Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Sabtu, 27 Oktober 2018

PENDIDIKAN DAN MENCARI NAFKAH DALAM SUATU MASYSRAKAT.

ORANG BEKERJA INDIVIDUAL, MENCARI NAFKAN SENDIRI SENDIRI          – MASYARAKAT RUGI.
0RANG BEKERJA MENCARI NAFKAH DALAM KORPORASI TERINTEGRASI -- MASYARAKAT KEHILANGAN ARTI.
ORANG BEKERJA MENCARI NAFKAH  DENGAN PLANNING SELURUH NEGERI TERKOORDINASI, DALAM INTEGRASI – KEHIDUPAN  DAN HIDUP BERMASYARAKAT LEBIH  BERARTI.                                                                                                                                                                                Negara kita sudah merdeka 73 tanun, dengan azas Repubik Demokrasi disela Diktator militer selam 32 tahun. Tentu saja PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN  warna dengan tujuannya  juga berganti ganti.         

Kita tidak bicara tentang Pendidikan dan pengajaran waktu dijajah kapitalis feodal belanda dan militeris diktator militer jepang – kita anggap sudah berlalu sebagai pengalaman. 

Tapi rakyat Nusantara tatap menganggap bahwa PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN masih sebagai sarana mencari nafkah, padahal dimana mana dimasyarakat Dunia sudah tidak. 

Kecualai disedikit pada kalangan kecil yang istimewa, kalangan Kemiliteran dan Kepolisian- Itu saja terselip didalamnya  lapisan Penjaga bayaran (satpam-yang bisa lebih ganas) dan detektif partikelir (di kita belum berdaya).

Jadi dari sekolah Menengah Umum ( namanya SMU juga)  hingga perguruan Tingginya PTU (Perguruan Tinggi Umum), bahkan  perguruan Tinggi Ilmu Kedokteran – ya meluluskan dokter Umum, Negeri maupun Swasta. Lantas  apa menjamin keahlian professional ?  Karena  Umum, apa sampai menjamin keahlian professional ?                                                                                                                                                                                       Ya  mari kita coba sama sama menilai di blantika pasar tenaga kerja. Saya menyaksikan sendiri, saya bersama mengajar di PTU swasta Fakultas Pertanian, pengajar ilmu Physica, seongan ibu istri Direktur BUMN, juga lulusan Perguruan Tinggi Ilmu Pertanian, dengan prestasi yang mediocre saja, ndak apa apa, asal mau berusaha dan bersikap sebagai guru, yang ibu ini tidak – sebab harapan  sama sama belajar Physica umum. Seharusnya sebagai calon ahli pertanian yang professional, sang siswa harus diberikan setiap contoh fungsi kerja organ tumbuhan, dabahas sebagai  contoh  kejadian yang dipelajari dari ilmu Physica yang dia kuliahkan, misalnya kapilaritas, tegangan muka cairan, quantum cahaya dan resonansi energy cahaya,  mekanika fluida untuk pompa pompa, pengukuran volume pngairan, dan alat hydrolik, kalau perlu menyinggung persoalan enthropy.  ternyata tidak, ya meluncur menurut text book oriented saja, cocok dengan fungsi ilmu itu sebagai momok mahasiswa Pertanian. Barangkali sang Ibu ini  waktu jadi mahasiswa dulu dia sampai ngompol waktu ujian fisika.   Jadi derajad Dosen Physica, sudah setel dengan derajad suaminya yang Direktur BUMN, itu saja, dan buku buku taxt nya banyak. Padahal di praktek nanti sbagai sarjana sepesialis Pertanian harus mengerti mengetrapan ilmu Fisika dalam pekerjaan kesehariannya.

Deseluruh Dunia, Pendikan dan Pengajaran dirancang untuk menciptakan rakyat yang tertib bermasyarakat dan bernegara – sedangkan Negara yang baik dan sudah maju, mereka memperhatikan dengan cermat dan cukup teliti melihat kedepan – juga merencanakan profesionalitas generasi penerusnya, dengan perbandingan  menyangkut  jumlah kebutuhan seluruh masyarakat penduduknya – terhadap jasa spesialisasinya, baik dalam bidang ilmu dan teknologi dasar. ilmu dan reknologi terapan, maupun dalam bidang administrasi dan pelayanan. 

Mereka hasil pendidikan dan pengajaran Sepesialis – semua yang sudah mencapai derajad kesarjanaan, dan diharapkan bekerja di bidangnya secara mandiri, memajukan ilmunya dengan ketekunan inovasi, meskipun bukan tangan dan tenaganya tapi daya tangkap dan pikiran-nya sudah berderajad sepesialis.  

Jadi mengalamannya dapat membuat illmunya yang dibidangi bertambah kaya dengan pengalamannya yang ditulis atau diajarkan  kepada juniornya, bukan sekedar menerangkan text book saja. kelanjutannya masyarakat diuntungkan dengan kemajuan ilmunya. 

Dengan konstelasi Partai Partai yang seperti di kita sekarang ini, dan sosok sosok vocal yang muncul di media sosial konvensional,  rasanya kok masih sangat lama mencapai taraf “maju”, dengan mengingat dan memperhatikan siapa  siapa yang diundang dengan hormat bicara di TV untuk bicara apa saja. Yang maksudnya juga mendongkrak rating dari siarannya.   Lebih banyak badut tembem dari akhli dan spesialis bidang jang bersangkutan dengan showbiss, dengan lawakan dan silat lidah saja.

