Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Senin, 15 Oktober 2018

dayr ulang yang kedua: KARYA PITHECANTHROPUS ERECTUS HINGGA HOMO SAPINET YANG TERHEBAT

aDaur ulang kedua: Phytecanthropus erctus sampai Homo sapient yang paling hebat

KARYA PITHECANTHROPUS ERECTUS YANG TERHEBAT SESUDAH MEMBUAT API KEMUDIAN MELEBUR LOGAM ADALAH MEMINTAL DAN SERAT TUMBUHAN, MENENUN BATU DAN LOGAM  dizaman moderen ini.

 Karno founding father bangsa kita, pernah bercerita, bahwa ketika beliau berkunjung muhibah ke Korea dipemerkan kepada beliau technology yang baru didalami oleh bangsa Korea adalah menenun batu dan memintal dan menenun logam, lama sekali kata kata itu saya ingat. Dari semula kita tahu bahwa bangsa ini piawai dengan kepandaian memintal dan menenun sutra (dari ulat sutera Bambuch mandarina) dan kapas ( Gossypium spp) dari bangsa China berbarengan dengan bangsa Jepang dan mulai mendalami kepandaian ini ribuan tahun yang lalu hampir bersamaan. 
bangsa Arab zaman perkembangan ilmu pengetahuan segera sesudah islam bakembang kebarat, dan ke timur dari Spanjol hingga Lembah sungai Indus, para master Arab sudah menciptakan Alat Tenun bukan Mesin, yang ditiru orang Europa sesudah perang Salib, zaman renaissance.  Bahkan begitu piawainya konon mereka telah berhasil membuat cangkir teh yang istimewa dari tenunan sutra dan laquer, menganyam baju zirah tali sutera dengan lempengan logam yang enteng namun sangat kuat. Ya kenapa Bung Karno kita terkesan dan menceriterakan itu kapada kita ? Lima puluh tahun sesudah itu mendadak dalam pikiran saya sangat tergoda, bahwa benar, bangsa bangsa di dunia ini dari zamam ke zaman , semenjak mereka masih merunuti evolusi sebagai Phytecanthropus erectus jutaan tahun yang lalu, mempergunakan tangan, jemari tangan dan kaki untuk membuat alat, dengan itu mereka berjuang bersama sama menaklukkan alam liar, antaranya harimau bertaring pedang, bersamaan dengan itu otaknya berkembang timbal balik dengan kepiawaian jari jemarinya menjadi Homo sapient dan layak untuk Adam dan Hawa, memberikan wadag kepada beliau berdua untuk hidup di dunia yang keras ini. Sehingga barang siapa dari Homo sapient ini yang tidak bercampur darah dengan bani Adam, selanjutnya akan punah karena kurang bisa menguasai alam, menguasai nafsunya begitulah pemikiran saya yang menjadikan bathin saya tenteram, disamping tidak mampu membantah theory Darwin yang berdasarkan penelitian yang mendalam, sedang aku hanya salah satu pemerhati ilmu Biology, aku juga pengikut ajaran Islam, jadi aku mengamini dua duanya, sebagai asal usul manusia dengan wadag Homo sapient dan rokh Adam (Ajaran Kiai Kodratullah dari Banten- anggauta MPR tahun 1966-1971) Bangsa Polynesia menganyam daun pandan dijadikan layar perahu katamaran mereka hingga sekarang menaklukkan semudra Pasifik tropis konon ribuan tahun yang lalu, mewarisi kita dengan buah buahan dan umbi umbian yang tersebar sampai keseluruh Nusantara. Alat temali perahunya dipintal dari serat pisang abaca, serat daun lontar yang tahan air laut, dan layarnya dari anyaman daun pandan, yang tidak terlau kuat . Pendek kata katamaran ini bisa tahan berbulan bulan berlayar dilaut. Bangsa Viking melayari samudra Atlantik konon sampai ke Greenland dan Canada dengan perahu Viking yang relatip kecil, saya kira kerena kebisaan mereka menenun sebangsa kain dari pintalan benang wool yang seratnya tidak terlalu panjang sehingga benangnya harus agak tebal karena dipintal dari beberapa puluh serat wool dan layar yang besar akan menganggu keseimbangan perahu yang kecil itu, meskipun kain wool tidak menyerap air, tapi bisa sangat berat bila sebentar saja ketempelan air, kena hujan. Akhirnya bangsa Mesir ribuan tahun yang lalu dan juga bangsa Aria dan Dravida dari India berhasil membuat kain yang kuat dengan bobot ringan basah maupun kering dari kapas Mesir dan kapas tepian gurun Rajahstan yang seratnya panjang hingga 40 mm. Meskipun bangsa Dravida mencampurnya dengan serat kenaf (bahahasa Parsi - google) Hibiscus canabinus ini baru terjadi pada zaman pertengahan. Sehingga perahu mereka tidak besar, karena tidak ada layar yang cocok untuk luasan itu tanpa menganggu keseimbangan perahu. Toh perahu jenis yang dilukis