Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Senin, 30 April 2018

PENGGANTIAN DIREKTUR BULOG DENGAN JENDRAL POLISI

sPENGGANTIAN DIREKTUR BULOG DENGAN JENDRAL POLISI

BUDI WASESO.

Petani padi seluruh Indonesia sudah kenal dengan polah tingkah Dolog di daerah Kabupaten dan Bulog di Propinsi.
Di Pusat, petani tidak tahu, tapi pasar beras Nesional menyangkut putaran uang trilyunan dalam satu tahun anggaran itu semua orang tahu.
Dulu zaman pemerintahan jendral Suharto orde baru , permainan dimulai dari atas, didukung secara kompak oleh cabang cabang Dolog (Depo Logistik) seluruh Indonesia, dikemudikan oleh Let Jen Bustanul Arifin – yang merupakan kapling ganimah dari  KAMMI sayap islam dalam  menjatuhkan Pemerintahan bung Karno. Dari situ, sistim pembelian gabah dan beras dari petani kecil telah berstruktur berjenjang dari tengkulak gabah di desa desa yang juga punya mesin slijp gabah, ke tengkulak beras seterusnya  memasoknya ke Dolog di Kabupaten. dengan kualitas beras yang ditentukan  harga dasarnya juga sudah ditetapkan.
Sistim itu tidak bisa langsung bermanfaat bagi petani kecil karena Dolog tidak membeli gabah atau beras berjumlah kuintalan melainkan minimum puluha ton, biasanya pemasok Dolog menjual langsung ke Dolog Kabupaten, dalam jumlah besar. Bisa dimaklumi, karena faktanya petani kecil hanya bisa menyediakan beras beberapa kwintal saja. Biasanya gabah sudah diborong oleh pemilik selijp- an langsung – mereka ini dimodali oleh tengkulak di Kecamatannya. Hubungan antara tengkulak gabah dan tengkulak beras setingkat lebih tinggi tidak dibatasi wilayah administrasi pemerintahan tapi pada jarak tengkulak gabah dan tenkulak beras. Dari tengkulak beras di kecamatan kecamatan ini beras mengalir ke tengkulak beras tingkat kebupaten yang mempunyai hubungan terjaga rapi dengan Dolog setempat. Semula uang pembelian beras didrop oleh Bulog, ke Dolog, tidak beberapa lama tanpa drop drop uang dari Dolog, tengkulak beraspun mampu mengadakan pembelian gabah dari petani,  tetap lancar kerena setiap tingkat transaksi selau mendapat keumtungan, dari selisih dengan harga dasar beras yang ditentukan oleh Pemerintah. Dari situasi jenjang perdagangan ini ditambah dengan kadaan cuaca yang mendung berminggu minggu, menjadikan petani yang menanam padi varietas yang rontog, ( kebanyakan cultivar unggul yang sekarang jadi vaforit) menjadi petani sangat rentan, lemah posisi tawarnya, sebab bila menunggu kualitas kering sawah saja sudah banyak yang rontog. Pemborong gabah, adalah mereka yang mempunyai alat pengering. Yaitu lapangan yang disemen atau oven pengering,  itupun perlu prosede teknologi. Disini. di level petani sampai ke Dolog, sangat perlu pembenahan yang tidak terlalu menekan petani, pembenahan yang yang “holistic” sebab sekarang sudah tidak ada lagi subsidi pestisida, hanya sunsidi pupuk yang sangat tidak bisa diharapkan  seberapa jauh bisa dinikmati oleh yang berkepentingan jaitu penanam padi. artinya bila subsidi untuk tanaman padi milik metani kecil. ya harus sampai sasarannya, sebab sasaran ini sangat lemah dan selalu kalah karena trauma tempo hari 53 -54 tahun yang lalutahun1965. Sampai ke seleksi cultivar padi kearah panen yang lebih tahan  rontog atau sedikit saja kerotogannya.
Sedangkan reaksi Pak jendral Polisi dengan jajarannya, saya telah mendengar di TV, ditekankan pada distribusi beras yang sudah parah dibebani keuntungan yang diambil oleh kartel gelap-terang rantai distribusi dan kebebasan dagang a’la kapitalis. Agama Islam juga melarang adanya ihtikar/ penimbunan pangan atau membuat langka beras/pangan, untuk mendongkrak harga beras/pangan eceran. Jadi MUI harus tegas bagaimana sikapnya terhadap ulah para kroni dan kartel ini, umpama PT IBU Bakasi, dengan pembela pokrol pokrolnya. KEPUTUSAN  LANGKAH YANG BRILYAN, BULOG PAK BUDI WASESO  AKAN MENJUAL ECERAN BERAS KEMASAN HIGGA 1 KG, DENGAN BAR CODE, DAN SEGEL ANTI PEMLSUAN, DENGAN HARGA ECERAN SESUAI DENGAN KETENTUAN PEMERINTAH, JADI SEBANGSA PT IBU BISA KUKUT  (TV TG 9/5/2018) BRAVO PAK POLISI ! 
Lacak semua jaringan  mulai dari tengkulak gabah, tengkula beras di kecamatan/desa, tengkulak beras di kota kota kecamatan dan kota kabupaten, yang telah berhasil membuat gudang penimbunan dimana mana, juga deretan ruko kosong ta ada yang punya tapi tanpa menghuni selain centeng para pencoleng biasa memakainya untuk gudang, rumah sederhana satu komplek, bahkan gudang  dengan pendingin juga tersembunyi dimana mana. Yang mestinya jajaran polisi paling mudah mencarinya, asal tidak terjerat rantai emas mereka. Sebab tanpa bermaksud untuk merendahkan korps pak Jendral Polisi Budi Waseso, bukan rahasia lagi, jajaran di tingkat kecamatan dan desa ini sudah disusupi oknum calon siswa pendidikan kedinasan apa saja yang waktu ujian masuk pendidikan kedinasannya,  keluarga si calon telah menjual sapi  kerbau bahkan sawah, tentu saja selama dinasnya ya mencari kembali modalnya. Semoga rakyat desa/kampong pak Lurah Pak RT pak RW, cukup sadar dan berani untuk mengamankan melapor polisi bahwa diantara huniannya ada rumah berpagar tinggi, pintu rapat dikunci, gudang menyortiran dan penyimpanan beras atau bahan pangan seperti cabe dan bawang merah maupun bawang putih hanya untuk upaya ihtikar operasi kartel gelap, itu semua diluar hukum Negara, tidak peduli si empunya sahabat para pejabat daerah situ, karena mereka mampu membayar tinggi para pekerja penduduk kampong/desa yang digunakan. Mereka penjahat pengacau ekonomi, untuk kepentingannya sendiri, ujung ujungnya rmebuat susah orang banyak*)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More