Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 19 Oktober 2018

TRANSPORTASI RAWA,

TRNASPORTASI RAWA

Konsep umum pemanfaatan rawa untuk pertanian adalah menurunkan permukaan air, khusus untuk padi, hanya sebatas supaya tanah bisa digarap semestinya, menjadi bubur lumpur dengan sedikit udara terkandung dalam air rawa, mengeringkan saat panen bila panen memakai combain, dan memasukkan air segar sampai batas 10-20 cm. dalam pematang.

Saya sering melihat tayangan orang berburu buaya di Everglade satu wilayah rawa luas di Florida Amerika serikat. Saya pernah melihat petani mengangkut gabah hasil panen di persawahan kabupatan Demak, perahu njaris datar dan sangat lebar, panjang  3m dan lebat 1,70 m terbuat dari anyaman bamboo dan berangka bamboo dibuat kedap air dengan aspal atau ter atau apapun lilin lebah. Warnanya hitam, didorong  lewat saluran dangkal, berat matannya  lk 1 ton gabah. Saya baru sadar bahwa Demak Bintoro ini bekas rawa besar. Jadi pondasi Kasultanan Demak Bintoro di dukung oleh para wali tanah jawa dan santrinya. Sebab satu Pusat kekuasaan harus ada pondasi ekonominya. Konon Kasultana Islam Demak Bitoro bisa menggantikan kerajaan Majapahit atau Wilwatiktapura, tanpa peperangan menggunakan pasukan dengan senjata. Tapi memang kekuatan  ekonomi Majapahit mulai surut, sebab dagangan yang merupakan tulang punggung ekonominya – yaitu pemrosesan rempah rempah dari wilayah Timur, sudah mulai diganti dengan permintan beras berjumlah besar, oleh kebanyakan pedagang china dengan membawa ratusan jung jung besar dengan ukuran setara dengan kapal sekarang 200 -300 DWT. Seperti jung kapal bendera Laksamana Ceng Hoo, dengan armadanya, melakukan pelayaran muhibah persahabatan, juga pemeran keperkasaan pasukan lautnya sampai ke India, Sailan dan wilayah Teluk Parsi, bila perlu, berperang laut dan perang darat bisa dilaksanakan dengan armada sebesar itu. 

Jelas Kerajaan Majaphit yang sudah berdiri tiga abad dengan pengadaan dagangan rempah rempah, yang sudah diproses di pelabuhan dalam Wilwatiktapura tepian sungai Brantas di (Trowulan sekaran) tidak disiapkan untu itu.  Sawah sebagai pusat kekuatan kerajaan Hindu sebelumnya tidak dipakai oleh kerajaan Besar ini, melainkan untuk kesejahteraan rakyatnya sendiri.  Sedang Kerajaan Majapahit denga ibu Kota Wilwatiktapura, memelihara armada lautnya yang kuat dengan perahu model Madura yang tidak begitu besar, maksimum 6 -10 ton dwt, rata rata 5-6 ton dwt, tapi sangat lincah dengan meriam kalantaka  dari besi tuang sudah cukup untuk menjamin penumpukan  panen rempah rempah setengah kering pada musim timur, sekalian diproses dan disimpan di gudang dudang pelabuah dalam Wilwatikatpura – sambil menunggu pertengahan dan akhir musim barat yang membawa perahu perahu dhow dari Parsi dan kapal bercadik dari Benggala menurut aliran angin dari barat sepanjang khatulistiwa.  Pas dagangannya kering, datanglah angin timur untuk berlayar balik.

Feodal setempat diuntungkan karena berasnya tidak perlu disetor ke ibu kota melainkan dijual. Karena Kerajaan serikat kadipaten kadipaten ini sudah punya andalan pendapantan sendiri. Jadi tidak sangat membutuhkan angkutan beroda dengan jalan diperkeras dan jembatan jembatan, karena pengangkutan beras cukup dengan para pemikul, dan kuda beban, karena jumlahnya tidak besar dan diambil dari wilayah yang dekat dekat , misalnya Majalegi/Pare, dan sekitar Janggala/ Mojokerto saja. Sebaliknya, permintaan beras oleh jung jung china makin meningkat, tidak mampu diantisipasi  oleh Kerajaan kaya ini, malah di sambut oleh pemimipn ulama islam, karena mereka mengerti keadaan politik  china daratan, banyak kerajaan kecil yang selalu perperang. Sehingga petani meninggalkan musim tanam, yang hanya sekali dalam setahun. Kaun Ulama Islam dan komunitasnya memilih tinggal di Gresik, sebagai kaum waysia yang berdagang, memilih lokasi  gersang dari bukit bukit kapur pinggir laut yang lebih sehat, dan mengerahkan tenaga para santrinya dibantu oleh kaum sudra yang minggat dari tuannya yang semakin menuntut lebih banyak bagian panen, dibantu oleh kaum brahmananya yang  semakin banyak menuntut upacara pembagian air pengairan dan upacara di pura pura-nya. Para sudra minggat ini beserta kaum santri bujang yang belajar ngaji dan baca tulis huruf hijaiyah dan huruf palawa, belajar mengerahkan tenaga dalam silat dengan membuat saluran saluran di rawa rawa muara bengawan Solo di Pamotan ( (sekarang Lamongan), mencetak sawah rawa yang bisa  panen dua kali setahun, dan memelihara bandeng di pelatarannya ( bagian pinggir sawah diperdalam  75 cm, selebar tiga empat meter keliling petak sawah tambak dlratakan di pelataran untuk  tanam bibit padi pada musim kemarau, pada permulaan musim hujan mereka buru buru tanam bibit padi, supaya waktu panen tidak keburu kebanjiran.  Luas sawah rawa dengan potensi  lebih dari 10x10 km sekitar Lamongan, sekali panen, walau padi saat itu hanya 3 -4 kw /ha gabah, sudah bisa menghasikan  10 000x10 000 x 3,5 kw gabah atau sekitar 40 jung besar besar dari  China. Tapi bagi kominitas islam di Gresik, nampaknya akan terlalu menyolok mata bagi Kerajaan Majapahit yang sedang kesulitan  mengadakan beras.

