ILMU DAN DERAJAD KESARJANAAN VERSUS TANGGUNG JAWAB PUBLIK.
Tidak ada masyararakat dari satu bangsa yang mengalami kekacauan orientasi dalam
menentukan kepiawaian seseorang dalam cabang ilmu ilmu modern dalam jangka yang
hampir 78 tanun, seperti di masyarakat
kita Indonesia. Prestasi ilmiah sangat tergantung dari publikasi mass media, yang menguntungkan "pemilik" mass media itu di blow up, yang tidak menguntungkan mereka ya kalah promosi, publik tidak bakal tahu perjuangannya, prinsip prinsip tindakannya.
Ilmu modern yang murni, melulu digunakan untuk kemajuan
masyarakat lambat atau cepat bakal ternyata bahwa tidak ada ilmu yang value free.Tidak ada lain, pasti demi kemaslahatan sesama hidup. Masyarakat tidak mungkin membangun bangunan suci,
candi candi pemujaan, tinggal disatu rumah, menjeberang sungai dengan jembatan
tali atau kayu, naik perahu, atau mengkonsumsi makanan dari tumbuhan yang
sebelumnya tidak dikenal, menggunakanan obat dengan ditelan – tanpa pengalaman panjang
yang sudah lama terhimpun dalam mengerjakannya. Pengalaman yang panjang ini
menjadi suatu cabang ilmu Pengetahuan. ( lihat Ontologi dan Epistemologi ilmu Pengetahuan moderen dalam Islamisasi Islam, Dr Dawam Rajahrjo)
Karena manusia makhluk berakal, maka
terjadi percepatan antara imaginasi dan pengalaman nyata, menimbulkah suatu
dalil berdasarkan trial and error, setelah disimpulkan baru masuk dalam ranah
ilmu. Ilmu hitung sangat membantu pengalaman ini untuk diperbesar dan
diperluas, atau sebaliknya. Ilmu bisa diterapkan oleh semua orang bila caranya sama akan memunculkan hasil yang harus sama. alias universal.
Jadi sekarang semua hal yang menyangkut kepentingan umum
harus lolos dari rambu rambu ilmu apa
saja yang menyangkut hal yang berkaitan dengan kepentingan umum, walau hanya
sekedar melayani pembelian sepiring kerak telur atau segelas es degan. Paling
tidak ilmu hygeni. Kami dulu waktu masih
SR oleh ibu kami tidak boleh jajan di jalan depan sekolahan kami kerena ibu kami
takut kena disenteria atau typus.
Ada satu persyaratan mempelajari dan mengetrapkan ilmu – yaitu harus jujur – sesederhana itu. Sebab ilmu dan
kejujuran adalah dua muka dari satu mata uang.
Puncak dari kekacauan ini, ditandai oleh seorang Profesor, seorang Begawan Ekononi, yang menjadi Derektur BI menghamburkan uang 7 trilyun rupiah lebih, demi kekuasaan sang boss, yang sudah mengangkatnya jadi kroninya, dengan alasan yang terang benderang ngawur, tanpa malu malu dan tidak merasa bersalah, dia Pofesor lagi. Malah senyum senyum puas sampai sekarang masih bebas dari incaran KPK. Begawan terdahulu malah mbalelo, mau diusut malah lari ke Maslaysia, maunya rakyat senegara disuruh pasrah bongkokan pada Tuannya sambil pamer kepintarannya, maunya selururuh bangsa akan rela hidup dalam penghambaan. Maunya seluruh rakyatnya ya nurut sama dia, biar hamba tapi makmur kilahnya, nular ke anaknya yang jendral, duitnya sangat banyak, tersimpan rapi di Paradise paper, agar bebas pajak kekayaan pengawasan, akan lebih parah lagi. Bapa-anak sangat percaya kepada Amerika Serikat. Mereka sudah buta tuli, tidak menyimak keadaan Negara Phillipina, yang sudah jadi jajahan Amerika Serikat dua abad terkhir ini, Phillipine ikut mengirim pasukan ke Vietnam, lantas sampai sekarang dapat apa ? Kecuali jadi sarang mafia dna bandar narkoba ?
