PENDIDIKAN DAN MENCARI NAFKAH DALAM SUATU MASYSRAKAT.
ORANG BEKERJA INDIVIDUAL, MENCARI NAFKAN SENDIRI SENDIRI – MASYARAKAT RUGI.
0RANG BEKERJA MENCARI NAFKAH
DALAM KORPORASI TERINTEGRASI -- MASYARAKAT KEHILANGAN ARTI.
ORANG BEKERJA MENCARI NAFKAH DENGAN PLANNING SELURUH NEGERI TERKOORDINASI, DALAM INTEGRASI –
KEHIDUPAN DAN HIDUP BERMASYARAKAT LEBIH BERARTI. Negara kita sudah merdeka 73 tanun, dengan azas Repubik Demokrasi disela
Diktator militer selam 32 tahun. Tentu saja PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN warna dengan tujuannya juga berganti ganti.
Kita tidak bicara tentang Pendidikan dan pengajaran waktu dijajah kapitalis
feodal belanda dan militeris diktator militer jepang – kita anggap sudah
berlalu sebagai pengalaman.
Tapi rakyat Nusantara tatap menganggap bahwa
PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN masih sebagai sarana mencari nafkah, padahal dimana
mana dimasyarakat Dunia sudah tidak.
Kecualai disedikit pada kalangan kecil
yang istimewa, kalangan Kemiliteran dan Kepolisian- Itu saja terselip
didalamnya lapisan Penjaga bayaran
(satpam-yang bisa lebih ganas) dan detektif partikelir (di kita belum berdaya).
Jadi dari sekolah Menengah Umum ( namanya SMU juga) hingga perguruan Tingginya PTU (Perguruan
Tinggi Umum), bahkan perguruan Tinggi
Ilmu Kedokteran – ya meluluskan dokter Umum, Negeri maupun Swasta. Lantas apa menjamin keahlian professional ? Karena Umum, apa sampai menjamin keahlian
professional ? Ya
mari kita coba sama sama menilai di
blantika pasar tenaga kerja. Saya menyaksikan sendiri, saya bersama mengajar di
PTU swasta Fakultas Pertanian, pengajar ilmu Physica, seongan ibu istri
Direktur BUMN, juga lulusan Perguruan Tinggi Ilmu Pertanian, dengan prestasi
yang mediocre saja, ndak apa apa, asal mau berusaha dan bersikap sebagai guru,
yang ibu ini tidak – sebab harapan sama
sama belajar Physica umum. Seharusnya sebagai calon ahli pertanian yang
professional, sang siswa harus diberikan setiap contoh fungsi kerja organ
tumbuhan, dabahas sebagai contoh kejadian yang dipelajari dari ilmu Physica
yang dia kuliahkan, misalnya kapilaritas, tegangan muka cairan, quantum cahaya
dan resonansi energy cahaya, mekanika
fluida untuk pompa pompa, pengukuran volume pngairan, dan alat hydrolik, kalau perlu menyinggung persoalan
enthropy. ternyata tidak, ya meluncur
menurut text book oriented saja, cocok dengan fungsi ilmu itu sebagai momok
mahasiswa Pertanian. Barangkali sang Ibu ini
waktu jadi mahasiswa dulu dia sampai ngompol waktu ujian fisika. Jadi derajad Dosen Physica, sudah setel
dengan derajad suaminya yang Direktur BUMN, itu saja, dan buku buku taxt nya
banyak. Padahal di praktek nanti sbagai sarjana sepesialis Pertanian harus
mengerti mengetrapan ilmu Fisika dalam pekerjaan kesehariannya.
Deseluruh Dunia, Pendikan dan Pengajaran dirancang untuk menciptakan rakyat
yang tertib bermasyarakat dan bernegara – sedangkan Negara yang baik dan sudah
maju, mereka memperhatikan dengan cermat dan cukup teliti melihat kedepan –
juga merencanakan profesionalitas generasi penerusnya, dengan perbandingan menyangkut
jumlah kebutuhan seluruh masyarakat penduduknya – terhadap jasa
spesialisasinya, baik dalam bidang ilmu dan teknologi dasar. ilmu dan reknologi terapan, maupun dalam bidang administrasi dan
pelayanan.
Mereka hasil pendidikan dan pengajaran Sepesialis – semua yang sudah
mencapai derajad kesarjanaan, dan diharapkan bekerja di bidangnya secara
mandiri, memajukan ilmunya dengan ketekunan inovasi, meskipun bukan tangan dan
tenaganya tapi daya tangkap dan pikiran-nya sudah berderajad sepesialis.
Jadi mengalamannya dapat membuat illmunya yang
dibidangi bertambah kaya dengan pengalamannya yang ditulis atau diajarkan kepada juniornya, bukan sekedar menerangkan
text book saja. kelanjutannya masyarakat diuntungkan dengan kemajuan ilmunya.
Dengan konstelasi Partai Partai yang seperti di kita sekarang ini, dan sosok sosok
vocal yang muncul di media sosial konvensional,
rasanya kok masih sangat lama mencapai taraf “maju”, dengan mengingat
dan memperhatikan siapa siapa yang
diundang dengan hormat bicara di TV untuk bicara apa saja. Yang maksudnya juga
mendongkrak rating dari siarannya.
