Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Senin, 29 Oktober 2018

ISLAM, LAHIR DIDUNIA BERBEKAL WHYU ILLAHI UNTUK SELURUH UMMAT MANUSIA – ELAN PERJUANGANNYA SELALU SEGAR PENUH DAYA DAN PANTANG KERING.                                                                                                                                  Begitu pula gemanya di Nusantara, mulai dengan membebaskan kaum sudra dari  kemandegan gairah hidup dengan memberikan jiwa kebebasan setara dengan sesama manuisa, dengan "memberi" mereka tanah garapan sawah rawa, ( wilayah ini sudah diterlantarkan oleh Penguasa Hindu dalam hal ini Singhasari dan Majapahit) sawah tambak, mengangkat derajad pedagang waysia dengan kemampuan membaca, menulis  dan berhitung dengan lambang bilangan hijaiyah yang lebih praktis, ( membuat neraca lajur sampai enam digit di daun lontar), memberi  semangat pembaharuan dengan ilmu, dan membuka mata para brahmana dalam membentuk masyarakat yang lebih kreatip dan dan bermartabat degan semangat egaliter yang mengakar disanubari umat. Pendek kata pada abad ke 8 hingga 12 di beberapa centra ekonomi di Nusantara dan abad 12 di Pulau jawa masih sazaman dengan kerajaan Singhasari ditandai dengan tarikh jirat makam islam. makam gadis Fatimah binti Maimn di Gresik,  sebagai tonggak sejarah hingga sekarang, sebagai peninggalan penting sejarah yang masih nyata. Para Wali islam tanah Jawa mengadakan akulturisasi  di Kerajaan Demak Bintoro, memimpin perjuangan membangun  dasar otonomi,  ekonomi  dengan sawah rawa, semula di Pamotan dekat Gresik, kemudian ke rawa di rawa Demak, meskipun sesudah delapan belas tahun terpaksa ditinggalkan. Selama itu berjuang keras, memperluas cakupan ideology pembaharuan di masyarakat jawa tanpa dipengaruhi oleh metoda bangsa padang pasir selama tiga abad abad ke 12 – ke 15, yang lagi ayik berkelahi antar dinasti, dengan segala hujjah dalam bahasa Arab yang adhiluhung dipenuhi oleh persaingan antar  suku dan puak Arab, menyelipkan ucapan para jamhur dan 'Aulia' pendukung berbagai Dinasti. Seruan seruan dalam kitab bahasa Arab ini sangat memabokkan dan menyentuh perasaan kaum muda dari dulu, yang sudah berabad abad saling berganti dengan berdarah darah, mulai dari Mu’awiyah, Abbasiah, Fatimiyah, Mamluk, Ayyubiah…. Sampai dinasti Seljuk di Turki, sampai ke Saudiyah dan Pahleviyah yang jaya  hanya satu generasi,  yang  selalau bersinggungan dengan renaissance masyarakat Europa, idustrialisasi  Europa. Tentu saja semua dinasti politik ini masih dibungkus dengan feodalisme yang kental, dengan segala hujjahnya, dan ajaran  dengan bahasa dan gaya yang sangat adhiluhung memukau. Mereka yang senang  berseni tutur di lepau dan kedai  secara berapi api sangat mengasyikkan, sekarang pindah di you tube.  Semula di Aceh dan Sumatra Barat antara pegikut Hamzah Fansuri dan Nuruddin ar Raniri yang fundamentalis, kemudian disusul dengan pembaharuan dari ulama yang datang dari belajar disana haji Piobang, haji Miskin dan haji Sumanik, di Sumatra barat, sampai generasi kedua dari murid tiga serangkai itu, dengan kekerasan menegakkan aturan islami - cerita bagaimana Tuanku Nan Renceh, menhukum mati bibinya sendiri, karena masih menginang sirih, kebiasaan diluar (Arab) islam. Pada generasi murid ketiga menelorkan perang Padri yang dipimpin oleh   tuanku Imam Bonjol.  