Peperangan, atau ilmu perang adalah ilmu untuk mengungguli,
sebetulnya ini bukan ilmu, tapi hukum mengalahkan, hukum predator baik pemangsa
speciesnya sendiri canibal atau species lain, pasti yang lebih kecil, dia harus lebih besar, titik. (“besar” dalam
jumlah, besar dukungan sesama makhluk yang sama sama sesat, besar dalam hak
yang diakui manusia lain, besar nafsunya, dll…….) Yang pakar dalam ilmu perang, malah kepingin memimpin Negeri ini, sambil memamerkan kebodohannya yang elementer, tidak bisa mengatur anak buahnya. sampai rombongan Presidennya beserta istri istrinya harus jalan kaki 5 km, ke perhelatan upacara hari ulang tahun jawatannya. Dia hanya besar badannya, dan nafsunya... Memang aslinya dia kurang ajar. Jauh dari keksatryaan.
Semua manusia dari segala Bangsa dan Negara, seluruh
Dunia, sudah tahu bahwa tidak ada makhluk bisa besar dari sisi mana saja
kecuali Allah. The God is the Allmighty,
hanya manusia bisa survive, dikawal kesadaran bersatu dalam masyarakat dengan saling menghormati, dan dikawal ilmu, segala ilmu adalah milik Allah, sedangkan kesadaran bersatu
adalah milik manusia. Lha maunya menang sendiri, ngotot lagi, ya bisa jadi kroninya hanya kuda tembem kuda kerdil dari Partai mertua.
Hanya ilmuwan harus tahu falsafah ilmu yang bersangkutan, sehingga bisa menyetel seberapa banyak takaran yang diajarkan di setiap jenjang penguasaannya.
Secara keseluruhan menyesatkan limu dan mempermainkan
ilmu, mencemarinya dengan lepalsuan kebohongan, atas kepentingan satu golongan, yang jauh kebih mudah dilakukaan. Dikurun suatu zaman, dimana masarakat manusia pasti mengalami stagnasi.
Seperti yang sudah dikerjakan para Paus, Orang Suci, agama apa saja zaman pertengahan.
Polisi dunia Amerika Serikat, memutuskan untuk
mengamankan seluruh Asia tenggara berhubungan dengan kegigihan Vietnam pimpinan
Hi Chi Minh, melawan Pemerintahan boneka Nguyen Van Thiu, yang korupt tapi
didukung Amerika Serikat, mengalahkan
peperangan dengan roket darat udara SAM
3, waktu pengeboman Hanoi oleh B 52. Vetnam
Selatan jatuh. Keputusan untuk mencegah dengan segala beaya “domino principle”
merambatnya perlawanan terhadap dominasi AS diseluruh Asia tenggara. Di
Indonesia, kapal induk Belanda, Koningklijke Marine, Karel Doorman, terpaksa balik
kucing, karena Indonesia sudah memiliki pertahanan melawan pemboman, roket
sasaran udara dari darat dan kapal roket, juga pesawat pemburu Mig 17. Sedang
Amerika serikat mempunyai kepentingan lain, di pegunungan Jayawijaya di Papua,
dia pikir lebih baik biar diusir dulu oleh Sukarno, kemudian dengan mudah bisa
dia ambil, benar kan, siasat Mr,Green ini dia diangkat jadi kstrya Inggris oleh Sri Ratu dianugerahi titel "Sir" karena jasanya ? (sektar th 1965 dia Duta Besar AS di Indonesia waktu itu )?
