AKU SEBAGAI PENGAJAR
KEWIRA SWASTAAN
Jangan tertawa dulu,
aku sebagai pangajar Universitas Swasta di kota Surabaya, kejatuhan pulung, dItunjuk
untuk mengajar Kewiraswastaan di tahun 1980 han. Kebetulan Dosen pengajarnya
untuk semester itu lagi sibuk. Karena yang lain sesama mengajar demi pengabdian
kepada Golkar, pada ogah dengan alasan yang tepat, mereka bukan Ekonomist dan
mereka bukan Psikiater. Mereka tentu memandang saya lebih berpengalaman karena
menurut pandangan mereka saya biasa berhubungan dengan Pedagang, mulai tingkat
Agen Nasional sampai tingkat Agen penjualan di Propinsi, dan Retailer di
Pertokoan dan Pasar Pasar – di sentra sentra usaha pertanian, kebanyakan mereka
spesialis menjual hanya satu macam barang yaitu Pestisida – kemikalia pengendali
hama ( artinya mematikan hama terutama
bangsa serangga, bangsa tungau dan Trips, obat tikus – semua itu ya racun bagi manusia) dan penyakit tanaman, bangsa cendawan, saya Dosen Favorit. Sebab
saya bolehkan mahasiswa tanya dan menyela karena tidak mengerti waktu saya
bicara soal Pertanian, saya memang hafal dan bicara mengenai apa yang harus saya sampaikan
kepada mereka mengenai subyek kuliah yang saya bawakan – ya budi daya Kopi, sebagai wakil
dari budidaya buah buahan tahunan, Ya buddaya Kapas wakil dari budidaya industry, ya
Kedelai karena ndak ada yang mau mengajar
ini dari praktek petani dan buku buku – maksudnya sang Dekan Fakultas ini
bubudidaya Pertanian, diberikan oleh beberapa dosen yang biasa menangani –
dosen dari Dinas Peranian kala itu mendat jatah mengajar padi, polowijo dan
Bimas, Azas Penyuluhan, ada mata kuliah yang namanya Ekonomi Pembangunan, dipegang
oleh Dekannya sendiri, Pegawai Teras di Propinsi entah bahan kuliahnya apa saya
cuek. Mestinya itu programnya dia sebagai PNS tingkat Propinisi jadi bahannya tinggal
baca saja, mahasiswa tidak dilayani menyela apalagi tanya.
Sebagai pembukaan saya kemukakan bahwa wiraswasta apa saja
dimanan saja zaman apa saja harus sadar “mencintai uang”. Dalam bahasa Jawa
“gandrung pada uang” semua sudah paham arti makna kata “gadrung” ini – kurang
lebih ya mabok, tergila gila pada uang. Tidak seorangpun yang tanya. Sesudah
itu saya jelaskan pengertian “kerugian ekonomi” bukan kerugian uang atau
kehormatan, atau waktu. Artinya bila sebulan dia berpotensi mendapat uang lima
juta rupiah, padahal total uang yang didapat dari upaya wiraswasta hanya 2,5
juta rupiah, atau kurang dari 150 ribu per hari, dia saban bulan rugi 2,5 juta,
yaitu selisih potensi dan kenyataan.
Jadi sebagai
mahasiswa mereka harus rajin menyelidiki berapa kira kira gaji sarjana pertanian
rata rata, yang bekerja dimanapun, bila dia jadi calon pegawai negeri berapa
tahun dia terima gaji sementa dan gaji tetapnya yang akan menentukan take home
pay – nya berapa ?
Dengan catatan tahu beda mengenai income kotor dan income
bersih. Semua fasilitas yang bisa dia pergunakan secara resmi bisa dihargai
sebagai income. Termasuk pendapatan mmenerima ceperan yang kebal hukum, yang
sangat popular sampai sekarang adalah gratifikasi dalam bentuk apapun. Kuliah
mulai riuh waktu dibicarakan mengenai cara membagi tips diantara para pelaku
pelayanan di Hotel Hotel – Pengambilan laundry dilakukan pelaku lain dari
penghantar pakaian yang sudah rapi deseterika. Kena apa – supaya tips- bisa
diterima oleh membawa baju kotor dan pembawa baju yang sudah bersih. Diambil
dan dihantar dengan perhitungan sang tamunya pasti ada di kamar, lagi mau pergi
keluar, dalam tingkat upah dari jasa. dianggap lebih berharga dinamakan
retainer, bila tidak termasuk hitungan dalam upah namanya gratifikasi.