Sebaliknya di Pulau Jawa, pulau yang melahirkan kerajaan besar  berdiri selama tiga abad Majapahit, tidak ada cerita semacam itu, tapi tragedi yang rumit, matinya seorang ulama islam aliran sufi........mirip peristiwa Al Haladz.  Yang ini malah konon mematikan diri.  Para Ulamanya, Wali islam tanah jawa mendasari ideology  pembaharunnya dengan akulturisasi  falsafah kehidupan sehari hari, yang benuansa Hindu Jawa, misalnya memberi hak waris kepada anak perempuan dibanding dengan anak lelaki satu gendong dibanding dengan satu pikulan, bukan seperti yang dikukuhi oleh adat Arab, para wali tanah jawa masih memakai adat petani Jawa, artinya kesepakatan ini menunjukkan akulturisasi patriarchaat murni dari Arab terhadap matriarchaat dari petani jawa, sedangkan prinsip egalitarian yang mengungguli adat Jawa, bersembah sambil mengelus kaki, jadi bersalaman sambil cium tangan, bukan cipika cipiki,  dasar yang sangat kuat yaitu ideology islam dengan empat warna ilmu Islam, ilmu makrifat islam, ilmu hakikat islam. Ilmu tarikat islam dan ilmu syari’at islam. disejajarkan dan diajarkan dalam kesadaran hidup,  dua yang pertama tidak kasat mata tapi sangat dominan dalam tingkah laku, yang arif sabar, dan mengerti hakikat makna ajaran islam, diajarkan dengan tembang permainan anak anak 'Ilir-ilir'  .  Didapat telah diisyaratkan terselip dalam ilmu tarikat dan ilmu syari’at islam, yang isyaratnya terselip dalam aturan sholat lima waktu, dalam bacaan wajib setap roka'at, dalam atakhyiat, dan dzikirullah. Didukung dalam  teknologi produksi – Pencetakan sawah dari rawa rawa luas dan psertukangan perkakas besi dan senjata keris, cangkul dan sarap, dijajari dengan  struktur sosial yang egaliter dan demokratis, kehidupan  sosial yang lebih berisi dan maju dari masyarakat agama sebelumnya. Elan perjuangan/semangat perjuangan para Wali Islam tanah jawa, di wujudkan dengan langkah yang berani dan percaya diri yang sangat besar, mengingat arus perpecahan yang sangat deras sudah berjalan berabad abad di Timur Tengah, hingga sekarang masih mampu membuat kegoncangan bathin ulama sezaman kita ini. Ditandai dengan interpretasi watak budaya bangsa Arab, ditiru secara copy paste, sebagai bagian perjuangan persatuan Islam, malah dimulai dengan berkelahi dan pertumpahan darah, budaya Arab.  Menciptakan kondisi yang mudah sekali menyala menjadi kekerasan fisik seperti yang dilakukan oleh garis keras Islam, sangat tidak sesuai dengan kebutuhan kondisi zaman - kalah kaya,kalah senjata, dan teknologi dengan musuhnya yang sebenarnya, malah mencari sasaran kawan sendiri dengan sengitnya. 

