Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Sabtu, 06 Oktober 2018

BANTUAN BENCANA ALAM LEWAT BANK

UPAYA BANTUAN KORBAN BENCANA ALAM.

Seminggu berturut turut semua siaran TV didominasi oleh berita mengengai gempa dan tsunami di wilayah Palu kota dan Donggala, sampai sekarag tg 8/10/2018. Peerkiraan saya sampai setahun rekonstruksi fisik dan non fisik belum akan selesai.
Pertama keluar statemen salah satu Bupati Jawa Barat menyediakan dana bantuan satu milliard. Disusul oleh pemda pemda lain Alhamdulillah. Medagri juga menyurati setiap pemda mengirimkan bantuan. Alhamdulillah.
Yang saya amati :
Sudah tidak ada upaya dari akar rumput dikampung kampug, di jalan raya, sosok sosok yang membawa kardus untuk mengumpulkan sumbangan langsung dari pemakai jalan.
Berarti dari para akar rumput yang tersentuh dengan ukuran bencana ini, sudah sadar bahwa upayanya bisa disusupi oleh orang yang mencari kesempatan mudah sekali. Alhadulillah.
Koran sudah tidak meneladani Jawa Pos yang mengumpulkan dana lewat Korannya dan nama penyumbang ditayangkan di halaman korannya – berbuntut skandal yang sangat memalukan, dari dana sumbangan public yang sebesar lebih dari dua miliar rupiah, waktu harga emas masih seribu lima ratus rupiah per gram. Beberapa tahun kemudian diusut oleh aktivis dari masyarakat media cetak, uangnya jadi kebun jambu mete di NTT, milik siapa tidak jelas, kilah pemilik Koran itu, yang masih ngotot, hutan jambu mete itu hasil pemakaian bantuan lewat korannya. Padahal hutan itu sudah dari dulu ada disana.
Ekor belut sudah mulai nampak, tidak diusut tuntas, wong hutan itu dari dulu sudah ada – kepala belut baru nampak enam delapan tahun kemudian, baru nongol kepala si belut listrik itu, saking banyaknya skandal busuk yang dilakukan oleh belut listrik ini,  antaranya membuka sawah  di Sumatra Selatan, di Kalimantan-tidak merugikan pemerintah karena duitnya dikumpulkan dari BUMN  yang berhubungan dengan pertanian seperti Pabrik urea Arun, Petro Kimia, sama sama untung, gas bumi tidak ada yang menghitung, mobil listrik  abal abal,  cuma fork lift yang dirias saja, ratusan gardu travo fiktif, pembangkit listrik fiktif, dari dia, si menteri fiktif ini, yang aslinya ya belut listrik. Menilep trilyunan rupiah. Sudah dipenjara semoga bukan penjara fiktif saja.
Jadi sekarang pemerintah dan masyarakat lebih hati hati. Hanya situasi berbeda sedikit, sekarang musim kampanye menanam citra. Ada Bupati yang menyatakan kabupatennya menyediakan dana satu miliar supiah, ada bupati yang  memulangkan kelompok penduduk kabupatennya yang merantau ke Palu dan Donggala, pokoknya Sulawesi  Barat yang terdampak, entah penjual bakso atau mie dan nasi goreng, atau bakul jamu. Syah syah saja, wong mencari nafkah, bisa pulang kampong gratis. Hanya berkoar sih gampang, kesempatan untuk Petahana Kepala Daerah, petahana anggauta Partai di DPRD daerah itu, sebagai wahana pencitraan sebalum masa kampanye. Wong Cuma ngomong.  
Ini hanya suatu pendidikan yang tidak baik, orang jawa bukan merantau, seharusnya pindah penduduk, turut membangun daerah menyatu dengan penduduk stempat akan lebih baik. ( Tapi bukan di DKI, sabab akan dipersulit, golongan bawah akan menghabiskan anggaran, dan tidak bakal dibuatkan pulau, kecualai perantau...........................sama sama menjual  nasi goreng, quangxi  gorengan proyek dengan ex Ketua DPR RI, yang Unyilnya  ngatok menjilat pantat tak tahu malu, ya kesangkut belut listrik Riau, makanya sampai segitunya.
Ketua DPR RI adalah kedudukan moral yang tertinggi di Indonesia, pilihan partai Golkar, ndak ada kabar sudah di pecat atau belum, saya kira sahamnya di partainya sangat banyak, karena sahabat Donald Trump, satu saat nanti dibantu tuannya jadi Presiden Papua Merdeka, ndak usah mendekam di istana Suka suka, tanggung ditebus. Mestinya malu diri pakai nama lain.

Diikuti oleh pejabat yang gedean, tanpa konsekuensi, sukur sukur ngecek sungguh sungguh, sebab ini peluang untuk Gupernur, Bupati wilayah aman, belut listrik dimana mana lebih ganas. Kalok ditilep, siapa mau protes ? 
Lha yang heran ini, setiap media masa Nasional atau regional menyebutkan nomer rekening di bank ditayang cepat di TV, dua belas digit, sulit dicatat, bank yang mempunyai sangat banyak cabang, mengurusi pengambilan pensiun, simpanan micro, simpanan anak sekolah, di seluruh Kecamatan di Indonesia, hampir mengganti kantor Pos. Kok tidak mengumumkan nomer account nasabahnya untuk mengirimkan sumbangan lewat cabang ranting banknya – sukur sukur disemua cabang cabang banknya sendiri yang sangat banyak iu. kami mengerti kesulitannya jangan jangan ditilep penggunaannya - kan bank ahlinya verifikasi - deterima berapa dikirim kemana - keseluruh cabang cabangnya ditempel besar besar di dinding,nomer rekening penerima dana bantuan micro mini dari pensiunan, murid sekolah biar latihan inisiatip sendiri tanpa guru yang masih nencicil mobil. Sebagai tindakan simpatik membantu para penyumbanag micro dan mini, pensiunan yang terketuk hatinya, dan pelupa mencatat no acc. penerima dana bantuan ? Kan tinggal menyebarkan dari cabang mana nomer account si penerima dana ke seluruh counter para pegawai teller diseluruh Indonesia ? Buat apa antene jaringan compternya ? Sukur syukur ikut mem-verifikasi kredibilitas  moral dan finansial  penerima dana yang menunjuk bank-nya sebagai pengumpul dana, kan selamanya kerjanya cuma itu ?
Dasar bank birokrat, dulu masuknya dengan katabelece, yang makin tinggi pangkatnya makin culas, makin gede gaji dan tantiemnya, makin tidak peka menerima amanah duit rakyat,  malah jadi maling tujuh koma dua trilliun tanpa tersentuh hukum, Cuma jadi saksi buta, masih bergaya sucitra, malah cap sudurjana menempel dikacamatanya contohnya perkara BLBI, e e e masih untung dikaca mata, bukan si pelupuk mata yang menggelambir itu, nyebut nyebut pak pendekar gunung perang dilawan lingga berakhir o,!!! *)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More