Satu opsi tertinggal untuk segera dilaksanakan,
menjatuhkan Pemerintahan Ir Sukarno, yang hanya didukung oleh Partai pemerintah
NASAKOM. Mengadakan land reform dengan UU pokok agrarian no 5/th 1960, menyisakan
sakit hati dan “kerugian” bagi mereka
yang meng - anschluss (mencaplok, diam diam menguasai) sejak revolusi th 45 dengan kekuatan
lasykarnya a’la Naga Bonar, lahan HGU bekas milik Balanda yang meliputi seluruh
industry gula ada 2 juta Ha tanah pertanian dataran rendah dengan pengairan
kelas satu dan satu juta Ha tanah perkebunan swasta di Jawa dan Sumatra. Hanya
75 % bisa dijadikan BUMN. Yang 25 % jadi milik swasta yang dengan mudah dijual
ke pemilik modal pertama, akhirnya semua modal pertama Republik ini, terutama jatuh dimiliki oleh sembilan naga di Republik Baru ini, golongan yang diluar sistim di Republik baru ini, siapapun yang berkuasa.
Maka cup d’etat militer dipimpin oleh Letnan jendral
Suharto dipicu oleh penghianatan G30 PKI, yang disertai atrocities pada para
petani penerima tanah sekitar pabrik gula, mereka juga harus bertanggung jawab. Menimbukan chaos dan genocide di
akar rumput, karena sengketa tanah pabrik gula, menjadi sangat berhasil menebar terror. Sedang sang jendral sejak semula beselingkuh dengan sembilan naga ini.
Sekutu AS menjatuhkan Sukarno ini KAMMI dan KAPPI menjadi tidak sepenuhnya dapat dikuasai orde militer ini. Tapi dilain sisi Pelajar dan mahasiswa yang ikut menjadi pelopor ke demokrasi, bukan gerakan yang sepenuhnya terkendali oleh Orde Baru. Mereka masih menyisakan idealism ilmu yaitu
kejujuran, seperti Soe Hok Gie dkk, Subchan ZE dkk, George Adhicondro dkk – kemudian tongkat
estafet diterimakan ke Munir dari Gerakan hak Azazi mansia, dan Wiji Thukul dari
seniman dengan banyak kawan kawannya tidak pernah dihitung, yang mati dibunuh.
Ini hanya sekedar gambaran kekuasaan orde baru, dimana ilmu dan budaya dikalahkan
oleh hukum kekuatan. Seperti pepatah mengatakan “Dengan bayonet semua bisa
dibuat, tapi duduk diatas bayonet tidak bisa lama.”
Dengan bayonet
seluruh ilmu diajarkan secara tegesa gesa, untuk meng-kandang-kan
generasi muda. Generasi muda supaya tidak berkeliaran di ranah politik praktis
diluar pola kekuasaan bayonet. Saking tergesa gesanya, memlih nama panggung saja sampai keliru, lelaki pake nama perempuan Orba mestinya disambung dengan ningrat, keliru, malah dengan nama permpuan ...."nigrum" , bukan....."ningrat" - ini baru benar..
Uang ditebar, dana besar
untuk mendirikan perguruan Tinggi Swasta, tumbuh seperti jamur di musim hujan.
Seperti Adam Malik pernah bilang, dinegeri ini semua bisa diatur, maka akreditasi semua Universitas, Akademi, Sekolah Tinggu swasta, bisa diberikan oleh Pemerintah bayonet ini, pokoknya ada gedungnya yang mentereng. Itu saja masih bisa ditawar meskipun hanya pinjam bekas Pabrik Bir di Surabaya, sementara kredit untuk membangun gedung belum keluar - sudah banyak meluluskan S1, terutama dari PNS yang mengambil S1 sesuai dengan pekerjaannya, dan "partisipasinya" menjinakkan birokrat PP&K, bubar karena tidak punya gedung, sedang kreditnya sudah habis amblas, ya mending universitas yang didirikan oleh tokoh king maker jawa Timur, Perguruan Tinginya sampai sekarang masih ada, tapi yang lain, meskipun sudah amblas, ijazah tetap diakui untuk penyesuaian golongan PNS lulusannya, sebab sudah ada akreditasi sejak menerima mahasiswa. Elok to ?