Lebih banyak badut tembem dari akhli dan spesialis bidang jang bersangkutan dengan showbiss,
dengan lawakan dan silat lidah saja.
Kita tegolong Negara yang sangat tidak berupaya untuk melihat kedepan
demi sesegera mungkin menjadi Negara
maju. Lihat saja deretan panjang menteri menteri PP&K atau PDK atau apapun
namanya, hasil koalisi atau hasil kolusi, atau hasil dagang sapi, vafouritasi oleh
Pentolan dan Pentilan Dinasti Kekuasaan, organisasi sisial keagamaan, yang nothign to to dengan spesialisasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sangat sedikit diantara mereka yang
benar benar menyelami persiapan generasi muda pendukung Negeri kita ini, malah
anaknya disekolahkan diluar Negeri, supaya lebih begensi. Tokoh yang bisa nangkring sangat tinggi sebagai menteri, masih kental membawa misi perkawanan partainya. Bukan kepantingan Nasional. Sekarang bila Pak jokowi, bertekad untuk membuka sawah rawa jatu juta hektare saja, siapa tenaga menengah dan tenaga trampil dilapangan ? Sedang SPMA sudah lama hilang.
Dengan hasil upaya Pendidikan dan Pengajaran seperti ini, saya melihat
betapa banyak pemuda pemudi yang terlempar ke pendidikan dan pengajaran abal
abal diluar rel baik moralitas maupun profesionalitas, karena di SD nya dulu
tidak kunjung hafal perkalaian hingga 100 ? terpaksa masuk di SMP yang siswanya perokok
dan suka tawuran, masuk SMU yang muridnya nyambi jadi gang motor sambil gagah
gagahan mencari korban untuk jadi gladiator ?
Apa salahnya memakai kalkulator sambil menghafal perkalian mulai TK ? Uang pecahan yang terkecil fakta dalam kehidpan sehari hari saja 200 rupiah mudahnya bila kecakapan berhitung karena hafal tabel perkalian, pengajar SDU menganggap itu penting
sekali untuk segera dikuasai dari SDU Sekolah Dasar Umum.
Materi pokok untuk bersaing masuk
Sekolah Menengah Pertama Umum yang bermutu-demi dipertandingkan untuk menjawab
soal multiple choices dengan kunci jawaban yang ditentukan, karena kalimat
soalnya multi tafsir – tafsir yang benar didapat di les tambahan Sekolah Menengah Umum, hinggu Perguruan
Tinggi Umum dengan fakultas Cabang ilmu yang diajarkan secara umum, hanya di
les tambahan guru guru yang umum juga ? Sedang kebutuhan pengajar umum adalah membayar jredit mobil, sumah dan pergi umroh.
Jadi hanya pada cabang Ilmu Kedoteran Manusia saja yang berakhir dengan S2 Spesialis. Cabang cabang Ilmu yang lain meskipun sampai S3 ya masih umum,
artinya ngambang – kapan jadi spesialisnya – Arti hakiki dari pertanyaan ini
kapan majunya cabang ilmu yang beliau beliau geluti ? Wong dari pertama sudah
umum. Sebab arti S dalam hal ini adalah Strata, bukan Spesialis.
Dengan ini semua lulusan dari SMU hingga Perguruan tinggi bebas memilih
jalan mencari nafkah, masyarakat tidak rugi dan tidak untung, artinya mandeg.
Relatip rugi karena zaman menuntut kemajuan produktivitas disemua bidang, harus
sebanyak mungkin mencetak tenaga kejuruan mulai dari kejuruan menengah sampai
Universitas Kejuruan bidang ilmu S1 hingga S4 seorang Akademik. Baru masyarakat
bisa menera kemajuan ilmu yang ada di Kehidupan sehari hari. Sampai hari ini
Indonesia tidak merasa rugi, bila sarjana ilmu ilmu lulusan Universitas umum
bekerja secara individual melayani kebutuhan masyarakat – tentu saja kebutuhan
keseharian rata rata penduduk itu sangat sederhana, sangat umum –
Seorang Sarjana ekonomi
atau Pertanian jadi produsen nasi bungkus saja sudah mampu hidup lebih baik
dari penerima upah minimum regional harian kali tigapuluh ( sebab pegawai kerah
putih digaji bulanan) dengan membayar BPJS sederhana sekeluarga, asal punya modal pertama dari siapa saja . mestinya ya dari Ortu. Masih ada waktu sisa untuk
mendidik anaknya, daripada bergabung dengan Perusahaan yang menggunakan absen
jam otomatis dengan sidik jari, memberikan denda bagi yang terlambat.
Mewajibkan Perilaku penyelia bak pengawas Pendayung perahu zaman Pertengahan dengan
rantai dan cemeti, dari jam 730 – 1700. Hanya masyarakat yang rugi. Sedang jam
masuk dan jam pulang bisa macet sampai tiga jam ? Tapi ya maklum hanya masyarakat primitip
yang tidak merasa rugi, sebab masyarakat yang begini cepat sekali jadi
masyarakat budak, yang kerjanya umum saja, bukan kerja seorang spesialis,
kecuali dokter manusia.
........Ah kok mikir yang sulit sulit, mikir yang umum saja........*)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar