sPENGGANTIAN DIREKTUR BULOG DENGAN JENDRAL POLISI
BUDI WASESO.
Petani padi seluruh Indonesia sudah kenal dengan polah
tingkah Dolog di daerah Kabupaten dan Bulog di Propinsi.
Di Pusat, petani tidak tahu, tapi pasar beras Nesional
menyangkut putaran uang trilyunan dalam satu tahun anggaran itu semua orang
tahu.
Dulu zaman pemerintahan jendral Suharto orde baru ,
permainan dimulai dari atas, didukung secara kompak oleh cabang cabang Dolog
(Depo Logistik) seluruh Indonesia, dikemudikan oleh Let Jen Bustanul Arifin –
yang merupakan kapling ganimah dari
KAMMI sayap islam dalam
menjatuhkan Pemerintahan bung Karno. Dari situ, sistim pembelian gabah
dan beras dari petani kecil telah berstruktur berjenjang dari tengkulak gabah
di desa desa yang juga punya mesin slijp gabah, ke tengkulak beras seterusnya memasoknya
ke Dolog di Kabupaten. dengan kualitas beras yang ditentukan harga dasarnya juga sudah ditetapkan.
Sistim itu tidak bisa langsung bermanfaat bagi petani
kecil karena Dolog tidak membeli gabah atau beras berjumlah kuintalan melainkan
minimum puluha ton, biasanya pemasok Dolog menjual langsung ke Dolog Kabupaten,
dalam jumlah besar. Bisa dimaklumi, karena faktanya petani kecil hanya bisa
menyediakan beras beberapa kwintal saja. Biasanya gabah sudah diborong oleh pemilik
selijp- an langsung – mereka ini dimodali oleh tengkulak di Kecamatannya.
Hubungan antara tengkulak gabah dan tengkulak beras setingkat lebih tinggi
tidak dibatasi wilayah administrasi pemerintahan tapi pada jarak tengkulak gabah
dan tenkulak beras. Dari tengkulak beras di kecamatan kecamatan ini beras
mengalir ke tengkulak beras tingkat kebupaten yang mempunyai hubungan terjaga
rapi dengan Dolog setempat. Semula uang pembelian beras didrop oleh Bulog, ke
Dolog, tidak beberapa lama tanpa drop drop uang dari Dolog, tengkulak beraspun mampu
mengadakan pembelian gabah dari petani, tetap
lancar kerena setiap tingkat transaksi selau mendapat keumtungan, dari selisih
dengan harga dasar beras yang ditentukan oleh Pemerintah. Dari situasi jenjang perdagangan
ini ditambah dengan kadaan cuaca yang mendung berminggu minggu, menjadikan
petani yang menanam padi varietas yang rontog, ( kebanyakan cultivar unggul
yang sekarang jadi vaforit) menjadi petani sangat rentan, lemah posisi
tawarnya, sebab bila menunggu kualitas kering sawah saja sudah banyak yang
rontog. Pemborong gabah, adalah mereka yang mempunyai alat pengering. Yaitu
lapangan yang disemen atau oven pengering, itupun perlu prosede teknologi. Disini. di
level petani sampai ke Dolog, sangat perlu pembenahan yang tidak terlalu
menekan petani, pembenahan yang yang “holistic” sebab sekarang sudah tidak ada
lagi subsidi pestisida, hanya sunsidi pupuk yang sangat tidak bisa
diharapkan seberapa jauh bisa dinikmati
oleh yang berkepentingan jaitu penanam padi. artinya bila subsidi untuk tanaman
padi milik metani kecil. ya harus sampai sasarannya, sebab sasaran ini sangat
lemah dan selalu kalah karena trauma tempo hari 53 -54 tahun yang lalutahun1965. Sampai
ke seleksi cultivar padi kearah panen yang lebih tahan rontog atau sedikit saja kerotogannya.
