Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 12 September 2018

gantinya postingan TG 27/10/2017 yang hiang BANGSAKU TUMBUH DALAM ZAMAN..........

 BANGSAKU TUMBUH  DALAM SUASANA ZAMAN YANG SANGAT SULIT  DAN GAWAT.
                
                Banyak bengsa bangsa di dunia, sepanjang  zaman
 timbul dan tenggelam, ada yang mampu  bertahan 
               lama  berabad abad, ada  yang lahir, karena terlalu
               menggoncangkan lngkungan keseimbangan

kekuasaan yang ada, lantas mati muda,tercekik oleh kepentingan tetangga bangsa. 

Ada yang berubah bentuk oleh    faktor faktor kekuatan luar, ada yang hanya jadi boneka permainan bangsa lain. Ada bangsa lain yang mengerti, hukum pekembangan ini dibalik, menahan diri berpura pura lapar selama musim semi. Untuk menang satu abad lagi.

 Watak warga manusia  yang belaku lama sekali: Naluri sampai kini "Jangan biarkan tetanggamu menjadi kuat karena kenyang”
Bangsaku lahir dengan satu pusaka. Yang ditemukan dari darahnya, yaitu “Panca sila”. Pusaka yang sangat diperlukan untuk menyatukan berbangsa, bersuku berpuak. beragama,yang kenyataannya plural, dan tumbuh dengan tingkat yang berbeda beda. Banyak bajingannya yang tersisa. dari zaman lampau, zaman penjajahan belanda, politik dinasti.
Pusaka yang bukan mistis, bukan diambil dari legenda, tapi pusaka yang ada, dalan darah daging BANGSA,  tertimbun oleh penderitaan yang lama, oleh penjajah dan oleh beda beda pengaruh   budaya dunia ?
Pusaka keris dalam bahasa  jawa tinggi, danamakan "curigo", yang bersarung “warongko” atau “rongko",
 sarung keris, dirangkai  diukir dengan kekayaan budaya, lingkungan yang berbeda beda.deseluruh  Nusantara. Malah ada kata kunci jawa: bangsa ini bisa jaya, pabila sarung pusaka keris pusaka, [Panca sila kita] bisa “masuk”, larut dalam bilah baja / Pancasila - kedalamnya  curigo pusaka.  
Bagaimana bisa –  “warOngkO manjing curigO” ?   ( kata kunci boso jowo).
Baru saya sadari, yang dimaksudkan dengan warongko atau rongko ini, adalah lingkungan hidup, ialah ciri bathiniyah dan lahiriyah masyarakat kita,
Lingkungan sosial kita, masyarkat Indonesia, sekarang dipelajari dengan ilmu Sosiologi. Telah dicanangkan oleh putra bangsa ini,  dengan “Sosiologi profetik” oleh Dr. Kuntowijoyo alm. sosok ahli sosiologi, dari sisi islami. Sesudah melewati kajian ilmu kemasyarakatan yang panjang dan rinci, disimpulkan bahwa meng-ilmu-kan islam, adalah melarutkannya dalam ilmu sosiolgi profetik, atau “sosiologi kenabian”. Dalam arti  menambahkan dalam kesadaran manusia, menurut uraian ilmu sosiologi, dengan  dasar pemkiran moderen jaitu Ontologi dan Epistemologi. berkerangka yang berkembang dari  paradigma “mitos kuno” di gunakan maryarakat hanya dengan taklid saja,, ke-kesadaran “mitos baru” telah mengganti,  artinya juga digunakan dengan taklid  tapi memakai sedikit akal pikiran- yang diberi rangka fislafah Junani, pikir mengalir deras kesamudra kesadaran ideology, paradigma baru bagi sosiologi  dengan  menerima “kesadaran ilmu” baru terjadi sekarang – kesadaran ilmu ini dilengkapi dengan “wahyu illahi” yang oleh Dr. Kuntowijoyo adalah rangka pemikiran, penghayatan hubungan timbal balik Illahiyah untuk menyadari “ilmu sosiologi profetik”. 
Artinya manusia, seyogyanya merunuti jalan pikiran   memanusiakan manusia – mengadakan pembebasan dari kungkungan teladan lama Sangat mengherankan, ada artikel di google, mengenai  pertentangan sunni vs syi'ah,  tulisannya bagus puaanjang sekali dengan segenap argument bahasa Arab,  yang memberi komentar ada 240 tulisan juga panjang dan mengambil contoh nukilan dari Hadist juga, ternyata para penyanggah dan pendukung tulisan ini, anggapannya ya ini sebenar benarnya ilmu - hanya tumpukan gunung hujjah mempertahankan suatu dinasti dalam sejarah yang lalu lima abad.
Menciptakan perubahan yang mendasar dalam menjalani praktek hidup keseharian manusia  - meskipun teknologi mengadakan apapun yang dibutuhkan, dengan harga.  Makanya  harus didasari azas rakhman dan rakhim,  menandingi "harga" - dengan nilai -membumbung naik - transendensi kearah  tataran  rasa yang lebih tinggi, syuku syukur sadar menjadi teladan  menghadirkan Allah, disetiap langkah, tentu saja bukan dengan cara islam saja,  tapi dalam sila pertama dari Pancasila, mengajak kita semua, untuk menjadikan masing masing rakhmatan lil alamin ---bukan lil-bangsa sendiri, lil suku sendiri, lil puak sendiri thok. Seperti yang mementingkan si-pemakan burger –tukang pamer susu -pemegang uang US dollar thok, dikira cuma mereka yang mahakuasa.  Bila kita mau rupiah tabungan anak cucu kita, sama berharqanya dengan uang mereka, wanita kita sama cantiknya dengan wania mereka. Nomer satu harus ada kemadirian pangan. baru kemandirian yang lain..............
Ibu saya masih berkebaya pakai kuthu baru, sang waranggono bheksa dadanya ngglatik mungub, wanita Bali biasa gitu dirumah, dipasar, di yeh sanih, yeh ranu – malah orang lain sesama bangsa yang marah.  Orang Bali tahu, harkat sang Dewi-pengemban jabang bayi mulai di rahimnya, di kandungannya - langsung dikendalikan oleh Yang Maha Pencipta, melalui suluruh raganya ( aurot) kecuali bola mata dan telapak tangan untuk kerja – hormatilah ----jadilah sang kama dengan N chromosome bisa menjelma jadi manusia – 2N cromosome harus dijunjung tinggi dihormati, dikagumi  dengan khidmat - bukan alat promosi,  pemuas nafsu ragawi. untuk praktisnya supaya bisa ditonton tanpa repot repot buka tutup mereka promosikan ke-seluruh budaya manusia....... kissing ........ untuk mudahnya bikin film.......... ditiru orqng sedunia maunya.           