Gratifikasi yang diberi tariff dan dipaksakan, namanya
pemerasan secara halus,sepeti yang lagi ngetren sekarang dikalangan eksekutip
dan legislatip DPRD/DPD RI.
Semua penerima upah harus mengerti skala harga jasa
masing masing. contohnya anggauta DPR RI yang menentukan take home pay-nya
sendiri, berapa dia harus menerima – secara jujur itulah plavon take home pay
sesudah dipotong pajak ( kita ndak tahu
anggauta DPR Ri bayar pajak peghasilan dan pajak penerimaan dan jasa apa enggak
?) – yang di paling bawah adalah UMR (upah
minimum regional) , atau upah ukang bangunan ( sekarang September 2018 mungkin
rp 150 ribu per hari tanpa pajak, mereka jarang sebulan penuh bekeja, rata rata
20 % saja bila lagi sepi kayak bulan ini.
Secara jujur rumit kan ?. Perusahaan swasta milik
keturunan China, sebesar apapun, jarang yang menyertakan berita potongan pajak
penghasilan bersama gaji/upah. Perusaan asing lain, ada kebiasaan menyertakan stroke
pajak penghasilan menyertai gajinya. Pajak harus secara sadar dibayar oleh
siapapun yang menerima nafkah dari satu wilayah Negara. kan ya enak jadi
wiraswasta, UKM. Belum diuber pajak.
Cuma dainjurkan ikut BPJS seluruh keluarganya, sebab sakit itu sangat mahal,
alternatipnya mati.
Gambaran keadaan tahun 2018 bulan Oktober.
Ternyata msyarakat
cukup mengerti membayar upah seperti yang diterima tukang batu, nafkah “stake holder” terselip diantara harga
makanan dan minuman yang dijajakan. Trend waktu sekarang, semua semua sama didasarkan
upah minimum regional, sarjana antau bukan.
Jam kerja selama
mungkin, sudah lima puuh tahun lebih, 56 jam sehari, outsorchsing, kontrak,
bila dikantor, harus menatap komputer 8 jam sehari. Datang kerja diabsen pake
sidik jari lewat computer terlambat lima menit didenda potong gaji. Jalan raya
macet setiap jam brangkat dari rumah dan keluar dari tempat kerja. Artinya tidak pernah melihat matahari. Berangkat
kerja subuh pulang lepas magrib. Cari
makan sulit, pungli korupsi merajalela. Berarti anggaran belanja Negara susut
dijalan banyak. Kapital harus untung, investasi harus dengan ROI minima 25
persen, tekanan yang sangat berat bagi usaha dan terutama dipikul sektor tenaga kerjanyanya, diperas dan diterror oleh para Penjelia dan manager sebab mereka butuh
makan.
Jadi ya cobalah ber-wiraswasta.
Karena falsafah hidup
mayoritas senior kita terutama orang Jawa, selalu menekankan pada anak anaknya,
bahwa ortu kita tidak membekali kita dengan modal pertama, tapi dengan
pandidikan saja – yang pasti selembar izasah. Ini yang tedak klop dengan sistim
kapitalis sekarang, yang sudah mepunyai batas upah minimum regional. Titik. Tidak
disebut kondsiri kerja dan jam kerja – semua dasarnya outsirchsing dan kontrak. Upaya
sebesar yang dicantumkan dalam aturan upah minimum regional.
Sederhananya umpama dalam sebungkus nasi dengan lauknya, yang
dijajakan di warung warung, seharusnya sudah termasuk harga jasa didalamnya. Sebenarnya
jangan kuwatir, dari nasi bungkus yang harganya 7500 rupiah, diwarung dijajakan
dengan Rp 10 000 per bungkus, pasar sudah menerima. Warung yang buka lebih dari
10 jam/ hari, mengambil untung bersih 2500 per bungkus. Si produsen, artinya
penyedia nasi bungkus terima kira kira 2000 -2500 per bungkus. Bila masak dengan
ismillahirakhmanirrakhim, munyak gorengnya sering diganti, bumbu masak dan
pengawet sngat dihindari, bila tidak ya ngawur dan jorok, Alhamdulillah pembeli
masih menandai karena lain dilidah.