Sebagai ilustrasi bagaimana ordebaru akan mengandangkan generasi muda ini, sayapun
dipakai sebagai dosen dari salah satu Universitas yang didirikan oleh Pak Said Alm, Kolonel Purn AD Ketua Golkar
Propinsi Jawa Timur. Mengajar Budidaya Kopi dan budidaya Kapas, budidaya Kedelai juga Mekanisasi Pertanian dan Kewiraswastaan, laris ya ? Sedang Profesor diangkat oleh Presiden,
profesor yang sudah pensiun dipakai sebagai Rektor beliau seorang Dokter spesialis syaraf dan jiwa
sudah sepuh yang saya hormati. Kredit
tanpa agunan, agunannya ya gedung bertingkat dan lahan Universitas itu,
sebagian di putar di usaha lain yang lebih menguntungkan dan cepat berputar,
gedung megah dan besar tetap berdiri. Setiap semester saya dipanggil untuk
pengabdian mengajar bersama dengan PNS dari Depertemen Perrtanian Propinsi Jawa Timur yang lain. Karena saya pegawai
swasta, ada kaitannya dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan yang saya nunuti.
Kebetulan saya memang sudah mendapat derajad Master/S2, jadi ya klop saja, tapi
kolega saya masih S1, pada mengambil S2
dan S3 atas beaya Fakultas. Saya satu mata pelajaran diupah 60 000 rupiah per
bulan, dinaikkan hingga 80 000 per bulan, memang kerjanya kan hanya seminggu
sekali ?
Sebelum retired memang
tidak terasa, lebih murah dari tukang batu.
Harga solar waktu itu dari Rp 350 rupiah per liter hingga
bertahun tahun kemudian naik menjadi 6000 rupiah per liter, saya ndak mengajar
lagi. mosok suruh nombok ?
Baru dari pengalaman ini, saya tahu seluk beluk pendirian Perguruan Tinggi
swasta, sedangkan menurut Dekan saya yang mengerti urusan dalam penyelenggaraan
adminsitrasi Perguruan Tinggi umunya di Indonesia. Yang berkuasa mutlak
adalah Pendiri Yayasan, malah juga pegawai kecil yang dalam posisi memegang uang, karena sanak pendiri yayasan dan umumnya mereka menggunakan uang
masuk seenak perutnya sendiri. Termasuk yang memakai nama founding Father Republik ini, Meskipun Yayasan Lembaga Pendidikan tinggi di jakarta dipimpin oleh putri Pembaca Proklamasi, disitu jangan bicara perkara honor Pengajar, hanya ditentukan pegawai yayasan yang or.ba, yang punya bakat alami bukan main catur saja, tapi juga tahu gunanya tumpukan uang yang bisa disambar. Tragis, sangat jauh dari perjuangan Taman Siswa, meskipun hanya di level SD dan SMP saja di zaman penjajahan, tapi tidak ada orba waktu itu.
Juga peraturan yang aneh aneh terhadap mahasiswa baru. Yayasan ini menentukan apakah dia mendapat
izin mendirikan Fakultas Kedokteran yang padat modal apa tidak ? Dan memang
sesungguhnya semuanya serba membayar
mahal seperti jam bicara seorang dokter spesialis ilmu ini kepada clientnya/pasiennya, menyangkut nyawanya. Begitu pula
segala praktikum anatomi. fisiologi, pathologi, klinik, semua menyangkut nyawa
manusia, jadi Yayasan tidak berani main main.
Dengan situasi ini sang Dekan Fakultas Pertanian harus
menjaga mutu ilmu yang diajarkan. Saya jadi trenyuh, saya bantu dia sekuat tenaga, tanyakan sama bekas mahasiwa saya yang saya bimbing. Untuk bimbingan skripsi, saya selalu pembimbing kedua, yang harus membimbing logika si murid, sebab pembimbing pertama selalu dosen dari perguruan Tinggi Negeri, meskipun jauh lebih muda dari saya dan, kurang dalam erudisi bacaan, boro boro membimbing, pendalaman ilmunya dan falsafah ilmunya saja dipetanyakan, biasa selalu mengetengahkan otoritasnya, sangat memuakkan. Kebetulan pekerjaan saya termasuk mengadakan kontak dengan semua Lembaga Penelitian Pertanian di wiayah saya, meliputi Sulawesi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan NTB, dan NTT, kelebihan ini saya pergunakan baik baik untuk orientasi judul Penelitian tingkat SI, Saya sendiri mengadakan percobaan efikasi hama dan penyakit tumbuhan terhadap product product pestisida yang dibuat oleh Pabrik Pestisida yang menggaji saya.