 Yang lain enggelar dalih, mengajak dunia berperang, bercitra diri suci,  dengan tengara simbul gamish dan burqah, untuk memisah, memecah belah, hanya mereka sendiri yang kaffah, yang lain sampah. Boleh saja, asal yang lain juga sesama umat Allah, tidak dipandang rendah, pantang diperangi mengincar berkah. 
Orang lain dibujuk, kudapan dicampur hashish,  disambung amaliah ngebom bunuh diri, demi tanahnya yang kaya minyak bumi,  yang bagiannya makin dukurangi, dia licik, orang lain disuruh mati, dia hanya menjual hujjah. Ujung ujungnya saling membunuhi, maunya  menyertakan manusia seluruh dunia, untuk membelanya ......ndak janji untuk apa setelah dibela..... ikut mati percuma ?.  
Maka rangka, warongko yang artinya sarung pusaka Pancasila kita. Akan jadi penangkal segala goda, bila bisa masuk melarut kedalam bilah baja sang pusaka.
       
Baru ketemu kata kunci manusia jawa untuk
mengembalian kejayaan bangsa :_” warongko 
manjing  curigo” pusaka Pancasila kita. Lho kok bisa ?? 
Kan sudah diajarkan ilmu Sosiologi profetik ? Perlu 
berdaya menyatukan bangsa ini bekerja keras untuk 
bertransformasi menjadi rakhmatan lil alamin. Tidak 
usah menunggu fatwa MUI, sukur bisa dimengerti wong Abah Ma'ruf sudah jadi calon wapres. Tapi ini ranah sosiologi.
Karena banyak karya menunggu, tidak bisa berlama 
lama, laku  puasa dan beramal jariah, mesti juga  berdaya mengembalikan modal pertama kami, untuk mencari nafkah, sawah pertanian rawa, kedaulatan pangan bangsa dan dunia dari ihtikar kaum jahudi timur dan china narat istilahnya cak Nun.
Yang sudah dirintis guru kakek moyang kami Sunan Kalijogo, seluruh masa mudanya bekerja mengukur dasar rawa Demak Bintoro, untuk menyulapnya jadi persawahan yang subur - dasar landasan kesultanan Demak Bintoro. Wali Jowo mengerti, pujo adalah do'a/dongo yang disertai dengan sego untuk kawulo. Sekarang Bulog kan dijaga Jendral Polisi to ?
Ingatlah dunia sudah mengalami bencana pemanasan global. Disusul dengan kekeringan global dan kebakaran hutan besar besaran, persediaan pangan bakal semakin kurang. Penyediaan pangan saban tahun juga menyusut banyak.
Ada ramalan cuaca extreme, bisa terjadi konversi udara global dengan membawa pendinginan dari kosmos:  Karean kutub kutub es mencair, udara lembab dan panas naik bersinggungan dengan ruang kosmos yang tak terukur dinginnya. Disusul dengan hujan salju menutup tebal dan lama wilayah sub tropika secara tiba tiba, ditanah orang kaya, pusat kapitalisme dunia. didahului oleh kebakaran hutan yang masif, disusul dengan tanaman pangan hancur, puso, padang rumput kering.
Dari sekarang harus ada upaya bersama oleh seluruh manusia, dari seluruh dunia mencegah efek rumah kaca, mananami lahan terabaikan, terbuang, padahal diasana air ada, cahaya matahari ada, kehangatan tropis ada, lahan rawa dangkal tropika, di pulau pulau besar kita, dengan cepat bisa jadi sawah dan sarana angkutan  lewat saluran pematus dan pengisi, dilewati perahu lunas datar, berbaling baling kipas angin, didorong tangan, atau  dayung mesin ( transport ini yang diperlukan hanya mesin dongfeng  hingga mesin besar 30 pk  untuk memutar baling baling angin dari kayu, hovercraft  butuh ratusan pk yang mampu menyeberangi selat Channel muat ratusan penumpang