Misalnya pemanfaatan rawa untuk budidaya padi dicangkok dari Parsi yang sudah islam, dengan keker/ prototipe teodolit, alat optic yang disempurnakan oleh sarjana islam, al Haitham, pembuatan senjata dari besi dengan teknologi dari Damaskus, para master/empu senjata keris yang Islam, menggunakan cara pengolahan baja, para empu keris jawa telah menciptakan keris dan mata tombak yang tidak mudah patah seperti yang dibuat pada zaman sebelumnya, buatan master dari Majapahit dari pig iron,  tapi  sudah diperbaharui oleh master islam, bisa melengkung, tapi tidak patah tergantung dari kadar carbon dikandungnya, dimanipulasi dengan  gradasi warna bilah besi yang sudah matang dari wrought iron, dalam pemanasan lanjut dari merah oranye dan putih  kekuningan, putih keperakkan  dan pendinginan mendadak dengan infiltran senyawa kaya carbon, berupa minyak nafta, minyak biji bijian, dan bubuk tanduk dan tulang, istilahnya para master "disepuh", dengan itu alat besi  menjadi baja pada tajamnya, atau seluruh bilahnya.  Juga alat pengolah tanah - cangkul dan sarap - sekop kayu seperti dayung, yang bermata  tajam disalut besi baja, khusus untuk tanah lumpur, untuk tanah liat rawa ( tipe tanah grumosol). Sarap ini untuk petani sudra, sebaliknya untuk santri, bentuk seperti dayung ini seluruhnya besi baja, sangat berat, deperlukan tenaga dalam yang tinggi, juga untuk memimpin pasukan. Cangkul yang besinya  dilapisi kaca diatas dan di bawah permukaan bidang besinya, supaya lempungnya tidak kengket ke cangkul, ini namanya di”pupuk” ( bahasa jawa) kelihatannya sepele, tapi bagi petani islam, kerja disawah menjadi sangat ringan, bayangkan bila segumpal tanah liat seberat setengah kilogram saja diangkat naik lantas dihempaskan ke tanah, dinaikkna lagi dengan beban tanah liat yang menenpel di cangkul, ratusan ribu kali, kan sangat menjengkelkan ? Dengan ketajaman dan kekerasan bajanya,  artinya dipasang “nyuru”  dengan sudut 35-40 derajad terhadap gagangnya,  supaya tidak mengusik lapisan tanah dibawah yang subur endapan vulkanik melapuk, supaya tidak bercampur lapisan atas pasir segar dari hujan pasir abu yang belum melapuk, sambil membabat gulma. Ini para empu islam yang mengajarkan. Nama Master dari sejata besi baja ini masih diingat sampai sekarang, seperti Sunan Giri Prapen, dan Ki Ageng Sidayu,  Empu Supo, Empu Suro dan para empu baru di pantai Utara pulau Jawa, semua mereka muslimin dan memperoleh keahliannya dari tanah Damascus, yang sudah sangat terkenal dengan Damascent steel-nya, dikenal deseluruh dunia dengan pedang Arab yang liat dan tajam luar biasa,  secara diam diam para empu senjata sudah menguasai pembuatan sendawa dari  tahi burung seriti  kelelawar di gua gua pengunugan  kapur,  guano dan tahi ayam. Hanya di persenjataan maritim, berupa meriam besi tuang dengan kaliber besar  belum sempat dikuasai,  menyurutkan kekuasaan dilaut karena mengalami kekalahan perang laut yang hebat. Menghadapi pembajakan oleh galleon galleon dengan sejata meriam berkaliber besar dan jarak tembak yang lebih jauh oleh armada galleon di  Selat Karimata dan Selat Malaka pada akhir abad ke 15 dirintis oleh Vasco da Gama, nyaris menghentikan perdagangan kayu jati dan beras ke pantai Timur daratan China.  Kesulitan keamanan angkutan jung jung ini menjadikan pedagang china menggali lebih dalam harga beli beras dari petani dengan segala cara, sehingga sangat mengurangi pendapatan kasultanan Demak Bintoro, yang pendapatan kas Kasultanan-nya melulu dari export Beras lewat Jepara. (Mungkin Kesultanan bayar belakang setelah harga beras dibayar oleh juragan jung - sebaliknya para tengkulak china membeli langsung dari petani, malah membeli sebelum panen - ya biasa sampai sekarang - namanya meng"ijon".

Akhirnya Kesultanan Islam memilih pindah ke Pajang............................................... Apa sesudah kekuatan ekonomi, kekuatan politik para ulama surut dengan lemahnya kesultanan islam, para ulama jadi kering pekik perjuangannya, elan pembaharuannya  menyebarkan kebaikan egalitarian  di Nusantara ? …………......................Sama sekali tidak, jauh beberapa abad sesudah para ulama jawa Uzlah, membelakangi kebudayaan Barat segara heroic. para murid Wali jawa, antara lain Kiai Sholeh Darat dari Semarang, masih berjuang dengan caranya sendiri, dibalik punggung kekuasaan belanda.

