Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Kamis, 20 September 2018

POLISI ISTIMEWA DALAM PALAGAN 10 NOVEMBER 1945 - COPYPASTE ARTIKEL ABDUL MAJID DARI KOMPASIANA





ARTIKEL TULISAN ABDUL MAJID DARI KOMPASIANA
Polisi Istimewa dalam Palagan 10 November 1945

9 November 2011   18:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:52  15437  1 3
[caption id="attachment_147853" align="alignleft" width="300" caption="Pasukan Polisi Istimewa"][/caption]
Jasmerah (Jangan sekali-kali melupakan sejarah), kata mendiang Bung Karno. Maka, tulisan ini pun saya buat demi mengingat sejarah.
“Pasukan Polisi Istimewa lahir lebih dulu dari yang lain,” kata Ruslan Abdulgani, tokoh pejuang yang turut berperan aktif dalam Palagan 10 November 1945. Sementara Mayjen (Pur) TNI AD Sudarto, mantan ajudan Presiden Soekarno, menjelaskan secara gambling, “Omong kosong, jika ada yang mengaku dalam bulan Agustus 1945 memiliki pasukan bersenjata, yang ada hanya Pasukan Polisi Istimewa. Tanpa pasukan ini tidak aka nada Hari Pahlawan 10 November 1945”.
MayorTNI AD (Pur) R. Kadim Prawirodirdjo meneguhkan ucapan Mayjen (Pur) Sudarto, dengan tegas mengatakan, pada saat pelucutan senjata Jepang, TKR belum terbentuk. Pada waktu itu hanya ada Polisi (baik Umum, Central Special Police, dan Polisi Istimewa) yang memiliki senjata. Merekalah yang memelopori pelucutan senjata Jepang. Polisi Istimewa maju ke depan melucuti senjata Jepang.
Sehingga tak heran bila Polisi Istimewa yang kemudian berganti nama Mobile Brigade sebagai sebuah kesatuan militer menerima anugerah tanda jada pahlawan atas jasa di dalam perjuangan gerilya membela kemerdekaan negara.
Kesiapan dan kematangan polisi terjun ke medan laga, dalam kancah perjuangan revolusi kemerdekaan tidak terjadi begitu saja. Kekuatan dibangun tidak cuma sehari. Tindakan progresif revolusioner – memaklumkan diri sebagi Polisi Republik Indonesia dengan tindakan melilitkan ban putih dengan tulisan merah ‘Polisi Istimewa’ pada lengan kiri atas dan lencana merah putih berbentuk lonjong di peci, mengganti lambang Sakura, merupakan tindakan yang memerlukan keberanian luar biasa.
Satya lencana sebagai cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI), telah diterima oleh Mayor Jenderal Polisi Sutjipto Danukoesoemo, mewakili Kepolisian Negera Republik Indonesia, bersama kurang lebih 90 orang mantan perwira tinggi ABRI.
Penghargaan ini diberikan atas dasar peran Kepolisian Kota dan Daerah Keresidenan Surabaya,yang begitu besar jasanya dalam membina dan membangkitkan semangat perjuangan pemuda dan rakyat Surabaya untuk melakukan perlawanan terhadap kolonialis. Polisi Surabaya giat melatih perang para pemuda, dan rakyat dalam menghadapi serangan udara.
Pembinaan yang dilakukan Polisi Surabaya tersebut secara langsung sangat berpengaruh hingga tersusunnya kesatuan-kesatuan Badan Keamanan Rakyat BKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Gerakan pembinaan kemiliteran dan pelatihan tempur telah dipelopori oleh Kesatuan Polisi Istimewa Surabaya, yang sejak beberapa tahun sebelum proklamasi Kemerdekaan dipimpin oleh perwira-perwira muda lulusan Kotoka dan Futsuka, Sekolah Kepolisian Sukabumi. Peranan ini semakin kuat, setelah pimpinan polisi Surabaya mengeluarkan dekrit mempercayakan kepemimpinan pemuda polisi kepada perwira-perwira muda.
Kepeloporan Angkatan Muda Angkatan Kepolisian dengan kekuatan riil Kesatuan Polisi Istimewa Surabaya, ditambah dengan semua anggota polisi yang berani ikut berjuang secara penuh, menjadi contoh yang luar biasa sehingga semua lapisan pemuda danrakyat, dengan penuh keberanian menghadapi musuh, dan terjadilah peristiwa Hotel Yamato. Peritiwa dahsyat 10 November 1945 dan berlanjut sampai Perang Kemerdekaan selesaipada akhir tahun 1949.