menggeleser sampa ke darat- versi canggih dari baling baling kipas angin, coba bandingkan dengan jalan raya yang sulit dibangun dtengah rawa luas dan berlipat lipat mahalnya, dan harga transportasi ini puluhan kali lebih mahal, transportasi darat, sulit menggunakan bahan alami/ kayu dari hutan kita,atau aluminium, padahal untuk perahu perahu OK saja, bahkan lapangan terbang air kayak di Canada. Karena dari dulu orang takut, rawa adalah sarang malaria sudah ada pemunah jentik nyamuk malaria, kimiawi maupun biologis, pembasmi Plasmodium in vivo yang lebih aman dari quinine, dan lain penyakit  juga parasit badan manusia, sarang anaconda dan ular sanca raksasa, lintah dan pacet, Itu duluuu. 
Ini ditanganmu bangsa Indonesia !!!!! Jadi anda andalah orang yang harus bekerja bekerja dan bekerja, untuk menyediakan pangan manusia, sedunia. Baru rupiah bebas dari tidasan dollar  Amerika,,,,, ngerti ?
Kita bangun negeri ini insya Allah tanpa kamu kamu .novamoharbudidanupolimartalibob.....semua maling, belum pembunuh ibu sendiri dan kroninya yang masih cengengesan
Suroro diro jayaningrat, lebur dening pengastuti" sulih nama dari USdollar Sura diro jayaningrat lebur dening pangastuti, amiiiin - itu ternyata uang USdollar yang kuatnya karena menjajah uang sedunia, disindir orang jawa......... rupiah tabungan kita yang dicuri dari kursnya yang turun terus terhadap USdollar - "lebur dening pangastuti" adalah penghayatan sila pertama  Pancasila, penghayatannya ternyata dengan pengertian ilmu sosiologi -sosiologi profetik. o-o-o gitu to ?  Kemandirian pangan bisa dicapai. dengan pemanfaatan rawa luas di pulua pulau kita yang besar besaran, jutaan hektare, tanpa jalan dan jembatan. Wong saluran pematus dan pengisi bisa mengganti jalan jaya, bila memakai perhu berlunas datar, yang ditempeli baling baling kipas angin dari kayu saja bisa, malah lebih ringan.  Petunjuk Allah yang dilaksanakan oleh Sunan Kalijogo, membentuk rawa rawa demak Bintoro menjadi landasan Kearjaan Islam yang pertama. Ini dimengerti apa tidak oleh putra wayahnya ?
Jadi, ndak usah repot buat jalan tol  dan jembatan disana, dirawa rawa Papua Kalimantan dan Sumatra. Saluran saluran airnya sudah bisa menggantinya dengan Hovercarft. Sekarang , mal nutrisi, parasit bisa doikendalikan asal tidak dicatut harganya. Jadi kemendirian pangan bisa cepat dicapai.
Saya kira Kerajaan Demak terpaksa pindah ke Pajang, karena urusan ihtikar sudah dipraktekkan oleh pedagang beras, langsung di export. Dari pelabuhan Jepara


Kerajaan Demak Bintoro, seperti BULOG yang pada tahun tahun akhir kekuasaan orde baru, Kartel sudah begitu kuat sehigga BULOG tidak kebagian beras, kena dayanya ilmu quangxi. Sekarang malah dipegang oleh Jendral Polisi anak buahnya Pak Hugeng. Suatu tantangan terhadap raksasa dunia ihtikar beras. Sebenarnya Negara bisa mengundangkan bahwa penyiimpanan beras harus diawasi oleh pemerintah, karena ini barang bahan  strategis menyangkut kepentingan Rakyat. Yang kedua membuka lahan rawa di pulau Pulau besar – dengan eskavator meneladani para Wali Islam pulau jawa abad ke 15. Itu kalau ngerti, mungkin KUA bisa menggali dasarnya, dari  ihtiyar para Wali tanah Jawa  ? *)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More