BIOGRAFI MBAH SHOLEH DARAT SAMARANI https://www.facebook.com/1454905471495073/posts/biografi-mbah-kyai-sholeh-darat-semarangmbah-kyai-shaleh-darat-beliau-adalah-wal/1454914564827497/

melangkahi  menerobos  rintangan, aturan pemerintahan Kolonial, dari segala  hujjah dari akal  Dr. Snouck Horgronye dan para jamhur andalan suku dan puak Arab  sahabat sahabatnya misalnya Hadratus Syech  Saurkati dari Makkah dan Kaum Jahudi Negeri Belanda, melarang menafsir/menterjemah  ayat ayat Al Qur’an kedalam bahasa setempat, sang Kiai Sholeh Darat, untuk pertama kali dari ulama sezamannya , menulis terjemah tafsir Al Fatihah pada permulaan abad ke 20, dan  menyebarkannya,  sehingga  sangat nenyentuh qolbu santriwati bangsawan inteligensia Jawa RA Kartini, dan kakandanya RMP Sosrokartono di abad ke duapuluh. Menurut biografi Kiai Sholeh Darat diatas kakek RA Kartini juga dari desa Mayong  Kudus. sama dengan ajahanda Kiai Sholeh Darat. Tindakan  ini perlu kepercayaan diri yang sangat kuat sebagai pekik perjuangan penyebaran ajaran Islam di Nusantara. 

Kakak beradik ini menyatakannya  dengan pesan tertulis dalam bahasa belanda,  kepada penguasa Pemerintaha Belanda, lewat warga belanda Abendanon, mungkin juga pada Dowes Decker,  yang sudah  mulai merasa tidak nyaman dengan politik penjajahan kuno, yang sangat tengik, surat itu dipublikasikan di Negeri Belanda, yang semua kita sudah tahu belanda bukan semuanya tengik dan kuno, juga duduk di Volksraad kamar ke dua, supaya tidak sekali kali merusak perkembangan islam dan budaya jawa di negara jajahannya. perjuangan ini  sengaja ditutup tutupi oleh semua fihak,  sehingga Dr. Ardian Husaini, sampai mencederai kepeloporan Kartini sebagai santriwati inteligensia Nusantara yang berani mengingatkan Pemerintah Kolonial Belanda, atau sengaja  demi menyuramkan budaya pemikir jawa yang islam, sesuai dengan tujuan devide et impera  Pemerintahan Belanda.

 Jadi benang merah sampai ke Kiai Sholeh Darat dari para Wali pulau Jawa, dengan menterjemah Al Fatihah dalam satu naskah tertulis dala bahasa Jawa huruf "pegon" (tulisan hijaiyah gundul) serta dipublikasikan ke  umat islam, mewariskan elan pejuangan  islam dengan sangat percaya diri. Walau melawan arus penjajahan dengan fitnah   distorsi informasi dan kebencian sesama umat islam. Pemuda Hasyim Ashari dan Ahmad Dahlan adalah murid Kiai Sholeh Darat, yang tentu saja ikut me-ren-tang-kan benang merah   perjuangan umat islam di Nusantara. 

Faktanya sampai detik  ini tidak dicantumkan benang merah ini, baik di buku pelajaran murid SD/SMP/SMU baik di pendidikan NU buku ‘Aswaja’, maupun di pendidikan Muhammadiayah buku ‘Kemuhammadiahan’di sekolah Muhamadiyah, apalagi di bidang pendidikan, Guru adalah sangat penting....... lo, kok dilewati. Padahal penyusunnya ya bertitel akademis S Ag, Ms..........ini gejala apa, apa dumeh Kiai Shileh Darat ndak pake kefieyeh dan jubah berjela jela? Merubah tulisan Arab jadi tulisan Arab pegon, yang hanya dimengerti oleh mereka yang ngerti bahas jawa dan bahasa Melayu ? ?