Penghargaan satya lencana sebagai cikal bakal Tentara Nasional Indonesia merupakan penghargaan terhadap jasa-jasa Polisi Indonesia, sebagai pejuang kemerdekaan yang gigih berjuang merebut dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Daya keyakinan, semangat perjuangan kerelaan berkorban, dan dedikasi polisi memberikan hasil gemilang. Semua ini tidak hanya cerita heroic sejarah perjuangan bangsa, tapi juga menjadi pelajaran yang membangkitkan gairah perjuangan dan teladan bagi generasi muda Indonesia.
Selanjutnya, perlu dijelaskan di sini bahwa peranan seluruh jajaran polisi di Surabaya sangat besar, baik Polisi Istimewa, Polisi Umum, maupun Pasukan Polisi Perjuangan Republik Indonesia.
Sejak revolusi fisik, Polisi Republik Indonesia sudah bahu-membahu mempertahankan kedaulatan Negera Proklamasi 17 Agustus 1945, mengusir penjajah, membasmi gerombolan pengacau liar dan pemberontak yang merongrong kewibawaan pemerintah Republik Indonesia.
Seusai Perang Asia Timur Raya 15 Agustus 1945, setelah Jepang bertekuk lutut, dan diproklamasikan Kemerdekaan Indonesia, Pembela Tanah Air (PETA) dan Heiho – pasukan yang terdiri dari pemuda-pemuda Indonesia, diperbantukan pada pasukan-pasukan Jepang di medan perang – dibubarkan. Mereka dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing tanpa senjata sama sekali.
Kepolisian yang pada tanggal 18 Agustus 1945 mengatakan dirinya sebagai Kepolisian Republik Indonesia. Polisi umum dilucuti oleh Tentara Jepang, karena Jepang memang ditugaskan oleh Sekutu untuk menjaga dan memelihara keamanan di Indonesia agar Sekutu dengan aman dapat menginjakkan kakinya di Bumi Indonesia.
Hanya ada satu kesatuan polisi yang tidak diambil senjatanya, yaitu Polisi Istimewa. Polisi Istimewa ini terdapat diseluruh Indonesia dan pada setiap Keresidenan ada satu peleton atau satu kompi bersenjata lengkap.
Sedang di Kota Surabaya dua kompi kesatuan Polisi Istimewa. Satu kesatuan yang dipimpin oleh Moehammad Jasin. Sedangkan yang lainnya untuk Surabaya kota, kesatuan organik yang dipimpin oleh Soetjipto Danoekoesoemo.
Perwira-perwira polisi Jepang mencoba melucuti senjata Polisi Istimewa Surabaya. Namun para anggotanya dengan tegas menolak.
Hari-hari selanjutnya yang terjadi adalah sebaliknya, Surabaya diisi insiden pelucutan senjata Jepang oleh Polisi Istimewa. Ada yang menyerahkan senjata tanpa perlawanan, tidak sedikit pasukan tentara Jepang baru menyerahkan senjata setelah tembak-menembak dengan Pasukan Polisi Istimewa.
Seperti yang tercatat dalam bukuSoetjipto Danoekoesoemo “Hari-Hari Bahagia Bersama Rakyat”, tiga peleton tentara Jepang menyerahkan senjata kepada Polisi Istimewa Seksi I, dengan syarat keselamatan mereka dijamin, pada 1 Oktober 1945.
Pada 2 Oktober 1945, Polisi Istimewa melucuti senjata tentara Jepang secara paksa, di Butai Don Bosco, Jln. Tidar. Pelucutan ini diawali dengan perlawanan sengit tentara Jepang. Setelah terjadi tembak-menembak sengit dan menelan korban jiwa barulah Jepang menyerahkan senjata.
Pada hari yang sama, di Gedung General Electronics di Kaliasin Jepang menyerahkan senjata setelah terjadi pertempuran sengit dengan Tim Polisi Istimewa dibawah pimpinan Soetjipto Danoekoesoemo. Dalam pertempuran ini tentara Jepang mengeluarkan senjata-senjata mitraliur.
Pada akhirnya tentara Jepang menyerahkan seluruh persenjataan, termasuk tank dan panser kepada Polisi Istimewa. Polisi Istimewa kemudian membagi-bagikansenjata tersebut kepada rakyat dan pemuda dalam organisasi perjuangan.
Senjata rampasan tersebut menjadi modal awal terbentuknya Badan Keamanan Rakyat BKR), yang kemudian berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat).
