lalu, dari jin dan manusia yang khianat.
Semoga tafsir ini tidak salah *)
0 comments:
Posting Komentar