Kita tegolong Negara yang sangat tidak berupaya untuk melihat kedepan demi  sesegera mungkin menjadi Negara maju. Lihat saja deretan panjang menteri menteri PP&K atau PDK atau apapun namanya, hasil koalisi atau hasil kolusi, atau hasil dagang sapi, vafouritasi oleh Pentolan dan Pentilan Dinasti Kekuasaan, organisasi sisial keagamaan, yang nothign to to dengan spesialisasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sangat sedikit diantara mereka yang benar benar menyelami persiapan generasi muda pendukung Negeri kita ini, malah anaknya disekolahkan diluar Negeri, supaya lebih begensi. Tokoh yang bisa nangkring sangat tinggi sebagai menteri, masih kental membawa misi perkawanan partainya. Bukan kepantingan Nasional. Sekarang bila Pak jokowi, bertekad untuk membuka sawah rawa jatu juta hektare saja, siapa tenaga menengah dan tenaga trampil dilapangan ? Sedang SPMA sudah lama hilang.

Dengan hasil upaya Pendidikan dan Pengajaran seperti ini, saya melihat betapa banyak pemuda pemudi yang terlempar ke pendidikan dan pengajaran abal abal diluar rel baik moralitas maupun profesionalitas, karena di SD nya dulu tidak kunjung hafal perkalaian hingga 100 ?  terpaksa masuk di SMP yang siswanya perokok dan suka tawuran, masuk SMU yang muridnya nyambi jadi gang motor sambil gagah gagahan mencari korban untuk jadi gladiator ?

Apa salahnya memakai kalkulator sambil menghafal  perkalian mulai TK ?  Uang pecahan yang terkecil fakta dalam kehidpan sehari hari saja 200 rupiah mudahnya bila kecakapan berhitung karena hafal tabel perkalian, pengajar SDU menganggap itu penting sekali untuk segera dikuasai dari SDU Sekolah Dasar Umum. 

Materi pokok untuk bersaing masuk Sekolah Menengah Pertama Umum yang bermutu-demi dipertandingkan untuk menjawab soal multiple choices dengan kunci jawaban yang ditentukan, karena kalimat soalnya multi tafsir – tafsir yang benar didapat di les tambahan Sekolah Menengah Umum, hinggu Perguruan Tinggi Umum dengan fakultas Cabang ilmu yang diajarkan secara umum, hanya di les tambahan guru guru yang umum juga ? Sedang kebutuhan pengajar umum adalah membayar jredit mobil, sumah dan pergi umroh. 

Jadi hanya pada cabang Ilmu Kedoteran Manusia saja yang berakhir dengan S2 Spesialis. Cabang cabang Ilmu yang lain meskipun sampai S3 ya masih umum, artinya ngambang – kapan jadi spesialisnya – Arti hakiki dari pertanyaan ini kapan majunya cabang ilmu yang beliau beliau geluti ? Wong dari pertama sudah umum. Sebab arti S dalam hal ini adalah Strata, bukan Spesialis.

Dengan ini semua lulusan dari SMU hingga Perguruan tinggi bebas memilih jalan mencari nafkah, masyarakat tidak rugi dan tidak untung, artinya mandeg. Relatip rugi karena zaman menuntut kemajuan produktivitas disemua bidang, harus sebanyak mungkin mencetak tenaga kejuruan mulai dari kejuruan menengah sampai Universitas Kejuruan bidang ilmu S1 hingga S4 seorang Akademik. Baru masyarakat bisa menera kemajuan ilmu yang ada di Kehidupan sehari hari.                       Sampai hari ini Indonesia tidak merasa rugi, bila sarjana ilmu ilmu lulusan Universitas umum bekerja secara individual melayani kebutuhan masyarakat – tentu saja kebutuhan keseharian rata rata penduduk itu sangat sederhana, sangat umum – 

Seorang Sarjana ekonomi atau Pertanian jadi produsen nasi bungkus saja sudah mampu hidup lebih baik dari penerima upah minimum regional harian kali tigapuluh ( sebab pegawai kerah putih digaji bulanan) dengan membayar BPJS  sederhana sekeluarga, asal punya modal pertama dari siapa saja . mestinya ya dari Ortu. Masih ada waktu sisa untuk mendidik anaknya, daripada bergabung dengan Perusahaan yang menggunakan absen jam otomatis dengan sidik jari, memberikan denda bagi yang terlambat. Mewajibkan Perilaku penyelia bak pengawas Pendayung perahu zaman Pertengahan dengan rantai dan cemeti, dari jam 730 – 1700. Hanya masyarakat yang rugi. Sedang jam masuk dan jam pulang bisa macet sampai tiga jam ?   Tapi ya maklum hanya masyarakat primitip yang tidak merasa rugi, sebab masyarakat yang begini cepat sekali jadi masyarakat budak, yang kerjanya umum saja, bukan kerja seorang spesialis, kecuali dokter manusia. 

........Ah kok mikir yang sulit sulit, mikir yang umum saja........*)

 


 
























































































































                                                                                                               

 

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More