Sedangkan reaksi Pak jendral Polisi dengan jajarannya,
saya telah mendengar di TV, ditekankan pada distribusi beras yang sudah parah
dibebani keuntungan yang diambil oleh kartel gelap-terang rantai distribusi dan
kebebasan dagang a’la kapitalis. Agama Islam juga melarang adanya ihtikar/ penimbunan
pangan atau membuat langka beras/pangan, untuk mendongkrak harga beras/pangan
eceran. Jadi MUI harus tegas bagaimana sikapnya terhadap ulah para kroni dan
kartel ini, umpama PT IBU Bakasi, dengan pembela pokrol pokrolnya. KEPUTUSAN LANGKAH YANG BRILYAN, BULOG PAK BUDI WASESO AKAN MENJUAL ECERAN BERAS KEMASAN HIGGA 1 KG, DENGAN BAR CODE, DAN SEGEL ANTI PEMLSUAN, DENGAN HARGA ECERAN SESUAI DENGAN KETENTUAN PEMERINTAH, JADI SEBANGSA PT IBU BISA KUKUT (TV TG 9/5/2018) BRAVO PAK POLISI !
Lacak semua jaringan mulai dari tengkulak gabah, tengkula beras di kecamatan/desa, tengkulak beras di kota kota kecamatan dan kota kabupaten, yang telah berhasil membuat gudang penimbunan dimana mana, juga deretan ruko kosong ta ada yang punya tapi tanpa menghuni selain centeng para pencoleng biasa memakainya untuk gudang, rumah sederhana satu komplek, bahkan gudang dengan pendingin juga tersembunyi dimana mana. Yang mestinya jajaran polisi paling mudah mencarinya, asal tidak terjerat rantai emas mereka. Sebab tanpa bermaksud untuk merendahkan korps pak Jendral Polisi Budi Waseso, bukan rahasia lagi, jajaran di tingkat kecamatan dan desa ini sudah disusupi oknum calon siswa pendidikan kedinasan apa saja yang waktu ujian masuk pendidikan kedinasannya, keluarga si calon telah menjual sapi kerbau bahkan sawah, tentu saja selama dinasnya ya mencari kembali modalnya. Semoga rakyat desa/kampong pak Lurah Pak RT pak RW, cukup sadar dan berani untuk mengamankan melapor polisi bahwa diantara huniannya ada rumah berpagar tinggi, pintu rapat dikunci, gudang menyortiran dan penyimpanan beras atau bahan pangan seperti cabe dan bawang merah maupun bawang putih hanya untuk upaya ihtikar operasi kartel gelap, itu semua diluar hukum Negara, tidak peduli si empunya sahabat para pejabat daerah situ, karena mereka mampu membayar tinggi para pekerja penduduk kampong/desa yang digunakan. Mereka penjahat pengacau ekonomi, untuk kepentingannya sendiri, ujung ujungnya rmebuat susah orang banyak*)
Lacak semua jaringan mulai dari tengkulak gabah, tengkula beras di kecamatan/desa, tengkulak beras di kota kota kecamatan dan kota kabupaten, yang telah berhasil membuat gudang penimbunan dimana mana, juga deretan ruko kosong ta ada yang punya tapi tanpa menghuni selain centeng para pencoleng biasa memakainya untuk gudang, rumah sederhana satu komplek, bahkan gudang dengan pendingin juga tersembunyi dimana mana. Yang mestinya jajaran polisi paling mudah mencarinya, asal tidak terjerat rantai emas mereka. Sebab tanpa bermaksud untuk merendahkan korps pak Jendral Polisi Budi Waseso, bukan rahasia lagi, jajaran di tingkat kecamatan dan desa ini sudah disusupi oknum calon siswa pendidikan kedinasan apa saja yang waktu ujian masuk pendidikan kedinasannya, keluarga si calon telah menjual sapi kerbau bahkan sawah, tentu saja selama dinasnya ya mencari kembali modalnya. Semoga rakyat desa/kampong pak Lurah Pak RT pak RW, cukup sadar dan berani untuk mengamankan melapor polisi bahwa diantara huniannya ada rumah berpagar tinggi, pintu rapat dikunci, gudang menyortiran dan penyimpanan beras atau bahan pangan seperti cabe dan bawang merah maupun bawang putih hanya untuk upaya ihtikar operasi kartel gelap, itu semua diluar hukum Negara, tidak peduli si empunya sahabat para pejabat daerah situ, karena mereka mampu membayar tinggi para pekerja penduduk kampong/desa yang digunakan. Mereka penjahat pengacau ekonomi, untuk kepentingannya sendiri, ujung ujungnya rmebuat susah orang banyak*)
0 comments:
Posting Komentar