Pada sekitar 25 Oktober 1945 Inggris mendaratkan Brigade 49 dari Divisi 23 dipimpin Brigjen Mallaby. Mereka datang untuk mengurus tawanan perang dan kaum bekas internirning. Untuk itu mereka disetujui mengambil posisi dan menduduki tempat tentara di kota Surabaya. Namun ternyata mereka bertindak seakan-akan menjadi penjaga keamanan dan polisi sehingga menimbulkan insiden-insiden.
Terjadilah pertempuran-pertempuran dahsyat. Pasukan Polisi Istimewa, mantan Peta dan Heiho maupun para tokoh perjuangan, dan pemuda-pemuda Surabaya melawan tentara Inggris.
Surabaya, 10 November 1945
Pagi hari, Inspektur Polisi Soetjipto Danoekoesoemo, komandan Polisi Istimewa, mengendarai panser yang dikemudikan Agen Polisi II Eman, mengadakan pemeriksaan pertahanan rakyat. Ia berkeliling, menempatkan regu dan peleton pembantu Polisi Istimewa di pos-pos pertahanan, dan mengadakan brifing singkat kepada pos-pos pertahanan kota. Waktu itu diperkirakan tentara Inggris akan menyerbu dengan pasukan infanteri.
“Jangan biarkan Inggris lewat tanpa perlawanan. Pancing mereka terjebak ke dalam kota,” kata Inspektur Soetjipto Danoekoesoemo kepada anakbuahnya.
Pukul 10.00 pagi, pesawat tempur Inggris mulai menjatuhkan bom di Surabaya. Dari laut meriam berdentuman. Kantor Besar Polisi mendapat serangan gencar dari darat, laut dan udara. Anggota Polisi Istimewa berguguran. Namun, pasukan infanteri Inggris tidak bisa maju karena ketatnya pertahanan.
Kantor Besar Polisi menjadi sasaran karena Inggris tahu bahwa Pasukan Polisi Istimewa adalah sebuah kesatuan militer polisi yang tangguh.
Pertempuran seru berlangsung hingga 28 November 1945. Surabaya menjadi neraka bagi Inggris. Namun menjadi kawah candradimuka bagi Polisi Istimewa dan pejuang kemerdekaan lainnya.
14 November 1946, Polisi Istimewa berganti nama menjadi Mobile Brigade, dan beberapa tahun kemudian menjadi Brigade Mobile (Brimob). (sumber tulisan: buku “Hari-Hari Bahagia Bersama Rakyat”, catatan perjuangan Sutjipto Danoekoesoemo).
Tulisan ini dibuat dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 10 November 2011dan Ulang Tahun Korps Brimob Polri 14 November 2011.Semoga generasi muda Polri menyadari bahwa pendahulu mereka adalah pejuang. Polisi sekarang adalah pejuang penegakan hokum dan pejuang Kamtibmas.

https://adsimg.kompas.com/ads6/80842166c9fb020a8a0a60c6aa622dd9.jpg

Kepala Daerah mesti cuti!

Tetap menjabat seperti biasa
TAMBAHAN DARI IDESUBAGYO.BLOGSPOT,COM

Tulisan dari Mas Abdul Majid, semua benar seperti apa adanya, beliau memang watawan jadi ya gitu. Saya sedikit tambahkan, Mayjen Sudarto tahun 1945 dari pasukan TRIP, terbanyak dari murid SMP Praban. Sudah dilatih oleh Bala Tentara Dai Nippon, untuk perang sejak pendudukannya di Nusantara, siswa yang pada waktu masuk kelas satu sejak jepang berkuasa, ya kenyang dikuyo kuyo kayak latihan kemiliteran sungguhan. lagipula jaman miskin, semua bahan makanan pokok langka dan mahal. Pasti siswa SMP yang dilatih harus membuat parit pertahanan kota di Gunung Sari, sebelah timur Kota surabaya - memanjang dari tepian utara kali Brantas, belapis lapis sampai ke Benowo lewat punggung bukit Tambak Boyo, berkilometer - kilometer, diberi ransum cara militer jepang bagian krocuk, ya nasi seadanya dengan lauk tauco dan ikan asin. Obat obatan sangat langka, malaria dan desentri ada dimana mana. Bayangkan selama pendudukan jepang tiga tahun. Itu yang dialami oleh Majen Soedarto dkk dari SMP Praban selama tiga tahun, mungkin disektor Gunung sari - lengkap dengan pilboxes dari beton bertulang. mereka diajar bahasa Jepang secara intensif, tapi tidak dilatih kemiliteran oleh Jepang langsung, karena kurang ada komunkasi, terhalang bahasa 
Saya baru sadar membaca uraian Mas Abdul Majid, ternyata yang melatih mereka, menurut Mas Darto, adalah Polisi yang muda muda, untuk memudahkan komunikasi ( Ayah mas Darto berumah di Rangkah gg I, kami bertetangga.) Di Surabaya Polisi yang muda muda pada waktu itu - termasuk Polisi Tukubetsu Kusatsutai- artnya ya Polisi Istimewa, karena bersenjata lengkap cara perang, yang kemudian setelah Jepang kalah, dibentuk jadi Polisi Istimewa. oleh inspektur polisi Kutjjipto Danoekoemo dan Mohammad Jasin.  Jadi murid murid SMP Praban sudah kenal dengan pelatihnya selama tiga tahun !!! 