Padahal dengan  pekik perjuangan ideology islam  kiai Sholeh Darat, dan keatas sampai ke Wali Islam tanah jawa, sudah melakukannya.  Karena Dr Snouck Horgronje Belanda keturunan jahudi sarjana Islamologi ini, berusaha keras untuk memecah belah islam yang pekik perjuangannya tidak pernah kering. Yaitu makna dari kalamullah, yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Muhammad  Rasulullah salalahuallaihiwassalam.  Mencetuskan perlawanan terhadap “cultuur stelsel” atau tanam paksa di sawah berpengairan di vorsten landen-tanah milik sultan. Perang jawa atau perang Diponegoro dimenangkan Belanda dengan beaya yang sangat besar. Pada zaman etische politiek belanda, masih menyisakan murid murid Kiai Sholeh Darat, hingga sang murid muridnya pendiri Muhammadiah dan Nahdlatul Ualama. Kiai Amhad Dahlan dan Kiai Hasyim Ashari. Tidak ada perbedaan jerohan antara keduanya, hanya tampak luarnya yang berbeda  yang satu merunut  ilmu pengetahuan barat dan yang lain menurut tradisi wali islam tanah jawa – mengajarkan cara sorogan ilmu ilmu makrifat dan hakikat islam yang ternyata sangat ampuh mengelebuhi Belanda. Belanda menganggap semua inteligensia Jawa sudah "abangan" sudah jadi belanda hitam. Belanda kecele. waktu di internir/ ditawan Jepang, penolongnya adalah orang desa, dengan perasaan "tepo seliro".   (dari catatan para tahanan jepang ditulis di google bahasa Indonesia). 

Ternyata ilmu ilmu yang tidak kasat mata ini didesign oleh Allah sendiri menjadi sangat ringkas dan mudah dimengerti oleh semua orang  diseluruh Dunia, sesuai dengan maksud diwahyukanNya lewat malaikat Jibril, kepada Rasulullah salalahu allaihi wasallam, Rasul penutup dari Allah, termasuk 'wong ndeso' - yang diajar dari warisan ilmu ilmu yang sudah  diwariskan oleh Wali Islam tanah jawa. Slamet Riyadi, perwira Pribhumi bala tentara jepang, tetap memperjuangkan kemerdekaan indonesia - gugur dan hilang. Apa Islam kekurangan elan perjuangan hingga para datuk datuknya ragu apa bisa islam berkembang tanpa prinsip kekuatan  fisik, sehingga nampaknya  datuk datuk ajaran Islam ini didikte oleh golongan muda darah panas, Berjuang memakai kebudayaan Arab sampai asessori badani yang sekecil kecilnya, kafiyeh dan burkah  a’la  perang asimetris,  medan perangnya a’la pilihan Amerika, wong yang milih medan dia.......... orang Amerika, jadi ya pasti menang. Apalagi sebagai yang ternyata pada era ini, pencari hangkara murka duniawi kekuasaan, berebut merangkul Agama, untuk mengeruk kekayaan seperti Lutfi Hasa Ishaq, Suryadharma Ali, Menggelapkan  dana pengadaan Al Qur'an dan computerisasi pondok pesantren dari Dept. Agama Fahd el Fouz dkk, konok lebih dari 25 milliar. Mereka tahu kekuatan fisik dan politik sangat sejajar dengan KEKUASAAN. Jadi  yang mendambakan Khilafah itu sebenarnya ya mengincar KEKUASAAN itu, mumpung ada bossnya yang membeayai.  Mencirikan diri a’la HTI yang memonopoli bendera tulisan Arab kalimah Tauhid, akhirnya bila dilindas humvee Amerika, pangeran Saudi Arabia murka, lantas melakukan amaliah bawa tas besar, e taunya ke........ Las Vegas.........berjudi.

Semacam propokasi untuk semua muslim seluruh dunia menjadi beringas untuk diadu domba diantara bangsanya demi kekuasaan dan...................sampingannya ? Ternyata Ketua Dewan Penasihat Partai ya tahu sekali. Dengan sampingan kekuasaan ini dia bisa tetap jadi King Maker, dan mendapat imbalan dari sana. pantesan, pecicilan dimana mana, pesannya dia bisa berbuat semaunya.