Pembagian nafkah:
-Belanjaan dari pasar tradisional, mengambil untung
antara 10 sampai 20 % dari pasar induk, jadi dari satu nasi bungkus seharga
7500 pasar sayur rradiasional mengambil untung 1500 rupiah.
-Warung mengambil keuntungan 2500 rupiah. Hrga jual 7500/bungkus.
-Produsen nasi bungkus dapat 3500 - 3750 rupiah,
tergantung berapa irit dia mengelola dapurnya tanpa mengurangi rasa.
Pembagiannua : tukang sayur/ayam/telur 1500,- jadi sehari
tukang sayur harus menjual sayur setara dengan 100 lauk nasi bungkus, terdiri
dari 50 telur, 50 iket kecil kangkung, 6 lonjoran tempe/ tahu, sartu potong
normal ajam dijadikan dua potong atau tiga potong. Langganan satu tukang sayur
masih bisa melayani belanja ini. dapur rumahan RSS pasti kuwalahan. Supaya mendapat
nafkah seperti tukang batu.
Tukang masak nasi bungkus harus mampu memproduksi 150 000
: 3750 = 40 nasi bungkus, supaya sama dengan nafkahnya tukang batu sehari.
Warung harus menjual 150000 : 2500 =60 dagangan setara dengan nasi bungkus, supaya setaqra dengan nafkah tukang batu, tapi kan dagangan
warungnya banyak – yang paling menguntungkan adalah kopi, teh dan minuman yang
lain bisa 60 -70 %, kue kue dengan untung lebih kecil dan nasi bungkus, adalah
pelengkap.
Kewiraswastaan mengajarkan:
Tukang sayur harus mengambil dagangan sebisa mungkin
langsung dari produsen, atau pedagang besar di pasar induk – menjual lebih
murah dengan volume – sudah dilaksanakan pasti – dengan tambahan kerja mengemas
kembali untuk mengambil untung dari penampilan baru yang lebih menarik dan awet
segar. Super market lebih bisa mengerjakan ini.
Produsen nasi bungkus harus mencari warung warung baru
supaya produksinya per hari bisa mencapai target minimum 40 bungkus/hari- lebih
10 %, sebab pasti ada bungkus yang kembali tanpa menghasikan penjualan. Manyiapkan
nasi bungkus lebih awal, supaya sempat dibeli untuk “brunch” makan pagi dan makan
siang bareng, artinya seawal mungkin, dan menjaga kualitas terutama kulitas
beras dan rasa nasi supaya exstra enak, dan masak nasi supaya tidak cepat basi,
ketularan maskan telur, sambal atau sayur yang mengandung santan.
Warung harus meningkatkan “ image” warungnya, sehigga
pegunjung tidak keberatan beli nasi bungkus yang sama dengan harga 10000 per
bungkus. Di Rumah sakit, nasi bungkus kesualitas ini dihargai 12000 per bungkus.
Mungkin untuk warung, supaya mendapat nafkah sama dengan tukang batu, sepertiga
dari penyerapan 60 bungkus per hari sudah memadai – mungkin dengan buka lebih
lama dan menuntut supplier bisa melayani waktu makan siang dan makan malam,
bila mungkin makan pagi.
Gampang kok, jadi wiraswasta itu. yang penting mulailah
dengan idealism kompak seluruh keluarga, semangat niat yang tinggi melayani
sesama hamba Allah sebaik baiknya, keuntungan akan menyertainya. Bila kepincut
pada makanan, ya cobalah sambil berdo’a Bismillahirakhmanirakhim tak henti
henti mencari outlet atau lokasi baru, atau mendirikan restoran/warung atau
restoran sendiri, sementara ini growth penjualan masih bisa menanjak, dengan
urbanisasi penduduk itu sendiri, dan Penjual tenaga bertambah banyak dengan modal izasah dari
pedesaan. Mengadakan inovasi, melayani trend kesukaan dan gengsi public,
pekerja kerah putih yang terbengkalai, tidak mampu bayar makan siang 20 000 rp.
keatas, sekali makan *)
0 comments:
Posting Komentar