Lha pada saat itu Polisi muda muda ini yang melucuti senjata tentara Jepang. Itu juga menurut anggaran peraturan internasional, Polisi itu non combatan armed force jadi tentara Nippon Angkatan Laut menyerakahkan senjatanya ke Polisi RI yang baru, sesuai konvensi Jenewa. Rupanya Nippon Angkatan Laut lebih mengerti Konvensi Jenewa, karena dilaut bila mereka mengalami musibah ya ditolong oleh Al negara mana saja, ini juga menurut Konvensi Jenewa. Sebaliknya AD Nippon lebih fanatik, main gorok saja.  
Baru satu dua bulan sesudah itu pak Jasin- Komandan Polisi Isrtimewa Surabaya memproklamasikan Polisi Istimewa jadi combatan  armed force lepas dari tugas polisi dalam keadaan normal, hanya Polisi Istimewa dalam keadaan darurat. Selama perang kemerdekaan Belanda tidak mengakui Negara Indonesia menurut Konvensi Jenewa - semua aparat negara ini dianggap extremist. , Amerika Serikat, dan Austraslia mengakui exisrtensi Republik Indonesia.- ditulisan sejarah sekarang Negara yang ketiga Belgia - padahal seingat saja bulan November 1945 ada pesawat dua baling baliang, pesawat penumpang berbendera China Komintang  bintang biru dengan gerigi biru panjang disayapnya melintas kota Surabaya ! wong yang diakui Amerika th 1945 adalah Komintang. Secara resmi, yang di agresi Jepang di wilayah China itu Negara China Republi komintang, jadi setelah Jepang bertekuk lutut.  Ikut sebagai pemenang  Perang perang de jure ya Republik China de jure exist th 1912-1949, jadi mestinya Amerika milih Republik China di pemenang perang Pasifik di th 1945. Adapun sesudah th 1947 dganti dengan Belgia ya masuk akal.
Di jalan Wonokromo aemua toko pinggir jalan raya mengibarkan bendera dua macam yang kanan merah putih yang kiri bendera Komintang - ya maklum ingatan anak kecil yang naik truk bak terbuka lewat jalan itu karena mengungsi !!. menuju ke Setasiun Wonkromo, sebab  Setasiun Gubeng jadi kancah perang.

Perlu dicatat bahwa Surabaya, lain dengan kota kota pelabuhan di Nusantara lainnya - adalah pusat 
Armada KL ( Koningklijke Marine) zaman Belanda, dan diambil alih oleh Kaigun ( Angkatan Laut Hinomaru). Jadi kota ini memang sangat diperhatikan oleh Panglima Mandala Perang yang ada di Saigon, Laksamana Kurita  !!  Lha bagaimana komandan Angkatan Darat Jepang merespon pentingnya kota ini dalam perang, mestinya ya bikin parit pwertahanan. kecuali itu juga menempatkan gudang senjata semua angkatan di kota ini, lengkap dengan personilnya.
Saya pernah bertemu dengan sosok sepuh tahun1978 di Ngawi jawa Timur,, baliau bernama Pak Darmin, waktu itu sudah sepuh, kuang lebih 60 tahun, beliau bercerita bahwa yang membuka gudang senjata di Don Bosco - Jalan Sawahan Surabaya itu pasukan Polisi Istimewa - Seksi I di jalan Darmo, Lha tentu saja sebelum membuka gudang senjata itu murid mirid SMP Praban. anak didiknya diberitahu lebih dulu, kan sulit menghubungi Komandan laskar atau penduduk yang bersemangat, polisi kan tahu, siapa yang sudah terlatih dan terpercaya mambawa senjata otomaits lagi, ya bekas murid didiknya lebih dulu !!!!! baru rakyat dan lasykarnya yang bisa dihubungi. Makanya, masih di bulan September Akhir, kok kakak saya - temannya mas Darto, mas Musanto, mas  Papak, Mas Suharyo Kecik, tentunya mas Rajab Gani, penulis chronicle TRIP tahu dia, Beliau banyak kenalan karena di Staff Kesehatan. beliau juga telah menulis buku mengenai ini. Waktu pulang sudah bawa macam macam senjata dimuat di sijspan motor besar yang biasa dipakai oleh Polisi. Mereka membentuk pasukan 13 yang sudah punya mortir dan senapan mesin, model water mantel yang berat. Ada ceritanya lagi mengapa akhirnya keluar dari Surabaya pasukan TRIP mereka memiliki senapan mesin bekas punya pesawat pemburu Zero., yang jauh lebuh ringan. 