Membangun jalan raya untuk kendaraan beroda jauh lebih sulit di rawa rawa dapipada di darat, kerna rawa pondari jalan sanga
Abad ke 14 – 15 para ulama generasi muda, termasuk  putra Bupati Tuban R M Said, memutuskan untuk mengunakan rawa yang lebih luas dan lebih jauh dari Wilwatiktapura, di lembah antara gunung  Merapi Merbabu di Barat laut, gunung Telomoyo dan lereng Ungaran  di Barat , di selatan pegunungan Kendeng  dan dataran kipas lahar purba di Pati sebelah  Timur, ikut terangkat naik oleh gerakan gunung kapur Kendeng, salng menumpuk  dengan kaki gunung Muria sebelah timur, lembah luas yang menghadap ke Utara ini tertutup oleh gunung Muria. Potensi wilayah tetutup yang menjadi rawa luas ini lebih dari 45 000 ha. Jauh dari wilayah Majapahit. Untuk mencegah petani sudra dari sawah berundak penyangga kerajaan Majapahit, ikut  mencari kebebasan di wijayah baru. Atas petunjuk wali senior RM  Said ini  jadi akhli mengukur dasar wilayah rawa luas, untuk membandingkan tinggi  dasar rawa, sehingga bisa dipilih area mana yang akan dicetak sawah, dan saluran pematusnya dilewatlkan mana, sehingga dapat  menandai area yang mana  terbanyak bisa  muncul sebagai sawah yang masih bisa diairi.  Pekerjaan besar ini tidak menjadikan dia gentar, karena team juru ukurnya menggunakan alat optic design dari ulama islam  Al Haitham, prototype dari teodolit sekarang. Saking getolnya saban hari mengukur kedalaman rawa seluas ttu, para akar rumput  santri  bekas kasta sudra dan guru gurunya menjebut dia Sunan Kalijogo – jadi sama sekali bukan nama Arab karena pekerjaannya membawa tongkat  (kayu  pengukur kedalamam rawa di dua titik dan tripod alat optic keker), berjalan sepanjang pinggir sungai sungai dan rawa, beliau juga  putra Bupati Majapahit diwilayah Tuban, saat ini beliau digambar memakai destar jawa, beliau juga sangat kenal dengan  falsafah  Hindu Jawa. Belau dikenal sebagai dalang wayang purwo, dan pengarang banyak gending untuk pelajaran ilmu islam, antaranya Ilir Ilir. Berkilometer sawah rawa masih menyisakan problim transportasi, yang ternyata menjadi kelebihan sawah rawa dari sawah lereng gunung, karena bisa menggunakan berbagai design perahu. Baik untuk mengangkut hasil panen maupun untuk mengangkut hasil beras ke jung jung yang menunggu di  Pelabuhan  pantai dalam, Jepara.  Design perahu yang diciptakan oleh petani rawa Demak Bintoro ya perahu gedeg/anyaman bamboo  yang saya saksikan di Demak, didorong sepanjang saluran dangkal sambil mengangkut gabah. Design yang besar saya lihat sepanjang kali Mas, dari Mojokerto sampai Surabaya masih sisa beberapa biji. Lunasnya datar, gadingnya seperti gading piring lebar, sekarang untuk mencari pasir dari dasar sungai. Diklat Perhubungan Darat akan memperkenalkan design speda motor air yang super murah ( yang mahal ada, jetski) malah dilombakan di Asean Games di Pelembang, bisa diganti dengan sepeda motor diatas rakit bambu dengan roda kipas bambu, bisa diganti rakit bambu dan baling baling bamboo, melayang diatas rerumputan rawa,sebab baling baling autboard mesin perahu terlalu dalam, dan sering melibat tumbuahan air. Sedangkan kipas angi besar, tanpa halangan dengan muatan seperti pemburu buaya di rawa Everglade, di Florida atau Miami,  Amerika Serikat, bisa beli jadi Hovercraft yang ditawarkan oleh pabrik di China, bisa bikin  sendiri, pokoknya lebih pas dan murah dari membuat jalan raya untuk truck container. Akhirnya dengan sangat mengharapkan, dari penelitian perikanan darat dan fakultas biologi  supaya menemukan ikan pemakan jentik jentik nyamuk selain ikan kepala timah, yang lebih cedik dari ikan predator setempat, membuat hatchery untuk ikan berguna ini dan sekaligus disebarkan padat ke seluruh wilayah rawa sasaran ? Perlu ikan pemakan  jentik nyamuk yang gembul dan tahan hidup dialam bebas, bisa menghindar dari predator asli rawa sasaran, sebab obat jentik ada tapi sangat mahal. Obat yang jauh lebih aman dari quinine atau  chloroquinol ada, Cuma jangan tanya ke dr. Fadilah Sapari, beliau lagi sibuk meditasi di penjara*)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More