Makanya semua Perguruan Tinggi, Akademi, Sekolah tinggi
swasta adalah mengenai ilmu Sosial.
Karena tidak perlu praktikum yang memerlukan laboratorium laboratorium yang
harus dipimpin oleh seorang ahli yang benar benar trampil dan menguasai theori
dan praktek. Kebetulan saya mengajar Mekanisasi Pertanian. Kami tidak punya
bahkan satu lemari pun untuk menyimpan alat dan poster keselamatan kerja. Dasar,
Begitulah hasil akal akalan Ordebaru meng-kandang-kan generasi mudanya. Memperlakukan Lembaga Pendidikan Ilmu secara serampangan, membuta tuli dengan segala akal akalan mengajarkan ilmu pengetahuan. Zaman
teformasi yang sudah hampir 25 tahun memetik akibatnya.
Bagaimana tidak, lembaga Pendidikan Tinggi yang semua
diakui Negara ini, untuk menjaring uang kuliah mahasiswa juga menerima pegawai yang
lulusan SMA/SMU, hampir semua PNS, karena jenjang keatas masih terbuka bagi
yang bisa meraih ijazah S1 atau S2 dari Lembaga Pendidikan Tinggi yang diakui
Pemerintah, semula mesti saja pemerintah orde baru, sesudah itu ya Pemerintah
Orde Reformasi.
Mereka yang beramai ramai menggunakan kesempatan ini
dengan cara apapun seperti kebiasaan masyarakat kita kini, akan mendapat posisi
Pimpinan dari Jawatannya, juga menurut peraturan kenaikan pangkat dan golongan PNS, namanya penyesuaian, bisa beli pada Bupatinya
kalok di Klaten, anda yakin cuma disitu saja ?
Disinilah saya mengerti betul, akibat ilmu yang
dipelajari segara srampangan, tidak mengherankan banyak bangunan yang sedang dikerjakan ambrol, LLAJR malah jadi backhoe (baca bego) jalan raya sepanjang jalan negara - ndak ada
batas berat kendaraan, di jembatan itu saling mendahului juga) makanya jembatan Widang ambrol. supir truck berat 30 ton. Konon d Amerika saja ada aturan OWS ( overweight surcharge yang mahal, saling mendahului di badan Jembatan CH (CALENDAR HAMILTON pada titik tertentu tekanan gandar jadi 60 ton, ya supir kan hanya lulusan SD, ngertinya ngejar setoran.
Penyangga cor beton overpass jalan tol di Sulut runtuh, pipa baja scaffolding itu dicampur scaffolding dari lembaran drum yang
digulung jadi pipa kayak gagang pengepel lantai, komentar abturien Fakultas Tknik sipil sekaran: "kan scaffolding itu tidak boleh mengusung beban ?" - lha kok dipasang nggo apa le ? sewanya jauh lebih murah, bisa
di mark up lagi, siapa peduli, dasar !, atau kesalahan dalan cara melepaskan scafolding, https://www.scribd.com/document/325576704/Prosedur-Pemasangan-Dan-Pembongkaran-Scaffolding Ini tidak boleh di down load, mesti bayar, tapi menyebutkan scaffolding dibongkar dari tengah, qoute "supaya moment beban dari sedikit disangga oleh pilar".unquote
Kalok perkara jembatan, yang disangga hanya dari dua sisi, kayaknya bisa disalah artikan oleh mereka yang belajar sendiri, ndak pernak ikut kulaih, coba pikir, bila jembatan atau flypass disangga scaffolding, terus dibongkar scaffoldingnya dari tengah, kan jadi disangga oleh badan jembatan itu sendiri makin ke pinggir makin panjang dan momentnya jadi makin lebih besar. Lha kalok dibongka scaffoldongnya dari pinggir bagian jembatan yang ditengah kedua ujungnya kan masih disangga scaffolding, ujung yang dilepas scaffodingnya, disangga oleh pilar di sisi pinggir to, semakin panjang, tapi masih diangga dikedua ujungnya ? Jadi bila dibongkar makin ketengah kedua ujungnya masih disangga di dua tempat, scaffolding dan pilar, kalok yang ini meskipun saya orang pertanian ya ngerti, momentnya lebih kecil, karena dibagi kepada keempat ujungnya.