Kok nggak melihat bahwa angka lambang bilangan Arab sudah dipakai oleh orang sedunia tanpa rame same, bahwa orang tidak berani sembarangan berzina diseluruh dunia karena takut kejangkitan HIV yang menelorkan AID, yang sangat susah disembuhkan menghabiskan dana dan daya ? Apa ndak sadar bahwa merokok dan mengonsumsi madat, perdagangannya sudah jadi musuh Interpol, sudah dicanangkan Islam sejak berabad  abad yang lalu ? Perdagangan manusia sudah menjadi noktah hitam dunia intrnasional ? Apalagi perilaku yang sangat merendahkan derajad manusia seperti perdagangan wanita untuk postitusi, seluruh dunia sudah mengutuk – Makanan haram ya memang haram buat seluruh manusia supaya sehat ? Bahwa anjing menularkan rabies dan ikut dalam sistim cyclus hidup cacing pita anjing,  sebab tinja anjing yang mengandung telor cacing pita anjing ini menempel di daun salad dan dimakan mentah oleh pemakan burger, orang tanah Arab yang suka sayur segar saking langkanya, sehingga telor cacing pita ajing ini menetas di usus anjing, karena bisa tidur mendarat didaging  manusia atau ternak manusia jadi vinka nyelip diantara dagingnya, dengan harapan dimakan anjing, dan menetas jadi cacing pita anjing !  Rokok sudah  sangat  dimusuhi oleh rumah sakit  seluruh dunia. Apa larangan yang tidak diturut oleh manusia seluruh dunia tanpa petita petiti. Tapi pesan wahyu Illahi tetap harus diperjuangkan untuk digaungkan ke seluruh manusia, ini pekik perjuangan Islam– jadi pembangunan infra strkture bisa hutang ke Negara Arab yang kaya raya demi kepentingan umum, seharusnya tidak ditarik bunga – gitu kok MUI geger mengenai BPJS yang iurannya harus dilunasi pada waktunya, bila tidak ditambah  bunga 2%. Inikah  elan perjuangan golongan islam yang perlu digaungkan keras keras, demi dapat bagian kekuasaan ? Baik, rakyat akan beri kekuasaan, tapi ya untuk kesejahteraan bersama dong. Ini kan kelas perbantahan di lepau, diwarung kopi. didorong oleh nafsu menonjol sebagai pemimpin hujjah. bila rakyat sudah memberi kekuasaan, dengan makruf kan lebih baik, itu perjuangan islam yang sebenarnya, Malah kita membuat rumah Sakit di jalur Gaza . Lah Habibnya ? Boleh galak, tapi jangan bodoh.

Malah alur perjuangan NU yang merunuti tradisi salaf dari Wali tanah Jawa yang sudah begitu percaya diri membangun bangsa terbukti bisa mendirikan Kesultanan di Demak dirubah jadi salaf Ustadz Abdul Wahab yang berjasa di Arab Saudia karena jadi lambang perlawanan terhadap dominasi politik Turki, membentuk Negara Saudi Arabia. Sebaliknya perjuangan Muhammadiyah mengikuti alur modernisme kebudayaan Barat, dengan kuliah dinegara mereka seperti Dr. Baiquni, pakar fisika atom, Dr. Kuntowijoyo pencetus Sosiologi Profetik, Dr Dawam Raharjo, Dr Nurkholis Majid, Dr Gus Dur, Dr Qurais Sihab -yang berusaha menafsirkan dalam bahasa Indonesia ayat ayat Suci dari Al Qur'an tidak mengenal lelah, menjelaskan arti kalimat suci desertai gambaran situasi pada zamannya, sangat mirip dengan metoda Hermeneutika dari dunia Barat, mengalami kemajuan pesat dikalangan inteligensia pribhumi, malah keterlanjuran melecehkan tradisi yang dipegang oleh kawan seperjuangannya terutama bidang yang kasat mata saja. Tak berdaya mengikurti arus budaya padang pasir yang  keras, menjadi sangat peragu mengeluarkan hasil pemikirannya jadi elan perjuangan yang tidak pernah kering demi kepentingan umat Islam dan perkembangannya yang lebih luas. Dikipas kipas oleh rasa egoism masing masing, Ya sudahlah. Malu. *)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More