di Borobudur sudah cukup besar untuk pindah ke Nusantara dengan muatan ternak kerja dan petani dari Benggali, walau masih harus bercadik. Sedang bangsa Mesir sudah puas dengan perahu yang tidak begitu besar hilir mudik sepanjang sungai Nil, tanpa keperluan untuk membuat layar yang besar akan tetapi ringan, angin kuat dari gurun telah memanjakannya dengan kain layar dipintal dari serat kapas Mesir yang mencapai 4 cm panjangnya, cukup kuat untuk perahu yang mengangkut balok balok batu piramida setiap balok dengan berat beberapa ton. Nah baru pada zaman pertengahan keahlian memintal dan menenun bangsa yang mendiami dataran rendah anak benua Europa, mempu memintal dan menenun serat flax atau linen ( Linus usitassium- google) cukup kuat dan ringan bila basah suhingga bisa jadi layar pendorong kapal kayu yang berat berat tanpa terlalu membebani keseimbangan perahu perahu besar itu. (Jadi kuat untuk membawa meriam perunggu/besi yang berton- ton beratnya) Kanapa bangsa kita tidak menggunakan serat dari lain tumbuhan pada zaman itu seperti serat rami ( (Bohmeria rami) atau Abaca (Musa textilis)? Yang terang kita tidak punya varietas kapas yang cocok untuk benang yang tipis dan kuat sampai saat ini –( blog ide subagyo – kapas kita) ya alahualam, nyatanya kita punya armada Majapahit ya sudah menggunakan perahu tipe Madura yang walau kecil tapi sangat lincah (manuvreable). Perahu Bugis yang lebih besar sampai beberapa puluh ton berkat dikuasainya technology membuat kain sutra di Sulawesi Selatan, pada zaman pertengahan. Lain halnya bangsa China, mereka sudah ribuan tahun menguasai technology pembuatan kain sutra yang tipis dan kuat, tidak terlau menyerap uap air, sehingga dapat jadi layar pendorong perahu jung yang berat dan besar, melayari samudra dengan armada besar seperti Laksamana Cheng Ho pada zaman petengahan. Udah cukup bukti bahwa kepandaian memintal dan menenun dari bahan baku yang ada di lingkungannya telah menghantarkan bangsa bangsa di Dunia ini untuk maju mendahului bangsa lain. Sesudah zaman baru bangsa bangsa berlomba menenun baja dan semen menjadi beton pratekan ( pre stressed), bangunan pencakar kangit, kemudian terancam dihancurkan oleh perang nuclear. Kita tidak ikut, gigit jari dipinggiran. Sesudah itu bangsa bangsa berlomba untuk memintal dan menenun logam langka menjadi diode/ semi conductor dan menenunnya jadi computer super canggih, memintal serat kevlar (google) dan menenun rompi jadi anti peluru teroris .Kita tidak ukut. Bersama itu bangsa maju seluruh Dunia berlomba lomba memintal dan menganyam informasi, menciptakan jaringan komunikasi sampai menguasai seluruh dunia dengan neoliberalisme, kita jadi korban naik turunnya konjucture, menguasai jaringan stock pangan dan energy sedunia, karena harus dibeli dengan US dollar. Sebagai hiburan mungkin sesudah kurun waktu kebingungan massal ini, kita bisa menenun persahabatan dengan tetangga kita yang pernah miskin untuk barter bahan pangan dan bahan industry, ndak perlu mengadakan US dollar.  Kita bisa bekerja sama dengan bangsa bangsa di dunia ini berusaha memintal dan menenun hidup harmonis dan wajar satu sama lain, mngkin kita bisa berkontribusi, karena kita telah berhasil menaklukkan nafsu kita untuk korupsi, suhingga duit ada untuk membangun sekedarnya, tanpa didasari oleh individualisme hewani perorangan, dan indiviudalisme hewani bangsa Mungkin kita bisa menunjukkan pada bangsa bangsa lain bahwa kita bisa jadi Khalifah Allah di Bhumi dengan berazaskan bismillahirakhnanirrakhim karena kita sudah mengorbankan hidup dari terlalu banyak saudara saudara kita berkat kebodohan dan kesempitan pandangan kita, yang akhirnya dunia dapat menerima sebagai azas hidup yang alami dan mudah. Karena alam, iklim dan tanah air baik terhadap kita bisa mendidik kita jadi makhluk yang mampu mempraktekkan azas bismillahirakhanirakhim. Betapa alami azas yang sama sama dilupakan oleh kebanyakan bangsa bangsa ini, kita membangun tenunan yang kuat sepanjang zaman dengan azas yang mudah dan alami yaitu bismilahirakmanirakhim dari serat serat perbuatan kita terhadap sesama hidup, sebagai bekal jalan untuk barlayar kekedalaman kosmos*)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More