Konon menurut sarjana teknik sipil senior, alm. Ir Gunanto, Murid Prof Antono dan Prof. Sunarjo dari GAMA, Guru Besar ini sedikit dibawah contemporernya Prof Johannes, Prof Hardjoso, harus dimulai dari dua sisi di kedua ujung bersamaan, yang dekat dengan pilar penyangga, (meskipun betonnya sudah kering , yang ini sub contraktor atau pengawas tidak waspada, disepelekan diserahkan pada Mandor, ditinggal mblayang. Konon kecelakaan ini sering terjadi juga di tempat lain (di Surabaya juga pernah, dekat Mer sana ). Ini ilmu teknik yang harus didapat waktu kuliah atau waktu sekolah, bila gurunya memang matang, bukan srampangan. Sekenanya saja, ya mesti disinggung, wanti wanti sambil bercanda, setengah mengejek. Iya kalok si mahasiswa PNS, merangkap sebagai mahasisa - mau hadir di kuliah, lha mereka kan sering mbolos kuliah, hanya nyari ijazah thok ?
Gedung
bertingkat sudah berdiri harus diruntuhkan,
rangka baja bangunan yang dipuji
sangat airy, indah, ramping, untuk atap pabrik/galangan kapal runtuh karena rencananya dibuat oleh
putra sang direktur, kan BUMN semua Korpri, semua ya bungkam. gelar
Doktor dari seorang dokter ternyata dari Intitute Pertanian seperti Direktur Rumah
Sakit Jl Permata Hijau yang lagi diadili karena menyembunyikan buron KPK, kakap siluman, di ICUnya, gelarnya doktor
sarjana S 3 Pertanian. ( goolge, kata kunci biodata Dr, Bimanesh) Sarjana S2 Pertanian mendapat gelar S3 dari
Fakultas Kedoktern tentang Microbiology dari satu diantara dua yang tertua di Indonesia ex NIAS. Malah si
doctor jadi Rektor di Universitas Gresik.Ya boleh boleh saja, wong sudah berani
bayar ongkosnya. Kok ya bisa menelan-nya sang promomotor yang mestinya Profesor
ilmu Kedokteran, apa sudah segitunya kurang kerjaan ?
Tapi apa guna desertasinya bagi kelanjutan perkembangan khazanah
Ilmu yang digeluti di Fakultas Fakultas itu ? Apa nyambung ? Bila dipaksakan nyambung ya bisa saja - tapi apa relevansinya membuang tenaga dan beaya ? Hanya untuk selembar ijazah si Doktor yang moralnya dipertanyakan?
Baru tahu besarnya bencana yang ditimbulkan belakangan
setelah semua ilmu ilmu ini di runtuhkan martabatnya dengan cara srampangan
dipelajari dan diajarkan hanya untuk memperoleh ijazah ? Disatu sisi, dan disisi lain memberi kandang pada generasi
muda, polanya ordebau ? . Sekarang tahun ajaran ini, 2917/2018 konon ujian SMU/SMK di naikkan tingkat kusulitannya - lho kok kesulitannya kayak teka teki silang, mestinya kan keluasan jangkauan ilmunya, mutunya. dan yang penting mutu mengajarkannya - sebab ilmu itu ada patokannya yang sudah pasti, pengajarnya harus mengerti dulu falsafah ilmunya - baru disusul dengan detail yang sekira diperlukan - seperti pelajaran bagi Bidan dan bagi Bagi Dokter, atau pelajaran bagi SMK teknik dengan Serjan Taknik, tidak beda tapi berjenjang, kemudian ditanyakan dalam ujian, o, o, dasar ~ *)