Pak Jasin, komandan  pak Darmin, anggauta Polisi Istimewa,  yang mempersenjatai rakyat, juga menjaga keamanan dari penjahat yang berkedok laskar dengan gerombolannya ratusan orang. Sabaruddin yang bermarkas di Tretes/Pacet, dalam menjalankan kejahatannya memeras siapapun yang dia dakwa sebagai mata mata musuh, langsung dia culik dan duhukum mati. Terrornya kepada umum bersilangan dengan inspektur polisi seksi Ambengan Surabaya, Pak Agus Basuki, berujung  si panculik  akan mengeksekusi Perwira polisi. Dengan sigap Polisi Istimewa ini menjalankan tugasnya sebagai penjaga keamanan dari para pencoleng bersenjata. Membebaskan inspektur polisi yang akan dibunuh dan banyak anak buah Sabaruddin terbunuh dalam perlawanannya, sang inspektur polisi diselamatkan. Ternyata cerita Revolusi yang masih mulai, bukan perkara heroisme saja tapi juga melindung rakyat dan petugas Negara yang masih bayi ini dari para rampok dan pencoleng.
Ceritanya rumah kami di jalan Juwet 15 jadi bengkel kecil memberi kaki besi pipa untuk senapan mesin pesawat yang tidak punya kaki, sebab menempel di bodi pesawat. Kata tetangga kami yang tidak mengungsi karena mereka warga Phillipina, keluarga Amaranto, bilang kepada bapak saya waktu kembali dari pengungsian masih sendirian di th 1949, rumah itu lama diberi garis MP (militaire politie) Tenara Kerajaan pendudukan belanda, sesudah itu diawasi berbulan bulan, sebab banyak onderdil senapan mesin pesawat Jepang yang paling ditakuti Sekutu berceceran di rumah kosong itu. Paman ibu saya, yang kemudian jadi Kolonel Zeni angkatan Darat sampai pensiun, belajar bekerja di bingkil Lapter Morokrebangan.
 O iya markas TRIP di Surabaya ada di Sekolah Santa Maria jalan Damo no 49 sampai bulan Desember atau Januari 1946. Sebagian besar TRIP Surabaya mundur ke Malang.  Herannya sampai sekarang saya tidak mengertri mengapa pasukan TRIP itu kebanyakan di tahun 1945  masih di SMP, lha siswa SMT  nya dimana ? Saya kenal siswa SMT hanya satu siswa SMT Pak Dr Tanu alm. karena beliau waktu saya di SMA II Surabaya, guru Fisika saya. Dan waktu perang beliau di Staff Konamdo TRIP. 
Bung Tomo orator dan republiken yang piawai berorasi dengan berapi api dan sara yang keras, tapi laskarnya yang berpakaian seragan hitam BPRI sama sekali belum bersenjata api dikala revolusi dimulai, beliau juga bukan ahli siasat perang gerilya, juga bukan yang memerintahkan membuka gudang senjata di Don Bosco. Sekarang di TV One, "Melawan lupa" malah ngepop sejarah yang relatip masih baru, masih ada saksi hidup, tanpa mengurangi jasa  Bung Tomo.
Yang membuka gudang senjata angkatan laut di Embong Wungu ( google Biografi Mohamad Jasin) dan angkatan darat Jepang di Surabaya adalah Polisi Istimewa - baru terbentuk BKR dan TKR dan banyak laskar antar lain Hisbullah, BPRI, Pesindo. Laskar Rakyat, Laskar Minyak di Cepu,  dan masih banyak lagi. Zaman itu malah jarang ada tawuran dan perkelahian antara mereka. Karena sosok semacam Sabaruddin sudah diwaspadai masyarakat, yang sekarang malah boleh nyaleg - ya pilihen ben ajur pisan*)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More